Fiqh Muyassar 036 : Wudhu (6) : Yang Membatalkan Wudhu



Serial Fiqh Muyassar

[المسألة السادسة: في نواقضه]

Masalah keenam: Tentang yang membatalkan wudhu

w

والنواقض: هي الأشياء التي تبطل الوضوء وتفسده.

Yang membatalkan wudhu adalah : Hal-hal yang menyebabkan wudhu batal dan tidak sah.

وهي ستة :

Ada enam hal yang termasuk dalam yang membatalkan wudhu :

١ – الخارج من السبيلين: أي من مخرج البول والغائط

1. Keluarnya sesuatu dari dua jalan: yaitu dari lubang kencing atau lubang dubur.

والخارج: إما أن يكون بولاً أو غائطاً أو منيّاً أو مذيّاً أو دم استحاضة أو ريحاً قليلاً كان أو كثيراً؛ لقوله تعالى :

Yang keluar bisa berupa air kencing, kotoran, mani, madzi, darah istihadhah, atau angin yang sedikit maupun banyak. Sebagaimana Firman Allah Ta’ala:

(أَوْ جَاءَ أَحَدٌ مِنْكُمْ مِنَ الْغَائِطِ) [النساء: ٤٣].

Atau seseorang di antara kamu datang dari tempat buang hajat.” (Surah An Nisa ayat 43)

وقوله – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  :

Dan sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam

(لا يقبل الله صلاة أحدكم إذا أحدث حتى يتوضأ)

Tidaklah diterima shalat seseorang di antara kalian jika dia membuang sesuatu (yang membatalkan wudhu) hingga dia berwudhu.

وقد تقدَّم. وقوله – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -:

Dan yang telah disebutkan sebelumnya. Juga sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam :

(ولكن من غائط أو بول ونوم)

Tetapi (yang membatalkan wudhu) adalah dari kencing, buang air besar, dan tidur.

وقوله – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – فيمن شك هل خرج منه ريح أو لا :

Dan sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalam tentang orang yang ragu apakah ada angin keluar dari dirinya atau tidak :

(فلا ينصرف حتى يسمع صوتاً أو يجد ريحاً)

Maka janganlah dia meninggalkan (tempat shalat) hingga dia mendengar suara atau merasakan angin.

٢ – خروج النجاسة من بقية البدن: فإن كان بولاً أو غائطاً نقض مطلقاً لدخوله في النصوص السابقة، وإن كان غيرهما كالدم والقيء: فإن فحش وكَثُرَ فالأَولى أن يتوضأ منه؛ عملاً بالأحوط، وإن كان يسيراً فلا يتوضأ منه بالاتفاق.

2. Keluarnya najis dari anggota badan selain dua lubang tersebut. Jika yang keluar adalah air kencing atau kotoran, maka itu secara mutlak membatalkan wudhu berdasarkan nash-nash yang telah disebutkan sebelumnya. Namun, jika yang keluar adalah darah atau muntahan, jika banyak dan mengotori tubuh, maka lebih utama untuk berwudhu kembali, sebagai tindakan pencegahan. Namun, jika hanya sedikit, maka tidak diwajibkan untuk berwudhu menurut kesepakatan para ulama.

٣ – زوال العقل أو تغطيته بإغماء أو نوم: لقوله – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – :

3. Hilangnya akal atau tertutupnya karena pingsan atau tidur. Berdasarkan sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam :

(ولكن من غائط وبول ونوم)

Tetapi (yang membatalkan wudhu) adalah dari kencing, buang air besar, dan tidur.

وقوله :

Dan sabda beliau shalallahu ‘alaihi wa salam :

(العين وِكَاءُ السَّه ، فمن نام فليتوضأ).

Mata adalah sarana tidur, maka barangsiapa yang tidur, hendaklah dia berwudhu.

وأما الجنون والإغماء والسكر ونحوه فينقض إجماعاً،

Adapun gila, pingsan, mabuk, dan sejenisnya, kesemuanya membatalkan wudhu menurut ijma’

والنوم الناقض هو المستغرق الذي لا يبقى معه إدراك على أي هيئة كان النوم، أما النوم اليسير فإنه لا ينقض الوضوء، لأن الصحابة -رضي الله عنهم- كان يصيبهم النعاس وهم في انتظار الصلاة، ويقومون، يُصَلُّون، ولا يتوضؤون

Tidur yang membatalkan wudhu adalah tidur yang mendalam di mana tidak ada kesadaran dalam bentuk apapun, sedangkan tidur yang ringan tidak membatalkan wudhu, karena para Sahabat radhiyallahu ‘anhum mengalami kantuk saat menunggu shalat, kemudian mereka bangun, shalat, tanpa berwudhu.

٤ – مس فرج الآدمي بلا حائل: لحديث بسرة بنت صفوان رضي الله عنها أن النبي – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – قال :

4. Menyentuh kemaluan manusia tanpa penghalang. Berdasarkan hadis dari Busrah binti Safwan radhiyallahu ‘anha bahwa Nabi ﷺ bersabda :

(من مسّ ذكره فليتوضأ)

Barangsiapa menyentuh kemaluannya, maka hendaklah dia berwudhu.

وفي حديث أبي أيوب وأم حبيبة :

Dan dalam hadis Abu Ayyub dan Ummu Habibah

(من مسّ فرجه فليتوضأ)

Barangsiapa menyentuh kemaluannya, maka hendaklah dia berwudhu

٥ – أكل لحم الإبل: لحديث جابر بن سمرة أن رجلاً سأل النبي – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – :

5. Memakan daging unta. Berdasarkan hadis Jabir bin Samurah bahwa seseorang bertanya kepada Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam

أنتوضأ من لحوم الغنم ؟ قال: (إن شئت توضأ وإن شئت لا تتوضأ)، قال: أنتوضأ من لحوم الإبل؟ قال: (نعم توضأ من لحوم الإبل).

Apakah kami harus berwudhu setelah makan daging kambing ?” Beliau menjawab: “Jika kamu mau, berwudhulah. Jika kamu tidak mau, tidak perlu berwudhu.” Kemudian dia bertanya lagi: “Apakah kami harus berwudhu setelah makan daging unta?” Beliau menjawab: “Ya, berwudhulah setelah makan daging unta.

٦ – الردة عن الإسلام : لقوله تعالى :

6. Murtad dari Islam. Berdasarkan firman Allah Ta’ala.

(وَمَنْ يَكْفُرْ بِالْإِيمَانِ فَقَدْ حَبِطَ عَمَلُهُ) [المائدة: ٥].

Dan barangsiapa yang kafir terhadap iman, maka amalannya telah sia-sia.” (Surah Al Ma’idah ayat 5)

وكل ما أوجب الغسل أوجب الوضوء غير الموت.

Setiap hal yang mewajibkan mandi junub juga mewajibkan berwudhu kecuali kematian.

 



Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.