Sejarah Pencetakan al Quran (1)
Kompilasi Oleh : Reza Ervani bin Asmanu
Artikel Sejarah Pencetakan al Quran (1) ini adalah artikel dalam Kategori Ilmu Rasm dan Dhabth dan Sejarah Pencetakan al Quran
Dr. Husam al-Deen Tahir ‘Abd al-Mun’im, seorang profesor bahasa Arab dan peneliti ilmu Al-Qur’an asal Mesir, menulis artikel panjang tentang sejarah mushaf – Al-Qur’an dalam bentuk tertulis – dari zaman Nabi hingga zaman modern.
Setelah membahas pengumpulan dan penyebaran mushaf pada masa Abu Bakr dan Utsman, pengenalan titik, simbol vokal, dan tanda pembagian pada masa Umayyah, serta perhatian yang diberikan untuk membuat mushaf tulisan tangan yang indah selama periode Abbasiyah dan Ottoman, penulis kemudian beralih ke munculnya mesin cetak dan sejarah mushaf cetak, seperti yang diterjemahkan di bawah ini. Gambar-gambar dari cetakan-cetakan yang berbeda telah ditambahkan oleh penerjemah untuk melengkapi artikel tersebut.
وقد شهد عصر العثمانيين علامة فارقة في تاريخ المصحف، وهي ظهور المطبعة التي اخترعها جوتنبرج في ألمانيا عام 1436م، ولم تلبث أن استقدمها العثمانيون إلى الأستانة بعد تحفظ فقهي كبير، حيث كان الفقهاء يفتون بحرمة طباعة المصحف والكتب الدينية، وتعددت التفسيرات لهذا الموقف، فمن قائل إنه التخوف من تحريف القرآن وتغيير حروفه، ومن قائل إنه التخوف من تواكل طلاب العلم وتركهم الحفظ، ومن قائل إن الطباعة كانت تمثل تهديدا لفئات كثير من الفقهاء والقضاة وكبار موظفي الدواوين ممن كانوا يعتمدون في تحصيل رزقهم على نسخ الكتب والمصاحف.ـ
Era Kesultanan Utsmaniyah menyaksikan tonggak penting dalam sejarah mushaf, yaitu munculnya mesin cetak yang ditemukan oleh Gutenberg di Jerman pada tahun 1436 Masehi. Tidak lama kemudian, Kesultanan Utsmaniyah membawanya ke Astana [sekarang Istanbul] setelah beberapa pertimbangan fikih yang signifikan, karena para ulama memiliki pandangan yang berbeda tentang apakah halal atau tidak mencetak mushaf dan karya-karya agama lainnya, dengan beberapa tafsiran yang berbeda. Beberapa berpendapat menentangnya berdasarkan ketakutan bahwa hal itu akan merusak Al-Qur’an dan mengubah huruf-hurufnya. Lainnya menentangnya karena khawatir bahwa para pelajar pengetahuan akan bergantung pada karya-karya cetak dan meninggalkan hafalan. Ada yang mengatakan bahwa pencetakan merupakan ancaman bagi kelompok seperti ulama, hakim, dan manajemen pustaka atas yang bergantung pada penyalinan buku dan mushaf untuk penghidupan mereka.
ومهما يكن من أمر فقد عرفت المطبعة طريقها إلى دار السلطنة العثمانية، كما عرفت طريقها إلى بعض البلاد الإسلامية في فترات تاريخية مبكرة، إلا أن المصحف لم يطبع في أيٍ منها إلا متأخرا نسبيا إذا ما قورن بطبعات القرآن في أوربا.ـ
Dalam setiap kasus, mesin cetak berhasil masuk ke pemerintahan Utsmaniyah, serta beberapa negara Islam pada periode sejarah awal, tetapi mushaf tidak dicetak di salah satu dari mereka sampai era belakangan jika dibandingkan dengan edisi-edisi Al-Qur’an di Eropa.
فقد طبع القرآن لأول مرة في البندقية في حدود سنة 1530م ، ويذكر بعض الباحثين أن السلطات الكنسية أمرت بإعدام هذه النسخة، ثم طبع في هانبورغ سنة 1694م بإشراف المستشرق الألماني هنكلمان، وامتلأت بالأخطاء الطباعية وأخطاء أخرى، ويوجد نسخة منها في دار الكتب المصرية وفي مكتبة الملك سعود بالرياض، كما طبع المصحف في مدينة بتافيا الإيطالية سنة 1698م.ـ
Al-Qur’an dicetak untuk pertama kalinya di Venesia sekitar tahun 1530 Masehi, dan beberapa peneliti menyebutkan bahwa otoritas Paus memerintahkan penghancuran salinan tersebut. Selanjutnya, Al-Qur’an dicetak di Hamburg pada tahun 1694 Masehi di bawah pengawasan orientalis Jerman Hinckelmann, dan di dalamnya terdapat kesalahan cetak serta kesalahan lainnya. Ada salinan dari Al-Qur’an tersebut di Perpustakaan Nasional Mesir dan di Perpustakaan Raja Sa’ud di Riyadh. Sebuah mushaf juga dicetak di kota Italia, Padua, pada tahun 1698 Masehi.
Bersambung
Leave a Reply