Al Baqarah ayat 3 : Hubungan antara Aqidah dengan Keimanan dan Syariat (2)
Kompilasi dan Alih Bahasa : Reza Ervani bin Asmanu
w
و فرعون كان يوقن بأن المعجزات التي جاء بها موسى إنما هي من عند الله, و لكن جحد بها استكباراً و علواً, كما قال الله في حقه و مثله :
Contoh lainnya adalah Fir’aun. Sebenarnya dia yakin bahwa mu’jizat-mu’jizat yang datang bersama Nabi Musa – alaihi salam – adalah berasal dari sisi Allah Ta’ala. Akan tetapi, dia mengingkarinya karena sombong dan tinggi hati. Sebagaimana Firman Allah Ta’ala :
وَجَحَدُوا بِهَا وَاسْتَيْقَنَتْهَا أَنفُسُهُمْ ظُلْمًا وَعُلُوًّا ۚ
Dan mereka mengingkarinya karena kezaliman dan kesombongan (mereka) padahal hati mereka meyakini (kebenaran)nya. (Surah An Naml ayat 14)
و قد خاطب موسى فرعون قائلاً
Musa berkata kepada Fir’aun :
قَالَ لَقَدْ عَلِمْتَ مَا أَنزَلَ هَٰؤُلَاءِ إِلَّا رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ بَصَائِرَ
Musa menjawab: “Sesungguhnya kamu telah mengetahui, bahwa tiada yang menurunkan mukjizat-mukjizat itu kecuali Tuhan Yang memelihara langit dan bumi sebagai bukti-bukti yang nyata; (Surah Al Israa ayat 102)
و أهل الكتاب يعرفون أن محمداً مرسل من ربه :
Dan pula para ahlul kitab (Yahudi dan Nasrani) mengetahui bahwa Muhammad shalallahu ‘alaihi wa salam adalah utusan dari RobbNya :
الَّذِينَ آتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ يَعْرِفُونَهُ كَمَا يَعْرِفُونَ أَبْنَاءَهُمْ
Orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang telah Kami beri Al Kitab (Taurat dan Injil) mengenal Muhammad seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri. (Surah Al Baqarah ayat 146)
و اسمع إلى قول أبي طالب يخاطب الرسول صلى الله عليه و سلم معتذراً لعدم إيمانه :
و لقد علمتُ بأن دين محمد من خير أديان البرية دينـــاً
لولا الملامة أو حذار مسبــة لوجدتني سمحاً بذاك مبيناً
Simak pula syair Abu Thalib saat dia menyampaikan kepada Rasulullah shalallahu alaihi wa salam alasannya tidak beriman :
Sungguh aku mengetahui bahwa agamanya Muhammad – adalah agama terbaik dari seluruh agamanya manusia
Kalau bukan karena celaan dan menghindari aib – Maka kalian akan mendapatkanku ada dalam petunjuk itu
إذن ليس الإيمان مجرد معرفة باردة با لله, أو معرفة يستعلي صاحبها عن الإقرار بها, أو يرفض أن ينصاع لحكمها, بل هي عقيدة رضي بها قلب صاحبها, و أعلن عنها بلسانه, و ارتضى المنهج الذي صاغه الله متصلاً بها.
Jadi bukanlah iman itu hanya sekedar mengenal Allah, atau sekedar mengetahui keunggulan orang-orang yang mengikrarkan keimanan, tetapi menolak tunduk kepada hukum-hukumnya. Melainkan yang dimaksud adalah aqidah yang diyakini dengan kerelaan di hati, dan diumumkan dengan lisan, serta ridho dengan manhaj/metode yang telah ditetapkan Allah Ta’ala berkaitan dengan keyakinan tersebut.
و لذلك قال علماء السلف :
الإيمان : اعتقاد بالجنان, و نطق باللسان و عمل بالإركان
Itulah yang disampaikan oleh para ulama terdahulu (salaf) :
Bahwa Iman adalah : Keyakinan dengan hati, diucapkan dengan lisan dan diamalkan dengan anggota tubuh
Allahu Ta’ala ‘A’lam
Leave a Reply