Tawanan....Permainan yang Mengasyikkan
(Oleh K.H Budi Ashari, Lc)
Pembahasan yang paling hangat di balik pertempuran dalam beberapa pekan ini adalah tukar menukar tawanan. Qatar menjadi perantaranya.
Tawanan ini menjadi tekanan politik yang sangat berat bagi Netanyahu dan pemerintahannya. Masyarakat Israel sendiri sudah sangat marah atas ketidakjelasan Israel dalam upaya membebaskan keluarga mereka yang tertawan. Dan jelas, setelah ini adalah kematian karir politik Netanyahu dan mungkin partainya.
Karenanya upaya yang dilakukan Israel adalah menenangkan masyarakatnya dengan berita-berita bohong yang dibuat dan telah ditelanjangi oleh berbagai media. Bahkan media Israel pun tidak percaya akan berita yang dibuat oleh pasukan Israel, seperti liputan yang dibuat di RS Asy Syifa yang jelas terbongkar kebohongannya.
Tekanan sangat berat dari internal itulah yang membuat Netanyahu dan pemerintahannya sedang dalam kesulitan sehingga terjadi perpecahan pendapat di internal mereka tentang menyikapi tawaran tukar tawanan dari Al Qassam.
"Semua untuk semua" kalimat ini terkenal gara-gara Abu Ubaidah jubir Al Qassam yang menyatakan beberapa waktu lalu bahwa mereka siap menukar seluruh tawanan Israel di mereka dengan syarat pemutihan seluruh penjara Israel dari masyarakat Palestina.
Lengkap dengan tahapannya berikut syaratnya pun sudah disampaikan oleh pihak para pejuang.
Tapi Netanyahu masih menunda karena serba salah.
Berita berbahasa Ibrani, Yedioth Ahronoth juga mengungkap tahapan tersebut:
- Pembebasan tawanan akan dilakukan dengan dua tahapan
- Tahap pertama pembebasan 50 wanita dan anak Israel yang ditawan oleh pasukan Al Qassam, ditukar dengan 150 tawanan wanita dan anak Palestina yang ada di penjara Israel
- Berikut syarat yang juga harus dipenuhi yaitu: penghentian perang selama 5 hari untuk bantuan kemanusiaan dan sebagai alasan Al Qassam untuk bicara dengan kelompok pejuang Gaza yang lainnya yang juga mempunyai tawanan Israel
- Fase kedua, jika Al Qassam sudah berhasil diskusi dengan kelompok pejuang lain maka seluruh wanita dan anak Israel yang ditawan akan dibebaskan, tentu dengan syarat pembebasan seluruh wanita dan anak Palestina yang tersisa di seluruh penjara Israel
- Ada syarat lain yang harus dipenuhi Israel yaitu penghentian penerbangan drone selama 6 jam setiap harinya, dengan alasan agar Al Qassam bisa mendatangi tempat-tempat tawanan Israel itu disembunyikan
- Syarat lainnya adalah diizinkan masuknya 400 kontainer bantuan setiap harinya dari perbatasan Rafah
- Juga harus dipenuhinya bahan bakar untuk rumah sakit-rumah sakit dan tempat-tempat pembuatan roti di Gaza
Netanyahu menolak semuanya. Dia dan pasukan daratnya yakin bisa membebaskan tawanan melalui operasi darat. Tetapi setelah perang darat berlangsung lama dan kerugian Israel sudah sangat besar, tekanan masyarakat Israel pun semakin besar, maka media Israel menyampaikan bahwa Netanyahu sudah memberi lampu hijau untuk menyetujui syarat-syarat tukar tawanan yang ditawarkan oleh Al Qassam di atas.
Juru bicara National Security Council Amerika John Kirby menegaskan bahwa tentang negosiasi penukaran tawanan sudah mendekati akhir dan para tawanan akan keluar semua dengan selamat.
Hanya tinggal menunggu jawaban Hamas.
Tapi,
Tiba-tiba....
Al Qassam mengumumkan bahwa mereka putus komunikasi dengan pasukan Al Qassam yang ditugasi mengawasi tawanan Israel.
Sungguh menggelikan dan lucu melihat Netanyahu dan pemerintahannya yang sangat marah dan kebingungan dipermainkan oleh strategi Al Qassam. Ditekan oleh internal rakyatnya sendiri, dunia internasional dan didikte syarat-syarat Al Qassam yang tidak bisa ditawar. Dari menolak, kemudian terpaksa menerima dan tiba-tiba negosiasi dihentikan dengan alasan Al Qassam putus komunikasi dengan timnya bagian penjaga tawanan Israel yang diperkirakan sampai hari ini sudah mencapai 240 orang dari militer hingga sipil.
Israel yakin bahwa otak di balik semua strategi yang mempermainkan Israel ini adalah ahli strategi Hamas Yahya Sinwar yang memang sejak beberapa tahun belakangan ini sudah menipu dan mempermainkan Israel hingga serangan 7 Oktober berhasil dilakukan tanpa perlawanan sama sekali dari Israel (insya Allah akan ditulis khusus tentang hal ini).
Ada satu pertanyaan penting:
Kalau para pejuang Gaza dalam posisi kalah, apakah bisa memaksakan semua syarat yang sudah disetujui oleh Tel Aviv tersebut?
JELAS, YANG BISA MENDIKTE ADALAH SANG PEMENANG!!!
Tapi sayang, sumber berita kita lagi-lagi tidak valid, tidak lengkap dan tidak cerdas.