لماذا كانت العقيدة واحدة وخالدة ؟
Mengapa Akidah Itu Satu dan Kekal ?
Alih Bahasa : Reza Ervani bin Asmanu
Artikel Mengapa Akidah Itu Satu dan Kekal ? adalah Bagian dari Kategori al Aqidah al Islamiyah
وإنما جعل الله هذه العقيدة عامة للبشر، وخالدة على الدهر؛ لما لها من الأثر البيِّن، والنفع الظاهر فى حياة الأفراد والجماعات.
Allah menjadikan Aqidah Islam bersifat umum bagi manusia dan abadi selamanya, karena dampaknya yang jelas dan manfaatnya yang nyata dalam kehidupan individu maupun masyarakat
فالمعرفة بالله من شأنها أن تفجر المشاعر النبيلة، وتوقظ حواس الخير، وتربى ملكة المراقبة، وتبعث على طلب معالى الأمور وأشرافها، وتنأى بالمرء عن مُحَقَّرات الأعمال وسَفسافها.
Maka pengetahuan tentang Allah Ta’ala dapat memunculkan perasaan yang mulia, menghidupkan indra kebaikan, membentuk rasa senantiasa diawasi oleh Allah Ta’ala, dorongan untuk mencari hal-hal yang luhur dan mulia, serta menjauhkan seseorang dari perbuatan hina dan nista.
والمعرفة بالملائكة تدعو إلى التشبه بهم والتعاون معهم على الحق والخير؛ كما تدعو إلى الوعى الكامل واليقظة التّامّة؛ فلا يصدر من الإنسان إلا ما هو حسن، ولا يتصرف إلا لغاية كريمة.
Pengetahuan tentang malaikat mendorong untuk meniru (sifat-sifat/karakter) mereka dan bekerja sama dengan mereka dalam kebenaran dan kebaikan. Selain itu, pengetahuan tentang hal tersebut menumbuhkan kesadaran penuh dan kewaspadaan total, sehingga manusia hanya berbuat yang baik dan bertindak hanya untuk tujuan mulia.
والمعرفة بالكتب الإلهية إنما هى عرفان بالمنهج الرشيد الذى رسمه الله للإنسان كى يصلَ بالسير عليه إلى كماله المادى والأدبى.
Pengetahuan tentang kitab-kitab Allah merupakan bentuk pengakuan pada metode yang benar yang telah ditetapkan oleh Allah Ta’ala bagi manusia agar mereka dapat mencapai kesempurnaan materi dan moral dengan mengikuti metode tersebut.
والمعرفة بالرسل إنما يقصد بها ترسم خطاهم، والتخلق بأخلاقهم، والتأسى بهم، باعتبار أنهم يمثلون القيم الصالحة، والحياة النظيفة التى أرادها الله للناس.
Pengetahuan tentang Para Rasul dimaksudkan agar dapat mengikuti jejak mereka, meniru akhlak mereka, dan meneladani mereka. Sebab mereka mewakili nilai-nilai yang baik dan kehidupan yang bersih yang Allah Ta’ala kehendaki untuk manusia.
والمعرفة باليوم الآخر هى أقوى باعث على فعل الخير، وترك الشر.
Pengetahuan tentang Hari Akhir merupakan pendorong terkuat untuk melakukan kebaikan dan meninggalkan kejahatan.
والمعرفة بالقدر تزود المرء بقوى وطاقات تتحدى كل العِقاب والصعاب، وتصغر دونها الأحداث الجسام.
Pengetahuan tentang al Qadr (takdir) memberikan seseorang kekuatan dan energi untuk menghadapi semua hambatan dan kesulitan, dan membuat peristiwa-peristiwa besar menjadi kecil di hadapannya.
وهكذا يبدو بجلاء أن العقيدة إنما يقصد بها تهذيب السلوك، وتزكية النفوس وتوجيهها نحو المثل الأعلى – فضلاً عن أنها حقائق ثابتة – وهى تعد من أعلى المعارف الإنسانية إن لم تكن أعلاها على الإطلاق.
Jadi jelas terlihat bahwa tujuan dari aqidah adalah untuk memperbaiki perilaku, membersihkan jiwa, dan mengarahkannya menuju kebaikan yang tertinggi – disamping fakta bahwa Aqidah adalah kebenaran yang kokoh – sehingga Aqidah merupakan salah satu pengetahuan manusia yang paling tinggi, walau bukan yang tertinggi secara mutlak.
وتهذيب سلوك الأفراد عن طريق غرس العقيدة الدينية هو أسلوب من أعظم الأساليب التربوية.
Membersihkan perilaku individu-individu dengan menanamkan Aqidah Agama adalah salah satu metdoe pendidikan yang paling agung.
حيث إن للدين سلطانًا على القلوب والنفوس، وتأثيرًا على المشاعر والأحاسيس، ولا يكاد يدانيه فى سلطانه وتأثيره شىء آخر من الوسائل التى ابتكرها العلماء، والحكماء، ورجال التربية.
Karena agama memiliki pengaruh besar pada hati dan jiwa, serta pengaruh pada perasaan dan emosi. Tidak ada hal lain yang dapat menandingi pengaruhnya tersebut meskipun berbagai cara telah diciptakan oleh para ilmuwan, cendekiawan, dan pendidik.
فغرس العقيدة فى النفوس، هو أمثل طريقة لإيجاد عناصر صالحة تستطيع أن تقوم بدورها كاملاً فى الحياة، وتُسهم بنصيب كبير فى تزويدها بما هو أنفع وأرشد.
Oleh karena itu, menanamkan keyakinan dalam jiwa adalah cara terbaik untuk menemukan elemen-elemen kebaikan. Elemen-elemen ini dapat menjalankan perannya secara penuh dalam kehidupan, dan berkontribusi besar dalam membekali jiwa dengan hal yang bermanfaat dan terarah.
إذ أن هذا اللون من التربية يُضفى على الحياة ثوب الجمال والكمال، ويظللها بظلال المحبة والسلام.
Warna pendidikan seperti ini memberikan kehidupan pakaian keindahan dan kesempurnaan, serta menaunginya dengan bayangan cinta dan damai.
ومتى سادت المحبة ارتفعت الخصومة، وانقطع النزاع، وحل الوفاق محل الشقاق، وتقارب الناس، وتآلفوا، وسعى الفرد لخير الجماعة، وحرصت الجماعة على إصلاح الفرد وإسعاده.
Ketika kasih sayang mendominasi, permusuhan akan sirna, perselisihan akan terputus, kesepakatan akan menggantikan perpecahan, orang-orang akan bersatu dan saling mengasihi, individu akan berusaha untuk kebaikan komunitas, dan komunitas akan berusaha untuk memperbaiki dan membahagiakan individu.
ومن ثَمّ تظهر الحكمة واضحة من جعل الإيمان عامًا خالدًا، وفى أن الله لم يُخْل جيلاً من الأجيال، ولا أمة من الأمم، من رسول يدعو إلى هذا الإيمان وتعميق جذور هذه العقيدة.
Oleh karena itu, hikmah mengapa iman menjadi sesuatu yang universal dan abadi menjadi jelas. Dan Allah tidak pernah meninggalkan generasi atau bangsa mana pun tanpa Rasul yang menyeru kepada iman ini dan memperdalam akar aqidah ini.
وكثيرًا ما كانت تأتى هذه الدعوة بعد فساد الضمير الإنسانى، وبعد أن تتحطم كل القيم العليا، ويظهر أن الإنسان أشد ما يكون حاجة إلى معجزة تعيده إلى فطرته السليمة؛ ليصلح لعمارة الأرض، وليقوى على حمل أمانة الحياة.
Seringkali seruan ini datang setelah kehancuran akhlak manusia, setelah semua nilai-nilai luhur runtuh, dan terbukti bahwa manusia sangat membutuhkan keajaiban untuk mengembalikannya kepada fitrah yang benar, sehingga dia dapat memperbaiki bumi ini dan kuat mengemban amanah kehidupan.
إن هذه العقيدة هى الروح لكل فرد، بها يحيا الحياة الطيبة، وبفقدها يموت الموت الروحى، وهى النور الذى إذا عمى عنه الإنسان، ضل فى مسارب الحياة، وتاه فى أودية الضلال.
Aqidah ini adalah ruh bagi setiap individu, dengan itu kehidupan yang baik terwujud. Jika aqidah tersebut hilang maka kematian rohani akan terjadi. Aqidah ini adalah cahaya yang jika seseorang buta terhadapnya, ia akan tersesat dalam jalan-jalan kehidupan dan terjerumus dalam lembah kegelapan.
أَوَمَن كَانَ مَيْتًا فَأَحْيَيْنَاهُ وَجَعَلْنَا لَهُ نُورًا يَمْشِي بِهِ فِي النَّاسِ كَمَن مَّثَلُهُ فِي الظُّلُمَاتِ لَيْسَ بِخَارِجٍ مِّنْهَا ۚ كَذَٰلِكَ زُيِّنَ لِلْكَافِرِينَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar dari padanya? Demikianlah Kami jadikan orang yang kafir itu memandang baik apa yang telah mereka kerjakan. (Surah al An’aam ayat 122)
إن العقيدة مصدر العواطف النبيلة، ومغرس المشاعر الطيبة، ومنبت الأحاسيس الشريفة؛ فما من فضيلة إلا تصدر عنها، ولا صالحة إلا ترد إليها.
Aqidah ini adalah sumber dari perasaan-perasaan mulia, yang menanamkan perasaan kebaikan, dan merupakan sumber perasaan yang agung; karena setiap kebajikan berasal darinya, dan tiada kebaikan yang tidak kembali padanya.
والقرآن الكريم حينما يتحدث عن الصالحات، إنما يذكر العقيدة فى طليعة أعمال البر كأصلٍ تتفرع عنه، وكأساس تقوم عليه، يقول الله سبحانه :
Dan ketika Al-Quran Al-Karim berbicara tentang perbuatan baik, al Quran selalu menyebutkan Aqidah sebelum amal kebajikan, karena Aqidah tersebut adalah akar dimana perbuatan baik bermula dan sebagai dasar yang menguatkannya. Allah Ta’ala berfirman :
لَّيْسَ الْبِرَّ أَن تُوَلُّوا وُجُوهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلَٰكِنَّ الْبِرَّ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَالْمَلَائِكَةِ وَالْكِتَابِ وَالنَّبِيِّينَ وَآتَى الْمَالَ عَلَىٰ حُبِّهِ ذَوِي الْقُرْبَىٰ وَالْيَتَامَىٰ وَالْمَسَاكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ وَالسَّائِلِينَ وَفِي الرِّقَابِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَالْمُوفُونَ بِعَهْدِهِمْ إِذَا عَاهَدُوا ۖ وَالصَّابِرِينَ فِي الْبَأْسَاءِ وَالضَّرَّاءِ وَحِينَ الْبَأْسِ ۗ أُولَٰئِكَ الَّذِينَ صَدَقُوا ۖ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ
Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa. (Surah al Baqarah ayat 177)
Leave a Reply