Dzikir Shabir

(Oleh: K.H Budi Ashari, Lc)

Sambil menunggu pagi waktu Palestina, yang diduga kuat akan menjadi hari pertama pemberhentian perang sementara untuk tukar tawanan di fase yang pertama. Kita basahi hati kita dengan dzikirnya Shabir.

"Kamu membuat saya tidak bisa berkata-kata," reaksi Aiman Azzam seorang jurnalis ternama ketika mewawancarai Shabir salah satu penduduk Gaza asli. Berkali-kali Aiman menunduk menahan air mata dan akhirnya mengusapnya dengan tisu.

Shabir tinggal di kamp pengungsian Jabaliya, Gaza Utara. Salah satu daerah yang di perang darat ini mengalami kehancuran sangat parah dan yang syahid pun sangat banyak. Bahkan saat diwawancari, roket jatuh tidak jauh dari tempatnya.

Shabir sesungguhnya bisa dengan mudah membawa keluarganya meninggalkan Gaza. Karena Shabir punya kewarganegaraan lain.

Tapi dengarkan ketegasan dan keteguhan Shabir. Shabir, orang seperti namanya.

Dengarkan Shabir,

"Saya akan menjawab anda sesuai kenyataan keluar dari hati saya. Saya punya kewarnegaraan lain, maka dengan mudah saya bawa keluarga saya untuk keluar dari Gaza. Bukan begitu?

Tapi saya tidak akan pernah keluar, bahkan sekadar terpikirkan pun tidak. Bahkan teman-teman di negeri kedua saya itu menghubungi saya dan berkata: Apakah kamu meninggalkan rumahmu di sini yang aman dan memilih Gaza? Tapi sebagian lagi yang lain di suatu perjalanan saya ke luar, mereka berkata kepada saya: Tolong bawakan saya sedikit debu Gaza.

Saya sekarang di sini bukan saja punya debu, tapi ada di tanah ribath (bertahan untuk berjuang), banyak orang-orang besar dan mulia. Memang benar, di sini sekarang perang, tembakan, kehancuran.

Ini bukan hanya masalah benar atau tidak benar, hidup layak atau tidak layak. Tapi kami ini satu-satunya negara di dunia hari ini yang telah mengalami penjajahan panjang, tapi kami masih terus bertahan, melawan, berjuang demi mengembalikan hak dan kehormatan kami yang ingin dirampas oleh penjajah. Tapi mustahil mereka bisa melakukan itu pada kami.

Demi Allah, sejak perang 2008 sampai perang yang sekarang ini hidup di sini memang sangat sulit, tapi mereka yang masuk ke Gaza lebih banyak daripada yang keluar dari Gaza.

Saya tidak mengabarkan ini dari luar. Tapi yang saya alami sendiri dari dalam Gaza bersama keluarga, kerabat, saudara dan teman-teman.

Karenanya bagaimana saya bisa berpikir untuk keluar dari Gaza tanpa kembali lagi. Padahal Allah telah memuliakan saya untuk berada di tempat yang dirindukan oleh banyak orang juga oleh masyarakat Arab yang mempunyai komitmen untuk kearaban, keislaman dan Masjidil Aqsha.

Saya tidak akan pernah keluar!

Saya tidak akan membuat penjajah itu berhasil mengusir kami dari sini!"

Jurnalis Aiman Azzam menyela, "Kalau kamu bertahan, kamu dan anak-anakmu akan mati. Mengapa harus kamu yang menanggung masalah besar ini. Maafkan saya menyulitkan anda, karena anda membuat saya tidak bisa berkata-kata."

Dengarkan jawaban Shabir bukan hanya dengan telinga, tapi buka hati anda,

"Karena saya ingin hidup merdeka dan kalau pun mati saya ingin mati dengan mulia, izzah di negeriku, agar anak-anakku nanti bisa hidup. Anak-anak saya akan hidup dengan merdeka kalau saya menjadi tebusan bagi negeri ini. Semua kita akan mati, anda akan mati Aiman, semua yang mendengarkan ini juga akan mati, tidak ada yang abadi. Tetapi ada perbedaan antara satu kematian dengan kematian yang lain. Dan saya memilih untuk mati dalam keadaan mulia. Banyak yang sudah meninggal tapi namanya masih terus harum di sekitar kami."

Sudah dengar penuturan Shabir?

Diwawancarai seorang jurnalis profesional.

Apakah setelah ini anda masih juga menukil video-video yang katanya seorang penduduk Gaza tapi mengutuk para pejuang Gaza?

Masih juga mengatakan kalau semua kekacauan ini sebabnya adalah para pejuang dan rakyat yang menanggung deritanya?

Itulah mengapa Gaza tidak mungkin punya rakyat seperti anda. Bukan kebetulan, mereka lah orang-orang yang dipilih Allah untuk tinggal di Gaza. Karena mereka memang pilihan. Bukan anda, karena anda pasti akan mengutuk jihad dan para mujahid, sementara zionis sangat aman di mulutmu.

Kalau anda yang tinggal di Gaza, pasti negeri Gaza anda serahkan ke zionis dan memilih pergi meninggalkan negeri. Karena anda memang bukan seperti mereka yang meninggalkan kenyamanan demi bertahan di negeri mulia jihad. Sementara anda justru menukar jihad dengan kenyamanan dan keamanan semu.

Wawancara tanpa pencitraan

Bukan mereka yang bicara tanpa data. Ini langsung dari dalam negeri yang sedang membara.

Bukan asumsi, bukan data dari Amerika, bukan juga data dari Amerika bersorban!

Shabir seperti jubir rakyat Gaza.

Anda yang mengutuk para pejuang Gaza, jubir siapa?

https://www.facebook.com/share/p/22MyNaqsCrMnFWUj/?mibextid=qi2Omg