(Bukan) Catatan Politik : Merindukan Pemimpin, bukan (cuma) Presiden

Catatan Ringan oleh : Reza Ervani bin Asmanu

Bismilahirrahmanirrahiim

Menonton siaran ulang acara Desak Anies Sesi Ojol dan Buruh, ada satu pertanyaan yang membuat penulis terenyuh dari seorang supir Ojol. Pertanyaannya kurang lebih seperti ini :

"Jika Pak Anies tidak berhasil jadi Presiden, apakah akan meninggalkan kami berjuang sendirian ? Lalu tiba-tiba muncul lagi di 2029 ?"

Pertanyaan ini beliau sampaikan dengan suara bergetar. Nampak ada trauma yang masih berbekas rasa sakit dibalik baris-baris tanya tersebut, dan penulis yakin bisa dirasakan oleh siapa saja yang hadir saat itu.

Dalam perjalanan sejarah bangsa, kita mengenal nama-nama besar pemimpin seperti Pangeran Diponegoro, Teuku Umar, Jenderal Sudirman, Bung Tomo, K.H. Ahmad Dahlan, K.H. Hasyim Asy'ari dan banyak lagi. Tokoh-tokoh itu bukanlah orang yang menjabat secara formal sebagai seorang Presiden. Bahkan Indonesia belumlah merupakan bentuk negara independen resmi kala itu.

Meski demikian, merekalah sumber inspirasi yang berhasil menggerakkan ribuan rakyat untuk terbebas dari belenggu imperialis. Ada energi kepemimpinan yang luar biasa pada pribadi-pribadi tersebut.

Pikiran bawah sadar kita yang mencicipi masa reformasi lebih dari 20 tahun - diakui atau tidak - merindukan sosok-sosok seperti para pejuang tadi. Tokoh yang berani berdiri di depan melawan kezhaliman dan kecurangan. Tokoh yang tidak lari dari gelanggang saat kondisi dianggap tidak menguntungkan, atau malah berkhianat justru setelah menerima mandat.

Tokoh pemimpin, itulah yang sesungguhnya kita rindukan, karena dia bisa terus menginspirasi dan berjuang bersama kita, dalam kapasitas apapun yang sedang diamanahkan kepada dirinya.

Semoga Allah Ta'ala menjawab kerinduan itu dalam waktu yang paling tepat menurut IlmuNya. Aamiin.

*) Penulis adalah seorang guru ngaji