[TADABBUR HARIAN] Manusia dan Pencarian Jati Diri



Tadabbur Pagi : Manusia dan Pencarian Jati Diri

Kompilasi oleh : Reza Ervani bin Asmanu

w

Bangsa yang “belum jadi”, salah satu cirinya adalah masih mencari-cari bentuk ideologi. Bingung dia hendak ke kiri atau ke kanan, jadilah hanya berputar-putar di tempat.

Sebagai seorang mu’min, perjalanan kita mencari “ideologi” sudah diwakili oleh Abu Al Anbiya, Nabiullah Ibrahiim alaihi salam, sebagaimana dikisahkan dalam Firman Allah surah Al An’aam :

فَلَمَّا جَنَّ عَلَيْهِ ٱلَّيْلُ رَءَا كَوْكَبًا ۖ قَالَ هَٰذَا رَبِّى ۖ فَلَمَّآ أَفَلَ قَالَ لَآ أُحِبُّ ٱلْءَافِلِينَ

Ketika malam telah gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata: “Inilah Tuhanku”, tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata: “Saya tidak suka kepada yang tenggelam”.

فَلَمَّا رَءَا ٱلْقَمَرَ بَازِغًا قَالَ هَٰذَا رَبِّى ۖ فَلَمَّآ أَفَلَ قَالَ لَئِن لَّمْ يَهْدِنِى رَبِّى لَأَكُونَنَّ مِنَ ٱلْقَوْمِ ٱلضَّآلِّينَ

Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: “Inilah Tuhanku”. Tetapi setelah bulan itu terbenam, dia berkata: “Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang yang sesat”.

فَلَمَّا رَءَا ٱلشَّمْسَ بَازِغَةً قَالَ هَٰذَا رَبِّى هَٰذَآ أَكْبَرُ ۖ فَلَمَّآ أَفَلَتْ قَالَ يَٰقَوْمِ إِنِّى بَرِىٓءٌ مِّمَّا تُشْرِكُونَ

Kemudian tatkala ia melihat matahari terbit, dia berkata: “Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar”. Maka tatkala matahari itu terbenam, dia berkata: “Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan.

Maka kita mendapati bahwa karakter aqidah seorang mu’min itu pada tiap ujung ayat tersebut :

1. Tidak pernah tenggelam
2. Membimbing sehingga tidak sesaat
3. Tidak boleh dipersekutukan dengan apapun (tiada tanding dan tiada banding)

Rangkaian pencarian itu ditutup dengan penghambaan total kepada Allah Ta’ala

إِنِّي وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيفًا ۖ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ

Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi, secara hanif (senantiasa condong pada agama yang lurus dan benar), dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang musyrik

Semoga kita tidak menjadi orang yang bingung, yang masih mencari-cari ideologi, bimbang tak tentu arah, condong kesana kemari bergantung arah tiupan mata angin.

Robbana laa tuzigh qulubana ba’da idz hadaytana, wa hablana min ladunka rahmah, innaKa Anta Al Wahhab.

Aamiin. Aamiin. Aamiin.

Allahu Ta’ala ‘A’lam

Cileungsi, menjelang subuh 9 Dzulqaidah 1441 H – 1 Juli 2020 M



Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.