Badai Influencer

Di masa perang badai Al Quds ini, para influencer yang mendukung perjuangan para pejuang Palestina mendapatkan tekanan yang luar biasa dari platform medsos yang mereka pakai atau pun di dunia kerja mereka.

Hasan Sulaiman atau yang dikenal dengan Abu Fallah adalah contoh influencer yang diperingatkan oleh Youtube akan ditutup akunnya. Padahal akunnya sudah punya 33 juta subscibers. WALAUPUN DIANCAM, TETAP SAJA DIA MEMBERITAKAN DAN MENDUKUNG PALESTINA.

Di sisi lain, para influencer itu mendapatkan iming-iming uang dan diiklankannya akun mereka jika mereka mau mendukung Israel.

Salah satu tiktoker ini menelanjangi pesan yang dikirimkan kepadanya, di mana ia mendapatkan iming-iming 5000 US Dollar jika mau mendukung Israel.

Ada juga email yang disebarkan kepada para influencer, ini jelas meminta suara mereka mendukung Israel dengan hastag

HAMASisISIS atau

StandWithIsrael. Email ini juga memberitahu tentang para influencer dan konten kreator yang sudah bergabung seperti Kim Kardashian, Madonna, Gal Gadot, Casey Neistat, Amy Schumer, Kylie Jenner, Jerry Seinfeld dan masih banyak lagi yang lainnya.

Adalagi yang dipecat dari pekerjaannya hanya karena membuat status, stories atau video dukungan atas perjuangan Palestina. 

Menarik yang dilakukan oleh Mahmud Abu Qalbin yang membuat gerakan di medsos dengan nama yang dimiripkan dengan nama perang Gaza sekarang: The Influencer's Flood/Badai Influencer. Berikut penjelasannya tentang perang medsos untuk mengungkap kejahatan Israel:

"Baik, untuk menjelaskan hal ini kita harus mundur sedikit ke belakang. Untuk kita sepakat bahwa Israel mempunyai kemampuan militer yang bisa menghabisi Gaza dan membunuh 2,1 juta masyarakat Palestina. Kalau Gaza dianggap yang menyebabkan masalah bagi Israel selama bertahun-tahun ini, maka muncul pertanyaan: Mengapa Israel tidak menghabisi mereka saja? Tentu jawabannya bukan karena moralitas mereka, tetapi karena mereka tahu pasti akan dikutuk oleh masyarakat dunia internasional.

Di sinilah pentingnya kita paham bahwa liputan-liputan media mempunyai perang sangat penting dalam menentukan tindakan yang harus diambil oleh Israel.

Karenanya, kami harus mempunyai satu pesan bersama tentang permasalahan ini.

Maka, saya membuat grup dengan teman-teman yang mempunyai subscribers banyak dan masif pengaruhnya di medsos sejumlah lebih dari 250 orang dari para influencer Arab. Target kita menyampaikan pesan bersama sebagai masyarakat Palestina atau pendukung Palestina ke seluruh dunia untuk menjelaskan lebih banyak melalui kampanye kita dan melalui penyampaian potret yang benar ke seluruh dunia, hal ini bisa memberi dampak negatif kepada ekonomi Israel  dengan cara membongkar siapa mereka sesungguhnya, menghalangi para investor yang akan investasi di Israel, juga menurunkan jumlah wisatawan ke Israel.

Jadi, ini tidak hanya berhubungan dengan masalah yang sedang terjadi di mana setiap kita bisa berperan di perang ini, kita juga bisa berperan untuk mendukung pasukan pejuang. Mereka lebih membutuhkan kita di waktu sekarang di bandingkan waktu lain."

Ah...speechless...

Kemana para influencer yang selama ini menambang sampah monetize dengan isu Islam atau tampil bak mufti besar atau bicara tentang agama berbusa-busa selayaknya muhaqqiq mumpuni kemudian dielu elukan para pengagumnya atau menghunus pedang di hadapan wajah saudaranya muslim tapi bisu di hadapan kekejaman zionis.

Kini saat salah satu bab fikih (jihad) sedang diterapkan di lapangan, mereka sembunyi penakut pengecut dengan ragam dalih.

Padahal dalil mereka yang sesungguhnya adalah karena takut berkurang subscriber. Takut kehilangan akun. Takut tidak digaji lagi. Takut ditinggal konstituen.

Hina...!

Saat saudaranya di Gaza kehilangan segalanya.

Karenanya saat perang Badai Al Aqsha dimulai dengan dentuman senjata, Badai influencer pun diviralkan oleh para influencer yang masih punya nurani.