Benarkah Kitab yang Lebih Tinggi itu Lebih Sulit ?

Catatan Belajar oleh : Reza Ervani bin Asmanu

Bismilahirrrahmanirrahiim

Jika tahapan belajarnya benar, Maka Kitab yang Lebih Tinggi justru menjadi pintu kemudahan berikutnya bagi seorang pelajar dalam mempelajari suatu bidang ilmu, bukan malah menjadi momok yang menakutkan.

Contoh sederhana misalnya di bidang Bahasa Arab. Penjelasan Ragam Mubtada Khabar dari Sisi Nakirah dan Ma'rifah yang tidak kita ketemukan dalam pembelajaran Alajurumiyyah, akan kita dapati penjelasan lengkapnya di kitab-kitab Syarh Matn Alfiyyah Ibnu Maalik, atau lebih lengkap lagi misalnya di kitab Ushul fii an Nahwi.

Contoh lain : bahasan detail tentang kondisi-kondisi bertemunya dua sukun yang tidak kita dapati di pembelajaran Ilmu Sharaf Dasar, penjelasan gamblangnya justru bisa kita temukan di kitab-kitab Syarh Matn Alfiyyah Ibnu Maalik atau bahkan secara lebih menyeluruh dibahas pada Al Kitab-nya Imam as Sibawayh, atau di kitab-kitab yang lebih spesifik semisal Kitab Tashrif fii al Quranil Kariim.

Pertanyaan-pertanyaan detail tentang suatu hal di berbagai bidang ilmu umumnya baru bisa kita temukan di kitab-kitab yang levelnya lebih tinggi di bidang tersebut.

Ini memberikan kita setidaknya 2 (dua) catatan penting pembelajaran :

Yang pertama, ikuti tahapan belajar secara runut, sehingga pondasi cakupan masalah suatu bidang ilmu menjadi jelas bagi kita. Melompat ke level yang lebih tinggi tanpa tangga yang benar, seringkali justru membuat kita menjadi bingung dan akhirnya jatuh menyerah dalam pembelajaran. Pondasi dasar inilah tempat kita mendirikan bangunan ilmu yang lebih tinggi tingkatan demi tingkatan.

Yang kedua, tidak perlu takut merujuk ke kitab-kitab yang lebih tinggi untuk sebuah masalah yang jawabannya tidak kita temukan di kitab-kitab yang lebih rendah. _"Barrier"_ psikologis ini biasanya didapatkan oleh seorang pelajar saat dia belajar di kelas-kelas rendah dari ucapan guru atau sesama pelajar tentang "seramnya" kitab-kitab babon yang lebih tinggi. Padahal kitab-kitab induk itu ada justru sebagai rangkuman detail ensiklopedis atas pertanyaan-pertanyaan yang belum saatnya diketahui secara mendalam di kelas-kelas awal pembelajaran.

Semoga Allah Ta'ala memberikan kita kesabaran belajar, keilmuan yang terus bertambah dan rezeki keluasan pemahaman.

Allahumma faqihnaa fiddiin.

Cileungsi, 5 Ramadhan 1445 H