[Syaikh Adham al Asimi] Tafsir al Baqarah ayat 209 (1)
Transkrip dan Alih Bahasa : Reza Ervani bin Asmanu
Tafsir al Baqarah 209 ini adalah bagian dari Serial Transkrip Video Tafsir Syaikh Adham al Asimi dari kanal youtube beliau
.
فَإِن زَلَلْتُم مِّن بَعْدِ مَا جَاءَتْكُمُ الْبَيِّنَاتُ فَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
Tetapi jika kamu menyimpang (dari jalan Allah) sesudah datang kepadamu bukti-bukti kebenaran, maka ketahuilah, bahwasanya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
هذه الآية يا أخوة جاءت تفريعا على النهي الذي تقدم في الآية التي قبلها وهو قول الله عز وجل :
Ayat ini, saudara-saudara, datang sebagai penjelasan terhadap larangan yang disebutkan dalam ayat sebelumnya, yaitu :
وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ ۚ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ
Janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.
طيب انزللنا واتبعنا خطوات الشيطان ما النتيجة ؟
Sekarang, ketika kalian telah melanggar larangan ini dan mengikuti langkah-langkah setan, apa jadinya ? Maka Allah berfirman :
فَإِن زَلَلْتُم مِّن بَعْدِ مَا جَاءَتْكُمُ الْبَيِّنَاتُ فَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
Tetapi jika kamu menyimpang (dari jalan Allah) sesudah datang kepadamu bukti-bukti kebenaran, maka ketahuilah, bahwasanya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
كلمة زلة في اللغة تطلق على الانزلاق الانزلاق زلق القدم فاذا انزلقت القدم عن الموضع الذي تريد اثباته او اثباتها به هذا يسمى زلقا.
Kata zallah dalam bahasa Arab mengacu pada tergelincir atau terpelesetnya kaki. Ketika kaki terpeleset dari posisi yang seharusnya, ini disebut zallah
انسان يضع قدمه في هذا المكان فلم يستطع ان يضعها في نفس المكان فيقال زلت قدمه يعني انزلقت عن المكان الذي يريد ان يثبت القدم فيه
Seseorang yang meletakkan kakinya di suatu tempat, tetapi dia tidak bisa mempertahankan posisi kakinya, maka dikatakan kakinya terpeleset, yang berarti ia keluar dari posisi yang dimaksudkan untuk meletakkan kakinya.
فالاصل انه يستخدم في زلل القدم وانزلاق القدم ثم صار يطلق الزلل على الضرر الناشئ من اتباع خطوات الشيطان
Awalnya, kata ini digunakan untuk menggambarkan terpelesetnya kaki, kemudian menjadi istilah untuk kerugian yang timbul dari mengikuti langkah-langkah setan.”
فقال الله عز وجل فانزللتم من بعد ما جاءتكم البينات فعلموا ان الله عزيز حكيم
Maka Allah Ta’ala Berfirman :
فَإِن زَلَلْتُم مِّن بَعْدِ مَا جَاءَتْكُمُ الْبَيِّنَاتُ فَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
Tetapi jika kamu menyimpang (dari jalan Allah) sesudah datang kepadamu bukti-bukti kebenaran, maka ketahuilah, bahwasanya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
ذكرنا مرة عند تفسير قول الله عز وجل :
Saat kita menafsirkan firman Allah Azza wa Jalla :
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ ۖ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku,
قلنا في فرق في اللغة بين كلمة ان وبين كلمة اذا
Kita pernah menyebutkan perbedaan antara kata Idzaa dan In dalam bahasa Arab.
كلمة اذا في اللغة تفيد كثرة الشيء وتحقق وقوعه فالشيء الذي يكثر وقوعه او الذي نتأكد ونتحقق من وقوعه يعبر يتقدم ويتصدر الكلام باذا
Kata Idzaa digunakan untuk mengindikasikan sesuatu yang sering terjadi atau pasti terjadi. Ini digunakan ketika kita ingin menekankan sesuatu yang umum terjadi atau yang pasti terjadi. Ketika sesuatu terjadi secara konsisten atau pasti, kata Idzaa digunakan pada perkataan.
اما اذا اردت ان اتكلم عن شيء قليل الوقوع او عن شيء نادر الوقوع اتي بكلمة ان
Sedangkan kata In digunakan ketika kita ingin berbicara tentang sesuatu yang jarang terjadi atau mungkin tidak selalu terjadi.
قال الله عز وجل :
Jadi, dalam firman Allah Azza wa Jalla :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قُمْتُمْ إِلَى الصَّلَاةِ فَاغْسِلُوا وُجُوهَكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ إِلَى الْمَرَافِقِ
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku,
القيام الى الصلاة قليل ولا كثير كثير فقال الله عز وجل اذا : اذا قمتم الى الصلاة فاغسلوا وجوهكم وايديكم الى المرافق ومسحوا برؤوسكم وارجلكم الى الكعبين
Karena berdiri untuk shalat sering dilakukan, maka Allah Ta’ala menyatakan dengan Idzaa
Kata idzaa digunakan untuk menunjukkan bahwa tindakan tersebut sering terjadi atau pasti terjadi,
بس لما تكلم شقال نهاية الاية
Sementara diakhir Allah Ta’ala berfirman :
وَإِن كُنتُمْ جُنُبًا فَاطَّهَّرُوا
dan jika kamu junub maka mandilah
لان الغسل اقل من الوضوء فعبر على القيام او عن القيام الى الوضوء باذا اما الجنابة قال ان
Karena mandi junub adalah lebih sedikit / lebih jarang dilakukan daripada wudhu. Maka disampaikan perintah wudhu dengan idzaa sementara perintah mandi janabah dengan In
ام القرآن الكريم مثلا هذا مثال الكثرة والقلة قال الله عز وجل :
Contoh di Al Quranul Karim penggunaan banyak (Katsir) dan sedikit (Qillah) ini misalnya Allah Azza wa Jalla berfirman,
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي
فهذا سوف يكثر يا رسول الله ان يسألك العباد عني كثير هم الذين كانوا يسألون النبيه صلى الله عليه وسلم عن الله وعن حقوق الله وعن واجباته وعن ما يرضيه او ما يسخطه
Ini adalah contoh tentang sesuatu yang akan sering terjadi, yaitu para hamba akan bertanya kepada Rasulullah tentang Allah. Mereka yang sering bertanya kepada Nabi tentang Allah, hak-hak Allah, kewajiban kepada Allah, apa yang diridhoi oleh Allah Ta’ala atau apa yang tidak disukai Allah Ta’ala.
اما الله عز وجل قال في سورة الحجرات
Sementara Firman Allah Azza wa Jalla dalam Surat Al-Hujurat ayat 6 :
إِن جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا
“Dan jika datang kepadamu orang yang fasik dengan suatu berita, maka periksalah dengan teliti”
هذا قد يحصل وقد لا يحصل لا يفيد التحقق يفيد الندرة
Ini adalah contoh tentang sesuatu yang mungkin tidak selalu terjadi, dan ini tidak menunjukkan kepastian, atau menunjukkan kejadian yang jarang terjadi
لذلك اهل العلم يقولون الله سبحانه وتعالى لما تكلم عن علامات الساعة في القرآن كان يأتي باذا لأنها متحققة قطعا لا محالة:
Oleh karena itu, para ulama mengatakan bahwa ketika Allah berbicara tentang tanda-tanda Kiamat dalam Al-Quran, Allah Ta’ala menggunakan kata Idzaa karena itu adalah kepastian mutlak. Menggunakan idzaa untuk menunjukkan bahwa ini adalah peristiwa yang pasti akan terjadi, tidak mungkin untuk menghindarinya.
Maka Allah Ta’ala berfirman :
إِذَا الشَّمْسُ كُوِّرَتْ – وَإِذَا النُّجُومُ انكَدَرَتْ
Apabila matahari digulung – dan apabila bintang-bintang berjatuhan,
ما قال ان لو قال ان الشمس كورت معنى ذلك انه قد يقع وقد لا يقع
Jika dikatakan Innas syamsu kuwirat dan seterusnya, maka itu menunjukkan kejadian tersebut bisa terjadi bisa juga tidak. Akan tetapi Allah Ta’ala Berfirman :
إِذَا الشَّمْسُ كُوِّرَتْ – وَإِذَا النُّجُومُ انكَدَرَتْ
الى اخر الايات التي تتكلم عن علامات الساعة فهي امور متحققة لذلك عبر الله عز وجل عنها شو باذا
Hingga akhir ayat yang berbicara tentang tanda-tanda kiamat, maka hal tersebut adalah hal yang pasti, sehingga Allah Ta’ala menggambarkannya dengan kata idzaa
بذلك في مطلع سورة النحل ماذا قال ربنا قال
Dengan demikian, apa yang disampaikan di awal Surah an Nahl :
أَتَىٰ أَمْرُ اللَّهِ فَلَا تَسْتَعْجِلُوهُ
Telah pasti datangnya ketetapan Allah maka janganlah kamu meminta agar disegerakan (datang)nya.
قالوا امر الله والقيامة الاصل ان يقول سيأتي امر الله امر الله لم يأت بعد. قال ولكن لأن الله صادق ولأن قيام الساعة حق فصارك أنه أمر متحقق حدث ونحن الأن نتكلم عنه بصغة الماضي ونقول أتى أمرالله
Yang dimaksud ketetapan Allah pada ayat tersebut adalah kiamat. Asalnya adalah saya’ti (akan datang) amruLlah. Ketetapan Allah yang tidak jauh masanya. Akan tetapi karena Allah Maha Benar, dan terjadinya kiamat adalah pasti, maka disampaikan seakan-akan kiamat sudah terjadi, sehingga kita pada saat ini mengucapkannya dengan shighat maadhi (bentuk lampau / past tense)
Allahu Ta’ala ‘A’lam
Leave a Reply