Menoleh dalam Sholat, Ragam Macamnya
Kompilasi dan Alih Bahasa : Reza Ervani bin Asmanu
w
Menoleh dalam Sholat menjadi salah satu yang harus kita hindari. Bagaimana detail pembahasannya ? Silahkan disimak artikel berikut ini
الالتفات في الصلاة أنواع :
Al Iltifaat (menoleh) dalam sholat ada beberapa jenis, :
١ – منها : الالتفات بالصدر فيحول صدره عن جهة القبلة ، فهذا الالتفات يبطل الصلاة ، لأن استقبال القبلة شرط من شروط صحة الصلاة .
1. Diantaranya : Menoleh dengan dada, sehingga dadanya berubah dari arah kiblat, maka menoleh jenis ini membatalkan sholat, karena menghadap kiblat adalah salah satu syarat dari syarat sah sholat.
٢ – الالتفات بالرأس أو بالعين فقط ، مع بقاء البدن مستقبلاً القبلة ، فهذا الالتفات مكروه ، إلا إذا فعله المسلم لحاجته إلى ذلك .
2. Menoleh dengan kepala atau dengan gerakan mata saja, sementara badan tetap menghadap kiblat. Maka menoleh jenis ini adalah makruh, kecuali jika dilakukan seorang muslim karena ada kebutuhan tertentu untuk itu
فإذا فعله من غير حاجة فقد نقص ثواب صلاته ، غير أنها صحيحة لا تبطل بذلك .
Jika dilakukan tanpa keperluan tertentu, maka akan mengurangi pahala sholatnya, tanpa menghilangkan sahnya sholat dan tidak membatalkan sholat.
جاء في “الموسوعة الفقهية” (٢٧/١٠٩) :
Disebutkan dalam Al Mausu’ah Al Fiqhiyah (27/109) :
“لاَ خِلاَفَ بَيْنَ الْفُقَهَاءِ فِي كَرَاهَةِ الاِلْتِفَاتِ فِي الصَّلاَةِ ؛ لِحَدِيثِ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ تَعَالَى عَنْهَا قَالَتْ :
“Tidak ada khilaf diantara para fuqoha tentang makruhnya Al Iltifaat (menoleh) dalam sholat, berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh ‘Aisyah radhiyallahu Ta’ala ‘anha, beliau mengatakan :
سَأَلْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ الاِلْتِفَاتِ فِي الصَّلاَةِ ؟ فَقَال : ( هُوَ اخْتِلاَسٌ يَخْتَلِسُهُ الشَّيْطَانُ مِنْ صَلاَةِ الْعَبْدِ ) رواه البخاري (٧٥١)
Aku bertanya kepada Nabi shalallahu alaihi wa salam tentang Al Iltifaat (Menoleh) dalam sholat. Maka beliau menjawab : “Itu adalah bentuk Ikhtilaas (pencurian), Syaithan mencuri darinya sholat seorang hamba” (Hadits Riwayat Imam Al Bukhari Nomor 751)
وَالْكَرَاهَةُ مُقَيَّدَةٌ بِعَدَمِ الْحَاجَةِ أَوِ الْعُذْرِ ، أَمَّا إِنْ كَانَتْ هُنَاكَ حَاجَةٌ : كَخَوْفٍ عَلَى نَفْسِهِ أَوْ مَالِهِ لَمْ يُكْرَهْ ” انتهى .
Al Karaahah (Kemakruhan) ini terbatas jika tidak ada hajat atau udzur, sementara jika ada padanya kebutuhan tertentu, seperti takut akan (keselamatan) diri atau hartanya, maka tidak makruh
—- Selesai Kutipan dari Al Mausuah Al Fiqhiyah —-
وجاء في “فتاوى اللجنة الدائمة” (٢٧/٧) :
Disebutkan dalam Fatawa Al Lajnah Ad Daaimah (27/7)
” والالتفات مكروه في الصلاة وينقص ثوابها ، لكن لا تجب الإعادة على من التفت في صلاته ؛ لأنه قد ثبت في أحاديث أخرى ما يدل على جواز الالتفات إذا دعت إليه الحاجة ، فعلم بذلك أنه لا يبطل الصلاة ” انتهى .
“Al Iltifaat makruh dalam sholat dan mengurangi pahalanya, akan tetapi tidak wajib untuk mengulang bagi mereka yang menoleh dalam sholatnya, karena telah tetap dalam hadits-hadits yang lain yang menunjukkan bahwa dibolehkan menoleh jika datang padanya satu keperluan tertentu, maka kita mengetahui dengan demikian, bahwa hal tersebut (Al Iltifaat) tidak membatalkan sholat”
—- Selesai kutipan dari Fatawa Al Lajnah Ad Daaimah —-
وقد جاءت أحاديث كثيرة تدل على جواز الالتفات في الصلاة إذا كان ذلك لحاجة ، منها : ما رواه مسلم (٤٣١) عَنْ جَابِرٍ رضي الله عنه قَالَ :
Disebutkan dalam banyak hadits tentang dasar dibolehkannya menoleh saat sholat jika ada kebutuhan tertentu, diantaranya hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim Nomor 431 dari Jaabir radhiyallahu ‘ahu. Beliau mengatakan :
( اشْتَكَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَصَلَّيْنَا وَرَاءَهُ وَهُوَ قَاعِدٌ وَأَبُو بَكْرٍ يُسْمِعُ النَّاسَ تَكْبِيرَهُ ، فَالْتَفَتَ إِلَيْنَا فَرَآنَا قِيَامًا فَأَشَارَ إِلَيْنَا فَقَعَدْنَا ، فَصَلَّيْنَا بِصَلَاتِهِ قُعُودًا ) .
Rasulullah shalallahu alaihi wa salam sedang sakit, dan kami sholat di belakang beliau, sementara beliau dalam keadaan duduk. Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu memperdengarkan takbir beliau (mengeraskan suara) kepada orang-orang. Lalu Rasulullah menoleh kepada kami dan melihat kami berdiri, maka kemudian beliau memberikan isyarat kepada kami untuk duduk, maka kami kemudian sholat bersama dengan beliau dengan duduk.
وروى أبو داود (٩١٦) عَنْ سَهْلِ ابْنِ الْحَنْظَلِيَّةِ رضي الله عنه قَالَ :
Juga dalam riwayat Imam Abu Dawud hadits nomor 916, dari Sahl ibn Al Hanzhaliyyah radhiyallahu ‘anhu, beliau mengatakan :
( ثُوِّبَ بِالصَّلَاةِ – يَعْنِي صَلَاةَ الصُّبْحِ – فَجَعَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي وَهُوَ يَلْتَفِتُ إِلَى الشِّعْبِ ) قَالَ أَبُو دَاوُد : وَكَانَ أَرْسَلَ فَارِسًا إِلَى الشِّعْبِ مِنْ اللَّيْلِ يَحْرُسُ .
“(Kami) bersiap untuk sholat – yakni sholat shubuh – maka Rasulullah shalallahu alaihi wa salam sholat dan beliau menoleh ke lembah” – Imam Abu Dawud menambahkan : Saat itu pasukan berkuda dikirimkan ke lembah dari malam hari untuk berjaga”
Allahu Ta’ala ‘A’lam
Leave a Reply