البقرة ١٨
[Ensiklopedi Al Quran] Al Baqarah ayat 18 (2) : Shummun Bukmun ‘Umyun Fahum Laa Yarji’uun
Alih Bahasa dan Kompilasi : Reza Ervani bin Asmanu
بسم الله الرحمن الرحيم
Al Baqarah ayat 18 adalah lanjutan serial Ensiklopedi Al Quran
صُمٌّ بُكْمٌ عُمْىٌ فَهُمْ لَا يَرْجِعُونَ
Imam al Qurthubi dalam Tafsir Beliau mengatakan :
قُلْتُ: وَهَذَا الْمَعْنَى هُوَ الْمُرَادُ فِي وَصْفِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وُلَاةَ آخِرِ الزَّمَانِ فِي حَدِيثِ جِبْرِيلَ (وَإِذَا رَأَيْتَ الْحُفَاةَ الْعُرَاةَ الصُّمَّ الْبُكْمَ مُلُوكَ الْأَرْضِ فَذَاكَ مِنْ أَشْرَاطِهَا). وَاللَّهُ أَعْلَمُ.
Aku berkata : Makna ayat ini adalah apa yang dimaksud dalam deskripsi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang para penguasa akhir zaman dalam hadits Jibril :
وَإِذَا رَأَيْتَ الْحُفَاةَ الْعُرَاةَ الصُّمَّ الْبُكْمَ مُلُوكَ الْأَرْضِ فَذَاكَ مِنْ أَشْرَاطِهَا
Dan jika engkau melihat orang-orang yang tidak beralas kaki, telanjang, tuli, dan bisu sebagai raja-raja di muka bumi, maka itulah salah satu tandanya (kiamat).
Wallahu ‘A’lam
— Selesai Kutipan Tafsir al Qurthubi —
{لَا يَرْجِعُونَ}: عن ضلالتهم، أو عن كفرهم، إلى الإيمان.
Laa yarji’uun (tidak kembali). artinya, mereka tidak akan kembali dari kesesatan atau kekafiran mereka kepada iman
وإذا قارنا هذه الآية مع الآية (١٧١) من سورة البقرة، ومثل الّذين كفروا، كمثل الذي ينعق بما لا يسمع، إلَّا دعاءً ونداءً، صمٌّ، بكمٌ، عمي، فهم لا يعقلون، نجد أنّ الآية (١٨)، جاءت في سياق الهداية، والضّلال، فهم لا يرجعون عن ضلالتهم، أو كفرهم، إلى الإيمان.
Jika kita bandingkan ayat ini dengan ayat 171 dari surat Al-Baqarah, yaitu:
وَمَثَلُ الَّذِينَ كَفَرُوا كَمَثَلِ الَّذِي يَنْعِقُ بِمَا لَا يَسْمَعُ إِلَّا دُعَاءً وَنِدَاءً ۚ صُمٌّ بُكْمٌ عُمْيٌ فَهُمْ لَا يَعْقِلُونَ
Dan perumpamaan (orang-orang yang menyeru) orang-orang kafir adalah seperti penggembala yang memanggil binatang yang tidak mendengar selain panggilan dan seruan saja. Mereka tuli, bisu dan buta, maka (oleh sebab itu) mereka tidak mengerti.
Maka kita dapat menemukan bahwa ayat 18 Surah al Baqarah ini datang dalam konteks hidayah dan kesesatan. Mereka tidak akan kembali dari kesesatan atau kekafiran mereka kepada iman.
أما الآية (١٧١)، فقد جاءت في سياق التقليد، تقليد الآباء، الّذين وصفهم بأنهم لا يعقلون، في الآية (١٧٠)، والّذين قلدوهم من أبنائهم، أو غيرهم، هم كذلك؛ صمٌّ بكمٌ عميٌ، فهم لا يعقلون، لا يفكرون ويعقلون من عقل الشيء أي: عرفه بدليله وفهمه حتّى يصل إلى حكم أو نتيجة أنّ الله هو الإله الحق.
Adapun ayat 171 Surah Al Baqarah, datang dalam konteks taqlid, yaitu taqlid (mengikuti tanpa alasan) kepada generasi lalu yang telah disifati sebagai tidak berakal dalam ayat 170 sebelumnya :
وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ اتَّبِعُوا مَا أَنزَلَ اللَّهُ قَالُوا بَلْ نَتَّبِعُ مَا أَلْفَيْنَا عَلَيْهِ آبَاءَنَا ۗ أَوَلَوْ كَانَ آبَاؤُهُمْ لَا يَعْقِلُونَ شَيْئًا وَلَا يَهْتَدُونَ
Dan apabila dikatakan kepada mereka: “Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah,” mereka menjawab: “(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami”. “(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?”.
Orang-orang yang meniru mereka, baik dari anak-anak mereka atau orang lain, demikian pula keadaannya ; tuli, bisu, dan buta, sehingga dikatakan mereka tidak berakal. Mereka tidak berpikir dan menggunakan akalnya, yaitu: mengetahui dalil-dali atau alasannya serta berupaya memahaminya hingga mencapai hukum dan ketetapan bahwa Allah adalah Ilah yang Haqq.
قَوْلُهُ تَعَالَى: (فَهُمْ لَا يَرْجِعُونَ) أَيْ إِلَى الْحَقِّ لِسَابِقِ عِلْمِ اللَّهِ تَعَالَى فِيهِمْ.
Firman Allah Ta’ala : Fahum Laa Yarji’uun – mereka tidak akan kembali kepada kebenaran sesuai dengan pengetahuan Allah yang telah mendahului tentang mereka.
يُقَالُ: رَجَعَ بِنَفْسِهِ رُجُوعًا، وَرَجَعَهُ غَيْرُهُ، وَهُذَيْلٌ تَقُولُ: أَرْجَعَهُ غَيْرُهُ. وَقَوْلُهُ تَعَالَى:” يَرْجِعُ بَعْضُهُمْ إِلى بَعْضٍ الْقَوْلَ ” [سبأ: ٣١] أَيْ يَتَلَاوَمُونَ فِيمَا بَيْنَهُمْ، حَسَبَ مَا بَيَّنَهُ التنزيل في سورة سبأ .
Dapat pula dikatakan : Mengembalikan (menyalahkan) diri sendiri, atau mengembalikan (menyalahkan) orang lain. Hudzail mengatakan : mengembalikan (menyalahkan) orang lain / pihak lain, sebagaimana Firman Allah Ta’ala dalam surah Saba’ ayat 31 :
وَلَوْ تَرَىٰ إِذِ الظَّالِمُونَ مَوْقُوفُونَ عِندَ رَبِّهِمْ يَرْجِعُ بَعْضُهُمْ إِلَىٰ بَعْضٍ الْقَوْلَ يَقُولُ الَّذِينَ اسْتُضْعِفُوا لِلَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا لَوْلَا أَنتُمْ لَكُنَّا مُؤْمِنِينَ
Dan (alangkah hebatnya) kalau kamu lihat ketika orang-orang yang zalim itu dihadapkan kepada Tuhannya, sebahagian dari mereka menghadap kan perkataan kepada sebagian yang lain; orang-orang yang dianggap lemah berkata kepada orang-orang yang menyombongkan diri: “Kalau tidaklah karena kamu tentulah kami menjadi orang-orang yang beriman”.
Yakni mereka saling mencela di antara mereka, sesuai dengan penjelasan dalam Al-Qur’an surat Saba’ tersebut.
Allahu Ta’ala A’lam
Leave a Reply