Membebaskan Al Aqsha Sesuai Kapasitas Masing-masing

@cerita.edgar

Seorang guru pernah menasihati, "kenapa jenis amal shalih itu beraneka ragam? Sebab keadaan kita juga bermacam-macam."

Ada yang istighfar lebih cocok buatnya karena ia tahu kelam dosanya. Ada yang tasbih jadi penghias lisannya karena ia seperti wewangian bagi hati yang bersih.

Ada yang kelak mengantongi ampunan karena sebagai petani, ia menanam padi sambil meluaskan niatnya agar yang ia tanam dimakan para shalihin.

Ada yang peluhnya menjadi besar pahala karena ia lebih memilih lelah berkeringat asal halal daripada kena tiupan AC tapi uang syubhat.

Ada yang berat sekali shalat malam, maka ia memaksimalkan puasa. Ada yang sulit menghafal Al Qur'an, maka dia lebih banyak membacanya.

Ada yang bersedekah dengan uangnya karena dilebihkan di harta. Ada yang berinfaq dengan ilmunya karena ia dilebihkan pengetahuan.

Begitu pula, kata guru saya, tentang proyek pembebasan Al Aqsha.

Tidak akan bisa semuanya menjadi pasukan tempur. Pasti ada yang menjadi guru, juru bicara, penyapu ranjau, pemintal kain, hingga ahlinya pengeras suara. Semuanya berjuang dengan keadaannya masing-masing.

Syaikh Abdul Karim Bakkar menjelaskan, "perjuangan itu bermacam-macam, maka kelak kita akan menyemai kemenangan yang bermacam-macam pula."

Sebab kemenangan umat yang besar nanti adalah akumulasi dari kemenangan di medan masing-masing sesuai kapasitas kita. Jangan ragukan dirimu.