Progress Donasi Kebutuhan Server — Your Donation Urgently Needed — هذا الموقع بحاجة ماسة إلى تبرعاتكم
Rp 1.500.000 dari target Rp 10.000.000
Syekh rahimahullah juga menyebutkan sebuah kaidah ushuliyah yang disepakati oleh para ulama yang dianggap hujjah, yaitu bahwa Nabi ﷺ tidak mungkin menunda penjelasan pada saat ada kebutuhan, terlebih dalam masalah akidah. Jika kita mengikuti anggapan batil sebagian orang bahwa zahir ayat-ayat sifat itu berarti kekufuran, tentu Nabi ﷺ akan segera menakwilkan ayat-ayat tersebut, misalnya menakwilkan istiwa’ dengan makna “menguasai,” atau menakwilkan ayat-ayat sifat lainnya. Namun faktanya, beliau ﷺ tidak pernah melakukan itu. Seandainya maksudnya adalah takwil-takwil tersebut, pastilah Nabi ﷺ telah menjelaskannya sejak awal, sebab tidak boleh bagi beliau menunda penjelasan ketika umat membutuhkannya.
Syekh rahimahullah juga menegaskan bahwa kewajiban seorang muslim, ketika mendengar sifat yang Allah sebutkan untuk diri-Nya atau yang Rasul ﷺ sifatkan bagi-Nya, adalah memenuhi hatinya dengan pengagungan kepada Allah. Ia harus meyakini bahwa sifat tersebut mencapai puncak kesempurnaan, keagungan, kemuliaan, dan ketinggian, sehingga terputuslah segala lintasan pikiran yang menyangka adanya keserupaan dengan sifat makhluk. Dengan begitu, hati menjadi suci dan penuh pengagungan kepada-Nya, tidak ternodai oleh kotoran tasybih. Maka hati pun siap menerima iman dan membenarkan sifat-sifat Allah yang dipuji oleh Allah sendiri dan dipuji oleh Nabi-Nya ﷺ.
Hal ini sebagaimana firman Allah Ta‘ala:
﴿لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ﴾
“Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (Surah Asy-Syura: 11)
Seluruh keburukan ada pada sikap tidak mengagungkan Allah, hingga mendahulukan prasangka batil bahwa sifat Sang Pencipta menyerupai sifat makhluk. Akibatnya, orang yang tertipu itu terpaksa menolak sifat Allah dengan dalih bahwa sifat itu tidak layak bagi-Nya. Padahal, itu adalah tuduhan yang dusta dan khianat terhadap kebenaran.