ثالثا : فروض الوضوء
Fardhu-fardhu Wudhu (Tulisan Bagian 1)
Alih Bahasa : Reza Ervani bin Asmanu
w
المراد بفروض الوضوء : أجزاؤه التي لا تتمّ حقيقته إلا بها, وهذه الفروض للوضوء بقسمية: الواجب و المسنون
Yang dimaksud dengan fardhu-fardhu Wudhu adalah bagian yang tidak sempurna keberadaannya (yakni wudhu) kecuali jika bagian itu ada (dikerjakan). Fardhu wudhu ini terbagi menjadi : Yang wajib dan Sunnah
وقد ذكر المصنف رحمه الله تعالى أنّها ستة أشياء :
Penulis – rahimahuLlahu Ta’ala menyebutkan bahwa fardhu wudhu ada 6 (enam) jenis :
- أربعة منها بالكتاب : قال تعالى : (يا أيّها الذين آمنوا إذا قمتم الى الصّلاة فاغسلوا وجوهكم و أيديكم الى المرافق واسحوا برؤوسكم وأرجلكم الى الكعبين) (المائدة : ٦)
- Empat diantaranya ada di dalam Al Quranul Karim. Firman Allah Ta’ala : “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki,” (Surah Al Maidah ayat 6)
- وواحد بالسّنّة وهو النّيّة, قال النّبيّ صلى الله عليه وسلم : (إنّما الأعمال بالنّيات وإنّما لكلّ امرئٍ ما نوي)
- Dan satu diantaranya ada di sunnah (hadits), yakni Niat. Nabi shalaLlahu alaihi wa salam bersabda : “Bahwasanya semua amal perbuatan itu dengan disertai niat-niatnya dan bahwasanya bagi setiap orang itu apa yang telah menjadi niatnya.“
- وواحد بهما, وهو الترتبب, ووجه دلالة الآية عليه : أنّ التفريق بين المتجانسات لا يكون إلا لفائدة, فلمّا ذكر الله تعالى الممسوح – وهو الرأس – بين المغسولات كان لذلك فائدة, وهي وجوب التّرتيب, و أما السّنّة فإنّ كلّ من نقل وضوء النّبيّ صلى الله عليه وسلم نقله مرتَّبًا, ولو جاز منكّسًا لفعله صلى الله عليه وسلم ولو مرةً : لبيان الجواز
- Satu diantaranya pula, yakni Tartib (berurutan), dalilnya nampak pada ayat yang disebutkan tadi, yakni tidaklah dibedakan antara beberapa jenis hal kecuali ada faidahnya.
Di ayat tersebut (Al Maidah ayat 6) Allah Ta’ala menyebutkan Al Mamsuuh (yang diurapi/disapu dengan air) yakni kepala – diantara Al Maghsulaat (bagian-bagian yang dibasuh dengan air), dikarenakan ada faidahnya, yakni wajibnya tertib/berurutan.
Adapun dalil dari sunnah, maka semua yang mengambil dari tata cara wudhu Nabi shalaLlahu alaihi wa salam, mengambil secara berurutan.
Jikalau dibolehkan terbalik dalam pengerjaannya, maka Nabi shalalallahu alaihi wa salam pasti sudah pernah mengerjakannya walau sekali, untuk menunjukkan kebolehannya
Bersambung ke rincian 6 (enam) Fardhu tersebut in sya Allah
Leave a Reply