Matematika, Ilmu Falak dan Literasi Masyarakat



xr:d:DAGBmQNmX2k:3,j:2532572865332300117,t:24040602

Matematika, Ilmu Falak dan Literasi Masyarakat

Catatan Belajar oleh Reza Ervani bin Asmanu

Bismilahirrahmanirrahiim

Baru saja mendengar kabar ada sebuah kelompok masjid di Pulau Jawa yang sudah terlebih dahulu berlebaran bermodal “Telepon langsung ke Allah”

Yang membuat saya bertanya-tanya, kenapa kelompok seperti ini jumlah pengikutnya bisa ribuan ? Salah satu jawabannya mungkin adalah : kebodohan Ummat akan agamanya sendiri.

Setajam-tajamnya perbedaan antara hisab dan rukyat astronomi, tidak akan pernah anda temukan selisih lebih dari 1 hari antara keduanya.

Jika hari ini secara rukyat hilal tidak terlihat, sementara secara hisab dianggap sudah masuk bulan baru, maka selisih sudut bulan per hari yang sekitar 13,19 derajat itu adalah sudut yang sangat besar untuk kemungkinan terlihatnya bulan pada satu hari setelahnya. Hal ini membuat perbedaan itu “dekat-dekat saja” sebenarnya. Kalaupun ada perbedaan, lebih karena faktor alami yang menyebabkan hilal tidak terlihat dengan mata telanjang di tiap-tiap awal bulan baru.

Jadi meskipun secara hukum penentuan dilakukan dengan rukyat, tapi kapan waktu yang tepat untuk melakukan rukyat, sudah bisa diprediksi jauh-jauh hari dengan hisab astronomi, tidak tebak-tebakan. Peran ilmu pengetahuan menjadi hal yang penting karenanya.

Angka dan Matematika sebenarnya adalah sesuatu yang “akrab” dengan hukum-hukum syariat Ummat Islam. Waktu sholat, nishab zakat, waktu haidh, hingga bobot keshahihan hadits dan banyak lagi hal yang sebenarnya memerlukan interpretasi matematika untuk mempermudah kita memahaminya. Dan inilah mu’jizat besar Ummat ini yang diturunkan dari dua sumber utamanya al Quran dan Sunnah, yakni Ilmu Pengetahuan.

Saya berpendapat, meskipun kesaksian rukyat hanya boleh diambil dari orang-orang tertentu yang terpercaya atas keputusan hakim, tapi metode hisab ilmu astronomi dapat dipelajari oleh siapapun. Sama halnya kemampuan menghitung waktu sholat juga sebaiknya dikuasai banyak orang, bukan hanya bersandar pada tabel yang telah tersusun belaka. Meskipun penetapannya tetap merupakan wewenang waliyul amri.

Tapi mungkin karena matematika sudah lama menjadi momok di negeri ini, maka kesan bahwa Ilmu Falak (astronomi) itu adalah ilmu ghaib yang hanya bisa dikuasai segelintir tokoh agama, begitu kental di masyarakat awam. Bahkan lebih buruk lagi, ada pula tokoh-tokoh agama yang menganggap Fisika dan Matematika adalah ilmu orang kafir yang mesti dijauhi. Sungguh menyedihkan kondisi ini.

Sebenarnya atas dasar ini juga kenapa saya mencoba membuat beberapa video tentang perhitungan astronomi di kanal youtube Maktabah Rumah Ilmu, yakni untuk menunjukkan bahwa matematika dan agama ini adalah dua hal yang berkawan sangat dekat. Jangan anda tanya jumlah penonton video-video seperti ini, tentunya sangat sedikit dibanding video-video gaya hidup artis dan selebritis.

Mudah-mudahan suatu saat, banyak yang mau ikut belajar berhitung, belajar memahami ilmu agama dengan metode yang baik dan benar, agar masyarakat kita tidak lagi mudah dibodohi dengan jargon-jargon yang terkesan hebat seperti “telepon langsung kepada Allah”, “semesta mendukung”, “remote langit” dan semacam itu.

Jangan sampai Ummat yang besar ini ditertawakan karena kebodohannya. Allahul Musta’aan

Allahumma faqihnaa fiiddiin.

Cileungsi, 27 Ramadhan 1445 H



Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.