Loading...

Maktabah Reza Ervani

15%

Rp 1.500.000 dari target Rp 10.000.000



Judul Kitab : Prolegomena to the Metaphysics of Islam - Detail Buku
Halaman Ke : 4
Jumlah yang dimuat : 22
« Sebelumnya Halaman 4 dari 22 Berikutnya » Daftar Isi
English published

INTRODUCTION

From the perspective of Islām, a ‘worldview’ is not merely the mind’s view of the physical world and of man’s historical, social, political and cultural involvement in it as reflected, for example, in the current Arabic expression of the idea formulated in the phrase nazrat al-islām li al-kawn. It is incorrect to refer to the worldview of Islām as a nazrat al-islām li al-kawn. This is because, unlike what is conveyed by nazrat, the worldview of Islām is not based upon philosophical speculation formulated mainly from observation of the data of sensible experience, of what is visible to the eye; nor is it restricted to kawn, which is the world of sensible experience, the world of created things. If such expressions are now in use in Arabic in contemporary Muslim thought, it only demonstrates that we are already being unduly influenced by the modern, secular Western scientific conception of the world that is restricted to the world of sense and sensible experience. Islām does not concede to the dichotomy of the sacred and the profane; the worldview of Islām encompasses both al-dunyā and al-ākhirah, in which the dunyā-aspect must be related in a profound and inseparable way to the ākhirah-aspect, and in which the ākhirah-aspect has ultimate and final significance. The dunyā-aspect is seen as a preparation for the ākhirah-aspect. Everything in Islām is ultimately focussed on the ākhirah-aspect without thereby implying any attitude of neglect or being unmindful of the dunyā-aspect. Reality is not what is often ‘defined’ in modern Arabic dictionaries as wāqiʿiyyah, whose use, particularly in its grammatical form wāqiʿī, is now in vogue. Reality is ḥaqīqah, which significantly is now seldom used due to the preoccupation with wāqiʿiyyah which only points to factual occurrences. A factual occurrence is only one aspect in many of ḥaqīqah, whose ambit encompasses all of reality. Moreover, a factual occurrence may be an actualization of

Bahasa Indonesia Translation

PENGANTAR

Dari perspektif Islām, sebuah ‘pandangan dunia’ bukanlah sekadar pandangan akal terhadap dunia fisik dan keterlibatan historis, sosial, politik, dan kultural manusia di dalamnya sebagaimana tercermin, misalnya, dalam ungkapan Arab kontemporer yang diformulasikan dalam frasa nazrat al-islām li al-kawn. Tidaklah tepat menyebut pandangan dunia Islām sebagai nazrat al-islām li al-kawn. Hal ini karena, berbeda dengan apa yang disampaikan oleh kata nazrat, pandangan dunia Islām tidak didasarkan pada spekulasi filosofis yang diformulasikan terutama dari pengamatan terhadap data pengalaman inderawi, terhadap apa yang tampak bagi mata; dan tidak pula terbatas pada kawn, yaitu dunia pengalaman inderawi, dunia benda-benda ciptaan. Jika ungkapan-ungkapan seperti ini kini digunakan dalam pemikiran Muslim kontemporer, hal itu hanya menunjukkan bahwa kita telah terpengaruh secara berlebihan oleh konsepsi dunia ilmiah Barat modern yang sekuler, yang terbatas pada dunia indra dan pengalaman inderawi.

Islām tidak mengakui dikotomi antara yang sakral dan yang profan; pandangan dunia Islām mencakup baik al-dunyā maupun al-ākhirah, di mana aspek dunyā harus dikaitkan secara mendalam dan tak terpisahkan dengan aspek ākhirah, dan di mana aspek ākhirah memiliki makna akhir dan terakhir. Aspek dunyā dipandang sebagai persiapan menuju aspek ākhirah. Segala sesuatu dalam Islām pada akhirnya terpusat pada aspek ākhirah tanpa mengandung pengertian sikap lalai atau tidak peduli terhadap aspek dunyā. Realitas bukanlah apa yang sering ‘didefinisikan’ dalam kamus Arab modern sebagai wāqiʿiyyah, yang penggunaannya, khususnya dalam bentuk gramatikal wāqiʿī, kini sedang populer. Realitas adalah ḥaqīqah, yang secara signifikan kini jarang digunakan karena kesibukan dengan wāqiʿiyyah yang hanya menunjuk pada kejadian faktual. Suatu kejadian faktual hanyalah salah satu aspek dari banyak sisi ḥaqīqah, yang cakupannya merangkum seluruh realitas. Lebih jauh lagi, suatu kejadian faktual mungkin merupakan aktualisasi dari


Beberapa bagian dari Terjemahan di-generate menggunakan Artificial Intelligence secara otomatis, dan belum melalui proses pengeditan

Untuk Teks dari Buku Berbahasa Indonesia atau Inggris, banyak bagian yang merupakan hasil OCR dan belum diedit


Belum ada terjemahan untuk halaman ini atau ada terjemahan yang kurang tepat ?

« Sebelumnya Halaman 4 dari 22 Berikutnya » Daftar Isi