Mereka Bukan Kalian

Ditulis oleh : KH Budi Ashari

Yang anda saksikan ini adalah sebuah gangguan saraf karena pertempuran atau yang disebut dengan Shell Shock. Gangguan ini bisa membuat badan terus gemetar atau tidak bisa berdiri sampai lumpuh total atau tidak bisa mendengar dan tidak bisa bicara. Gangguan ini terjadi pada perang dunia pertama. Dan terapi saat itu hanya menggunakan setrum listrik. Yang terkena gangguan ini adalah para tentara.

Banyaknya kasus bunuh diri tentara Israel karena stress perang sudah sejak lama terjadi

Ratusan tentara Israel bunuh diri dan sebagian mereka harus masuk rumah sakit jiwa pun sudah lama terjadi.

Tapi amatilah dengan seksama liputan Al Jazeerah TV pagi pertama penghentian perang sementara.

Lalu lalang orang tidak terlihat panik di wajah mereka. Tidak terlihat ketakutan. Anak-anak masih asyik dengan sepedanya. Orang berjalan kaki dengan nyaman. Berkendara dengan tetap stabil. Berbagi minum dengan teman.

Sebagian mereka ingin melihat kampungnya yang bisa jadi telah luluh lantak oleh serangan biadab zionis.

Wail Dahdud reporter Al Jazeerah TV yang merupakan orang asli Gaza dan saat perang ini juga kehilangan sebagian keluarga yang dicintainya mewawancarai beberapa orang yang hendak melakukan perjalanan.

Mereka bukan mau lari meninggalkan Gaza. Bukan. Sekali lagi bukan. Dan tidak sama sekali!

Dengarkan kalimat bapak tua ini,

"Ini bangsa yang kuat, bangsa pahlawan, bangsa pemberani, inilah bangsa yang tidak akan pernah mati. Lailaha Illallah. Saya tidak takut kembali ke rumah. Saya siap mati di rumah saya. Daerah saya sudah rata dengan tanah, tidak ada yang tersisa. Saya berdoa kepada Allah agar diberi umur panjang untuk bisa membangun kembali. Saya akan kembali ke rumah di mana saya dididik saat kecil dan dia menemani saat saya sudah tua."

Dengarkan juga kalimat seorang ibu muda ini,

"Alhamdulillah, kami bisa kembali ke rumah. Alhamdulillah yang memenangkan perjuangan ini. Ya Allah menangkan perjuangan ini yang menjadi kemenangan bagi seluruh muslimin dan kebahagiaan bagi seluruh dunia. 47 hari tanpa makanan, minuman, tidak tidur, anak-anak dan orang dewasa semua lelah. Allah yang menjaga mereka. Yang tersisa di daerah kami hanya sedikit saja, kami mau melihat apa yang masih tersisa. Segala puji bagi Allah atas penghentian perang ini. Ya Allah tolonglah para mujahidin dan menangkan mereka."

Sungguh mengherankan, 4 hari penghentian perang ini tidak mereka manfaatkan untuk segera keluar dari Gaza, atau minimal mencari tempat yang lebih aman. Tetapi mereka justru mencoba kembali ke rumah mereka yang sudah rata dengan tanah.

Walau rumah sudah rata dengan tanah, tak lagi ada harta yang tersisa, tetapi mereka tidak pernah menyalahkan para pejuang. Mereka tidak pernah berkata bahwa semua ini sebabnya adalah kelompok pejuang. Yang ada justru mereka mendukung, menyanjung dan mendoakan.

Sampai di sini paham, manusia dengan kualitas seperti apa mereka ini?

Mereka bukan kalian!