معجزاتٌ نَبَوِيَّةٌ
Mu’jizat Kenabian (Bagian Keempat)
Alih Bahasa : Reza Ervani bin Asmanu
Artikel Mu’jizat Kenabian ini masuk dalam Kategori Siroh Nabawiyah
وَعَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: (أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلٌ مِنْ بَنِي عَامِرٍ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللهِ أَرِنِي الْخَاتَمَ الَّذِي بَيْنَ كَتِفَيْكَ فَإِنِّي مِنْ أَطَبِّ النَّاسِ، فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَلَا أُرِيكَ آيَةً؟ قَالَ: بَلَى، قَالَ: فَنَظَرَ إِلَى نَخْلَةٍ فَقَالَ: ادْعُ ذَلِكَ الْعِذْقَ، فَدَعَاهُ فَجَاءَ يَنْقُزُ بَيْنَ يَدَيْهِ، فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ارْجِعْ، فَرَجَعَ إِلَى مَكَانِهِ، فَقَالَ الْعَامِرِيُّ: يَا آلَ بَنِي عَامِرٍ، مَا رَأَيْتُ كَالْيَوْمِ رَجُلًا أَسْحَرَ مِنْ هَذَا) رَوَاهُ أَحْمَدُ.
Diriwayatkan dari Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: “Seorang lelaki dari Bani Amir datang kepada Nabi ﷺ dan berkata: ‘Wahai Rasulullah, perlihatkan kepadaku tanda kenabian (khatam) yang ada di antara kedua bahumu, karena aku adalah orang yang ahli dalam hal ini.’ Nabi ﷺ menjawab: ‘Maukah aku tunjukkan kepadamu sebuah mukjizat?’ Lelaki itu berkata: ‘Tentu.’ Lalu Nabi ﷺ memandang ke arah sebuah pohon kurma dan berkata: ‘Panggil pelepah itu.’ Nabi ﷺ pun memanggil pelepah tersebut, dan pelepah itu datang melompat-lompat di hadapannya. Nabi ﷺ kemudian berkata: ‘Kembalilah ke tempatmu,’ dan pelepah itu kembali ke tempatnya. Orang dari Bani Amir itu berkata: ‘Wahai Bani Amir, aku tidak pernah melihat seseorang yang lebih hebat sihirnya daripada orang ini.’” (Diriwayatkan oleh Ahmad).
لَقَدْ كَانَ اطِّلَاعُ الْمُشْرِكِينَ عَلَى الْمُعْجِزَاتِ الْحِسِّيَّةِ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَلِيلًا، إِلَى جَانِبِ الْمُعْجِزَاتِ الْحِسِّيَّةِ الْكَثِيرَةِ الَّتِي شَهِدَهَا الصَّحَابَةُ رَضْوَانُ اللهِ عَلَيْهِمْ فَازْدَادُوا إِيمَانًا وَثَبَاتًا بِهَا.
Kaum musyrikin hanya sedikit melihat mukjizat indrawi Nabi ﷺ, sedangkan para sahabat radhiyallahu ‘anhum menyaksikan banyak mukjizat tersebut sehingga keimanan mereka semakin bertambah kuat dan mantap.
وَهَذِهِ الْمُعْجِزَاتُ الْقَلِيلَةُ الَّتِي رَآهَا الْمُشْرِكُونَ ـ أَوْ رَآهَا أَحَدُهُمْ ـ أَدَّتْ إِلَى إِيمَانِ بَعْضِهِمْ، وَلَمْ تُؤَدِّ إِلَى إِيمَانِ الْبَعْضِ الْآخَرِ، وَبَعْضُهُمْ تَأَخَّرَ إِيمَانُهُ وَإِسْلَامُهُ بَعْدَ رُؤْيَتِهِ لِلْمُعْجِزَةِ إِلَى أَنْ شَاءَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ لَهُ الْهِدَايَةَ.
Mukjizat yang sedikit itu, yang disaksikan oleh kaum musyrik—atau oleh sebagian dari mereka—ada yang membuat sebagian dari mereka beriman. Namun, ada pula yang tetap tidak beriman, dan sebagian lainnya baru beriman setelah beberapa waktu, sesuai dengan kehendak Allah Azza wa Jalla yang memberikan hidayah.
وَلَمْ يَكُنْ قَوْلُ الْمُشْرِكِينَ حِينَ يَرَوْا آيَةً وَمُعْجِزَةً مِنْ مُعْجِزَاتِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: “سَاحِرٌ”، أَوْ “سَحَرَنَا مُحَمَّدٌ”، تَعْبِيرًا عَنْ اقْتِنَاعِهِمْ بِأَنَّهُ سَاحِرٌ, وَإِنَّمَا كَانَ عِنَادًا وَجُحُودًا، وَذَرِيعَةً لِلتَّخَلُّصِ مِنْ وَعْدِهِمْ بِالْإِيمَانِ عِنْدَ رُؤْيَةِ مُعْجِزَةٍ وَآيَةٍ تَقَعُ عَلَى يَدَيْهِ.
Ucapan kaum musyrikin saat melihat ayat atau mukjizat dari Nabi ﷺ, seperti “Dia penyihir” atau “Muhammad telah menyihir kita,” bukanlah ungkapan bahwa mereka benar-benar yakin beliau adalah seorang penyihir. Itu hanyalah bentuk sikap keras kepala dan pengingkaran mereka, serta alasan untuk menghindar dari janji mereka untuk beriman ketika melihat mukjizat yang beliau tunjukkan.
كَمَا قَالُوا عِنْدَ رُؤْيَتِهِمْ لِانْشِقَاقِ الْقَمَرِ ـ كَمَا قَالَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُمْ ـ: {وَإِنْ يَرَوْا آيَةً يُعْرِضُوا وَيَقُولُوا سِحْرٌ مُسْتَمِرٌّ} (القمر: ٢).
Sebagaimana yang mereka katakan ketika melihat mukjizat terbelahnya bulan, seperti yang Allah Ta’ala firmankan tentang mereka: “Dan jika mereka melihat suatu tanda, mereka berpaling dan berkata: ‘Ini adalah sihir yang terus-menerus.’” (QS. Al-Qamar: 2).
وَعَلَى الرَّغْمِ أَنَّهُمْ لَمْ يُؤْلِفُوا أَوْ يُلَاحِظُوا عَلَى رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ السِّحْرَ، وَلَمْ يُجَرِّبُوا عَلَيْهِ كَذِبًا طِوَالَ حَيَاتِهِ، لَمْ يُؤْمِنُوا، وَذَلِكَ بِسَبَبِ الْعِنَادِ وَالْجُحُودِ الَّذِي يَمْنَعُ صَاحِبَهُ مِنَ الْهِدَايَةِ وَقُبُولِ الْحَقِّ.
Meskipun mereka tidak pernah melihat atau mencurigai adanya sihir pada Rasulullah ﷺ, dan tidak pernah mendapati kebohongan darinya sepanjang hidupnya, mereka tetap tidak beriman. Hal ini disebabkan oleh keras kepala dan pengingkaran mereka, yang menghalangi mereka dari hidayah dan penerimaan terhadap kebenaran.
قَالَ اللهُ تَعَالَى: {فَإِنَّهُمْ لا يُكَذِّبُونَكَ وَلَكِنَّ الظَّالِمِينَ بِآيَاتِ اللَّهِ يَجْحَدُونَ} (الأنعام: ٣٣)، قَالَ ابْنُ كَثِيرٍ: “أَيْ: لا يَتَّهِمُونَكَ بِالْكَذِبِ فِي نَفْسِ الْأَمْرِ، {وَلَكِنَّ الظَّالِمِينَ بِآيَاتِ اللَّهِ يَجْحَدُونَ} أَيْ: وَلَكِنَّهُمْ يُعَانِدُونَ الْحَقَّ وَيَدْفَعُونَهُ بِصُدُورِهِمْ”.
Allah Ta’ala berfirman: “Sesungguhnya mereka tidak mendustakanmu, tetapi orang-orang yang zalim itu mengingkari ayat-ayat Allah.” (QS. Al-An’am: 33). Ibnu Katsir berkata: “Maksudnya, mereka tidak menuduhmu berdusta pada hakikatnya. ‘Tetapi orang-orang yang zalim itu mengingkari ayat-ayat Allah,’ yaitu mereka menentang kebenaran dan menolaknya dengan (apa yang ada di) dada mereka.”
Alhamdulillah selesai rangkaian 4 (Empat) Seri Tulisan
Sumber : IslamWeb
Leave a Reply