حكم قطع الإنجاب خوفا على الأولاد من الأمراض الوراثية
Hukum Menghentikan Kemampuan Memiliki Anak karena Takut Anak Tertimpa Penyakit Keturunan
Alih Bahasa : Reza Ervani bin Asmanu
Artikel Sterilisasi Wanita Karena Takut Anak Terkena Penyakit Turunan ini masuk dalam Kategori Tanya Jawab
السؤال
Pertanyaan:
عندي مرض نفسي منذ سنوات ، وأخشى أن يصاب أولادي بنفس المرض ، فهل يجوز لي أن أعقم نفسي ، أو أن أتفق مع من يتقدم لي على عدم الإنجاب ؟
Saya telah menderita penyakit kejiwaan selama bertahun-tahun, dan saya khawatir anak-anak saya akan tertimpa penyakit yang sama. Apakah saya boleh mensterilkan diri saya, atau membuat kesepakatan dengan orang yang akan menikahi saya untuk tidak memiliki anak?
الجواب
Jawaban:
الحمد لله.
Segala puji bagi Allah.
لا يجوز لك التسبب في عقم نفسك ، ولو بالاتفاق مع زوجك ، والحالات التي يجوز فيها تحديد النسل ، أو قطعه ، أو منع الإنجاب قليلة ؛ لأن الأصل هو التكاثر والتناسل ،
Tidak diperbolehkan bagimu untuk menyebabkan dirimu menjadi mandul, meskipun atas kesepakatan dengan suamimu. Kasus-kasus yang diperbolehkan untuk membatasi keturunan, menghentikannya, atau mencegah kehamilan sangat sedikit, karena hukum asalnya adalah memperbanyak keturunan dan berkembang biak.
وليس من هذه الحالات خشية إعاقة الأولاد ، بل يكون ذلك جائزاً في حال يسبب الحمل ضرراً بالغاً على الأم ، وقد أفتت المجامع الفقهية ، واللجان العلمية ، وعامة العلماء بتحريم تحديد النسل ، وقطع الإنجاب إلا لضرورة يقدِّرها أطباء ثقات .
Rasa takut terhadap kemungkinan anak akan cacat tidak termasuk dalam kasus tersebut. Hal itu hanya diperbolehkan jika kehamilan menyebabkan bahaya yang berat terhadap sang ibu. Majma’ Fiqih, komite-komite ilmiah, dan mayoritas ulama telah berfatwa tentang haramnya membatasi keturunan atau menghentikan kehamilan kecuali dalam kondisi darurat yang ditentukan oleh dokter yang terpercaya.
قال علماء اللجنة الدائمة للإفتاء :
Para ulama Lajnah Daimah untuk Fatwa berkata:
“ولا يجوز منع الإنجاب خوفاً من الإعاقة [يعني : أن يكون الولد معاقاً] ، بل يجب التوكل على الله سبحانه ، وإحسان الظن به” انتهى .
“Tidak boleh mencegah kehamilan karena takut anak akan cacat, melainkan wajib bertawakal kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan berprasangka baik kepada-Nya.” Selesai.
الشيخ عبد العزيز بن باز ، الشيخ عبد العزيز آل الشيخ ، الشيخ عبد الله بن غديان ، الشيخ صالح الفوزان ، الشيخ بكر أبو زيد . ” فتاوى اللجنة الدائمة ” ( 18 / 14 ) .
Syaikh Abdul Aziz bin Baz, Syaikh Abdul Aziz Al Syaikh, Syaikh Abdullah bin Ghudayyan, Syaikh Shalih Al Fawzan, dan Syaikh Bakr Abu Zaid. “Fatawa Al-Lajnah Ad-Daimah” (18/14).
وجاء في قرارات مجلس مجمع الفقه الإسلامي :
Dalam keputusan Majelis Majma’ Al-Fiqh Al-Islami disebutkan:
“إن مجلس مجمع الفقه الإسلامي بعد اطلاعه على البحوث المقدمة من الأعضاء ، والخبراء في موضوع ( تنظيم النسل ) ، واستماعه للمناقشات التي دارت حوله .
“Majelis Majma’ Fikih Islam, setelah menelaah makalah-makalah yang diajukan oleh para anggota dan para ahli dalam topik ‘pengaturan kelahiran’, serta setelah mendengarkan diskusi yang berlangsung mengenai hal itu,
وبناء على أن من مقاصد الزواج في الشريعة الإسلامية الإنجاب ، والحفاظ على النوع الإنساني ، وأنه لا يجوز إهدار هذا المقصد ؛ لأن إهداره يتنافى مع النصوص الشريعة وتوجيهاتها الداعية إلى تكثير النسل والحفاظ عليه والعناية به باعتبار حفظ النسل أحد الكليات الخمس التي جاءت الشرائع برعايتها :
dan berdasarkan bahwa salah satu tujuan pernikahan dalam syariat Islam adalah untuk memiliki keturunan dan menjaga kelangsungan jenis manusia, dan bahwa tujuan ini tidak boleh diabaikan karena pengabaian terhadapnya bertentangan dengan nash-nash dan arahan syariat yang mendorong untuk memperbanyak keturunan serta menjaganya dan merawatnya. Hal ini karena menjaga keturunan adalah salah satu dari lima prinsip dasar yang dijaga oleh syariat:
قرر ما يلي :
Maka diputuskan sebagai berikut:
أولاً : لا يجوز إصدار قانون عام يحد من حرية الزوجين في الإنجاب .
Pertama: Tidak boleh menetapkan undang-undang umum yang membatasi kebebasan pasangan suami istri dalam memiliki anak.
ثانياً : يحرم استئصال القدرة على الإنجاب في الرجل ، أو المرأة ، وهو ما يعرف بالإعقام ، أو التعقيم ، ما لم تدع إلى ذلك الضرورة بمعاييرها الشرعية .
Kedua: Haram hukumnya menghilangkan kemampuan untuk memiliki anak pada laki-laki maupun perempuan, yang dikenal dengan sterilisasi, kecuali jika ada kebutuhan mendesak dengan standar syar’i.
ثالثاً : يجوز التحكم المؤقت في الإنجاب ، بقصد المباعدة بين فترات الحمل ، أو إيقافه لمدة معينة من الزمان إذا دعت إليه حاجة معتبرة شرعاً بحسب تقدير الزوجين ، عن تشاور بينهما وتراضٍ ، بشرط أن لا يترتب على ذلك ضرر ، وأن تكون الوسيلة مشروعة ، وأن لا يكون فيها عدوان على حمل قائم” انتهى .
Ketiga: Diperbolehkan mengatur kelahiran secara sementara, dengan tujuan menjaga jarak antara masa kehamilan, atau menghentikannya untuk waktu tertentu jika terdapat kebutuhan syar’i yang diperhitungkan oleh pasangan suami istri, atas dasar musyawarah dan kesepakatan, dengan syarat tidak menimbulkan bahaya, metode yang digunakan harus syar’i, dan tidak boleh menyerang kehamilan yang sudah ada.” Selesai.
والله أعلم .
Dan Allah lebih mengetahui.
وجاء في ” الموسوعة الفقهية ” ( 30 / 268 ) :
Disebutkan dalam “Al-Mausu’ah Al-Fiqhiyyah” (30/268):
“يحرم على الرّجل تناول دواء يقطع الشّهوة بالكلّيّة ، كما يحرم على المرأة تناول ما يقطع الحبل” انتهى .
“Haram hukumnya bagi laki-laki mengkonsumsi obat yang dapat menghilangkan syahwat secara total, dan juga haram bagi perempuan mengkonsumsi sesuatu yang memutus kemungkinan kehamilan.” Selesai.
والله أعلم
Dan Allah Maha Mengetahui.
Sumber: IslamQA.info
Leave a Reply