Loading...

Maktabah Reza Ervani

15%

Rp 1.500.000 dari target Rp 10.000.000



Judul Kitab : Prolegomena to the Metaphysics of Islam - Detail Buku
Halaman Ke : 17
Jumlah yang dimuat : 22
« Sebelumnya Halaman 17 dari 22 Berikutnya » Daftar Isi
Arabic Original Text
Belum ada teks Arab untuk halaman ini.
Bahasa Indonesia Translation

antara eksistensi eksternal dan non-eksistensi. Inilah ranah realitas ideal yang tetap ada sebagai entitas permanen dalam kesadaran Tuhan, dan mereka tidak lain adalah bentuk-bentuk dan aspek-aspek dari nama-nama dan sifat-sifat Tuhan yang dipertimbangkan dalam aspek perbedaan-Nya dari-Nya.

Islam menegaskan kemungkinan adanya pengetahuan; bahwa pengetahuan tentang realitas sesuatu dan hakikat akhirnya dapat ditegakkan dengan kepastian melalui indra dan kemampuan kita, baik eksternal maupun internal, akal dan intuisi, serta laporan yang benar bersifat ilmiah atau keagamaan yang ditransmisikan oleh otoritas yang sah. Islam tidak pernah menerima, dan tidak pernah terpengaruh oleh relativisme etis dan epistemologis yang menjadikan manusia sebagai ukuran segala sesuatu, juga tidak pernah menciptakan kondisi bagi munculnya skeptisisme, agnostisisme, dan subjektivisme, yang semuanya dalam satu atau lain cara menggambarkan aspek dari proses sekularisasi yang telah berkontribusi pada lahirnya modernisme dan postmodernisme.

Pengetahuan adalah kedatangan makna dalam jiwa sekaligus perjalanan jiwa menuju makna. Dalam definisi ini kita menegaskan bahwa jiwa bukan sekadar penerima pasif seperti tabula rasa, tetapi juga aktif dalam arti menyiapkan dirinya untuk menerima apa yang ingin ia terima, dan dengan sadar berusaha mencapai makna. Makna dicapai ketika tempat yang tepat dari sesuatu dalam sebuah sistem dijelaskan kepada pemahaman. Gagasan tentang ‘tempat yang tepat’ sudah menyiratkan adanya ‘relasi’ yang diperoleh antar sesuatu yang secara keseluruhan menggambarkan sebuah sistem, dan relasi atau jaringan relasi itulah yang menentukan pengakuan kita atas tempat sesuatu dalam sistem tersebut. Yang dimaksud dengan ‘tempat’ di sini bukan hanya yang terjadi dalam tatanan eksistensi ruang-waktu, tetapi juga dalam tatanan imajinal, intelektual, dan transendental dari eksistensi.

Karena objek-objek pengetahuan dari sudut pandang kognisi manusia tidak terbatas, dan karena indra eksternal maupun internal kita serta daya imajinasi dan kognisi kita semuanya memiliki kekuatan dan potensi yang terbatas—masing-masing diciptakan untuk menyampaikan dan menjaga informasi sesuai tugasnya -

IDWaktuBahasaPenerjemahStatusAksi
#1820 Sep 2025, 11:50:00idadminTervalidasi

antara eksistensi eksternal dan non-eksistensi. Inilah ranah realitas ideal yang tetap ada sebagai entitas permanen dalam kesadaran Tuhan, dan mereka tidak lain adalah bentuk-bentuk dan aspek-aspek dari nama-nama dan sifat-sifat Tuhan yang dipertimbangkan dalam aspek perbedaan-Nya dari-Nya.

Islam menegaskan kemungkinan adanya pengetahuan; bahwa pengetahuan tentang realitas sesuatu dan hakikat akhirnya dapat ditegakkan dengan kepastian melalui indra dan kemampuan kita, baik eksternal maupun internal, akal dan intuisi, serta laporan yang benar bersifat ilmiah atau keagamaan yang ditransmisikan oleh otoritas yang sah. Islam tidak pernah menerima, dan tidak pernah terpengaruh oleh relativisme etis dan epistemologis yang menjadikan manusia sebagai ukuran segala sesuatu, juga tidak pernah menciptakan kondisi bagi munculnya skeptisisme, agnostisisme, dan subjektivisme, yang semuanya dalam satu atau lain cara menggambarkan aspek dari proses sekularisasi yang telah berkontribusi pada lahirnya modernisme dan postmodernisme.

Pengetahuan adalah kedatangan makna dalam jiwa sekaligus perjalanan jiwa menuju makna. Dalam definisi ini kita menegaskan bahwa jiwa bukan sekadar penerima pasif seperti tabula rasa, tetapi juga aktif dalam arti menyiapkan dirinya untuk menerima apa yang ingin ia terima, dan dengan sadar berusaha mencapai makna. Makna dicapai ketika tempat yang tepat dari sesuatu dalam sebuah sistem dijelaskan kepada pemahaman. Gagasan tentang ‘tempat yang tepat’ sudah menyiratkan adanya ‘relasi’ yang diperoleh antar sesuatu yang secara keseluruhan menggambarkan sebuah sistem, dan relasi atau jaringan relasi itulah yang menentukan pengakuan kita atas tempat sesuatu dalam sistem tersebut. Yang dimaksud dengan ‘tempat’ di sini bukan hanya yang terjadi dalam tatanan eksistensi ruang-waktu, tetapi juga dalam tatanan imajinal, intelektual, dan transendental dari eksistensi. Karena objek-objek pengetahuan dari sudut pandang kognisi manusia tidak terbatas, dan karena indra eksternal dan internal kita serta fakultas imajinasi dan kognisi semuanya memiliki kekuatan dan potensi terbatas, masing-masing diciptakan untuk menyampaikan dan melestarikan informasi mengenai hal yang ditugaskan kepadanya.


Beberapa bagian dari Terjemahan di-generate menggunakan Artificial Intelligence secara otomatis, dan belum melalui proses pengeditan

Untuk Teks dari Buku Berbahasa Indonesia atau Inggris, banyak bagian yang merupakan hasil OCR dan belum diedit


Belum ada terjemahan untuk halaman ini atau ada terjemahan yang kurang tepat ?

« Sebelumnya Halaman 17 dari 22 Berikutnya » Daftar Isi