[Tafsir] Berlindung Dari Kejahatan Wanita Tukang Sihir yang Meniup Buhul



[TAFSIR] Berlindung Dari Kejahatan Wanita Tukang Sihir yang Meniup Buhul

Sumber : Tafsir at Tahrir wat Tanwir

Alih Bahasa : Reza Ervani bin Asmanu

Bismilahirrahmanirrahiim

Artikel [Tafsir] Berlindung Dari Kejahatan Wanita Tukang Sihir yang Meniup Buhul adalah Bagian dari Kategori Tadabbur Quran

وَمِنْ شَرِّ النَّفَّاثَاتِ فِي الْعُقَدِ

dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul, (Surah al Falaq ayat 4)

هَذَا النَّوْعُ الثَّانِي مِنَ الْأَنْوَاعِ الْخَاصَّةِ الْمَعْطُوفَةِ عَلَى الْعَامِّ مِنْ قَوْلِهِ :.

Ini adalah jenis kedua dengan makna yang lebih khusus terkait makna yang lebih umum dari Firman Allah dalam ayat sebelumnya :

 مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ

“Dari kejahatan apa-apa yang Dia (Allah Ta’ala) ciptakan.” (Surah al Falaq ayat 2)

وَعَطْفُ شَرِّ النَّفَّاثَاتِ فِي الْعُقَدِ عَلَى شَرِّ اللَّيْلِ ; لِأَنَّ اللَّيْلَ وَقْتٌ يَتَحَيَّنُ فِيهِ السَّحَرَةُ إِجْرَاءَ شَعْوَذَتِهِمْ لِئَلَّا يَطَّلِعَ عَلَيْهِمْ أَحَدٌ

Kaitan antara kejahatan penyihir-penyihir yang meniup pada buhul-buhul dengan kejahatan malam adalah karena malam merupakan waktu di mana para penyihir merancang sihir mereka agar tidak dilihat oleh siapa pun.

وَالنَّفْثُ : نَفْخٌ مَعَ تَحْرِيكِ اللِّسَانِ بِدُونِ إِخْرَاجِ رِيقٍ ، فَهُوَ أَقَلُّ مِنَ التُّفْلِ ، يَفْعَلُهُ السَّحَرَةُ إِذَا وَضَعُوا عِلَاجَ سِحْرِهِمْ فِي شَيْءٍ وَعَقَدُوا عَلَيْهِ عُقَدًا ثُمَّ نَفَثُوا عَلَيْهَا .

“An Nafats” adalah meniup dengan gerakan lidah tanpa mengeluarkan ludah, ini lebih ringan dari “At Tuflu”. Para penyihir melakukannya ketika mereka menempatkan ramuan sihir di suatu objek dan mengikatnya dengan ikatan kemudian meniupnya.

فَالْمُرَادُ بِـ النَّفَّاثَاتِ فِي الْعُقَدِ النِّسَاءُ السَّاحِرَاتُ ، وَإِنَّمَا جِيءَ بِصِفَةِ الْمُؤَنَّثِ ; لِأَنَّ الْغَالِبَ عِنْدَ الْعَرَبِ أَنْ يَتَعَاطَى السِّحْرَ النِّسَاءُ ; لِأَنَّ نِسَاءَهُمْ لَا شُغْلَ لَهُنَّ بَعْدَ تَهْيِئَةِ لَوَازِمِ الطَّعَامِ وَالْمَاءِ وَالنَّظَافَةِ ; فَلِذَلِكَ يَكْثُرُ انْكِبَابُهُنَّ عَلَى مِثْلِ هَاتِهِ السَّفَاسِفِ مِنَ السِّحْرِ وَالتَّكَهُّنِ وَنَحْوِ ذَلِكَ ،

Yang dimaksudkan dengan “penyihir-penyihir yang meniup pada buhul-buhul” adalah wanita penyihir. Diungkapkan dengan bentuk jamak muanats (feminin). Ini karena dalam budaya Arab, biasanya wanitalah yang terlibat dalam sihir; karena mereka pada waktu itu tidak memiliki banyak kesibukan setelah menyiapkan keperluan makanan, air, dan membersihkan rumah. Oleh karena itu, mereka cenderung terlibat dalam praktek sihir, ramalan, dan sejenisnya.

فَالْأَوْهَامُ الْبَاطِلَةُ تَتَفَشَّى بَيْنَهُنَّ ، وَكَانَ الْعَرَبُ يَزْعُمُونَ أَنَّ الْغُولَ سَاحِرَةٌ مِنَ الْجِنِّ . وَوَرَدَ فِي خَبَرِ هِجْرَةِ الْحَبَشَةِ أَنَّ عِمَارَةَ بْنَ الْوَلِيدِ بْنِ الْمُغِيرَةِ اتُّهِمَ بِزَوْجَةِ النَّجَاشِيِّ ، وَأَنَّ النَّجَاشِيَّ دَعَا لَهُ السَّوَاحِرَ فَنَفَخْنَ فِي إِحْلِيلِهِ فَصَارَ مَسْلُوبَ الْعَقْلِ هَائِمًا عَلَى وَجْهِهِ وَلَحِقَ بِالْوُحُوشِ .

Karena itu, khayalan sesat sering kali berkembang di antara mereka. Sebagaimana dulu Orang Arab meyakini bahwa “Al Ghul” adalah seorang penyihir dari golongan jin. Atau sebagaimana dalam riwayat hijrah ke Habasyah, dikatakan bahwa Ammarah bin al-Walid bin al-Mughirah dituduh memiliki hubungan dengan istri an Najasyiy, lalu an Najasyiy mengutuknya dengan sihir sehingga dia menjadi gila dan berkeliaran di padang gurun bersama binatang-binatang liar.

وَالْعُقَدُ : جَمْعُ عُقْدَةٍ وَهِيَ رَبْطٌ فِي خَيْطٍ أَوْ وَتَرٍ يَزْعُمُ السَّحَرَةُ أَنَّهُ سِحْرُ الْمَسْحُورِ يَسْتَمِرُّ مَا دَامَتْ تِلْكَ الْعُقْدَةُ مَعْقُودَةً ، وَلِذَلِكَ يَخَافُونَ مِنْ حَلِّهَا فَيَدْفِنُونَهَا أَوْ يُخَبِّئُونَهَا فِي مَحَلٍّ لَا يُهْتَدَى إِلَيْهِ .

Al Aqdu (Buhul) adalah bentuk jamak dari Uqdah (ikatan) yang merupakan ikatan pada benang atau tali, yang diyakini oleh para penyihir dapat membuat sihir terus berlanjut selama ikatan tersebut tetap terikat. Oleh karena itu, mereka takut ada yang membukanya, sehingga mereka mengubur atau menyembunyikannya di tempat yang tidak mudah dijangkau.

أَمَرَ اللَّهُ رَسُولَهُ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – بِالِاسْتِعَاذَةِ مِنْ شَرِّ السَّحَرَةِ ; لِأَنَّهُ ضَمِنَ لَهُ أَنْ لَا يَلْحَقَهُ شَرُّ السَّحَرَةِ ، وَذَلِكَ إِبْطَالٌ لِقَوْلِ الْمُشْرِكِينَ فِي أَكَاذِيبِهِمْ إِنَّهُ مَسْحُورٌ ، قَالَ تَعَالَى :

Allah memerintahkan Rasul-Nya shalallahu ‘alaihi wa salam untuk memohon perlindungan dari kejahatan para penyihir, karena Allah menjamin kepada beliau bahwa sihir tidak akan memberikan keburukan kepada beliau. Ini sekaligus membantah tuduhan orang musyrik yang menuduh Rasulullah shalallahu alaihi wa salam sebagai orang yang ada dalam pengaruh sihir. Allah Ta’ala berfirman :

وَقَالَ الظَّالِمُونَ إِنْ تَتَّبِعُونَ إِلَّا رَجُلًا مَسْحُورًا

“Dan orang-orang yang zalim itu berkata, ‘Kamu tidak mengikuti kecuali seorang lelaki yang kena sihir.'”

وَجُمْلَةُ الْقَوْلِ هُنَا : أَنَّهُ لَمَّا كَانَ الْأَصَحُّ أَنَّ السُّورَةَ مَكِّيَّةٌ فَإِنَّ النَّبِيءَ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – مَأْمُونٌ مِنْ أَنْ يُصِيبَهُ شَرُّ النَّفَّاثَاتِ ; لِأَنَّ اللَّهَ أَعَاذَهُ مِنْهَا .

Kesimpulan yang dapat diambil disini adalah : Karena yang lebih shahih adalah bahwa surah ini merupakan Surah Makkiyah, maka Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam aman dari pengaruh buruk dari para penyihir yang meniup pada buhul-buhul; karena Allah telah melindungi beliau dari hal tersebut.

وَأَمَّا السِّحْرُ فَقَدْ بَسَطْنَا الْقَوْلَ فِيهِ عِنْدَ قَوْلِهِ تَعَالَى : يُعَلِّمُونَ النَّاسَ السِّحْرَ فِي سُورَةِ الْبَقَرَةِ .

Adapun tentang sihir, kita telah membahasnya secara panjang lebar dalam Firman Allah Ta’ala  “Mereka mengajarkan sihir kepada manusia” dalam Surah Al-Baqarah.

وَإِنَّمَا جُعِلَتِ الِاسْتِعَاذَةُ مِنَ النَّفَّاثَاتِ لَا مِنَ النَّفْثِ ، فَلَمْ يَقُلْ : إِذَا نَفَثْنَ فِي الْعُقَدِ ، لِلْإِشَارَةِ إِلَى أَنَّ نَفْثَهُنَّ فِي الْعُقَدِ لَيْسَ بِشَيْءٍ يَجْلِبُ ضُرًّا بِذَاتِهِ ، وَإِنَّمَا يَجْلِبُ الضُّرَّ النَّافِثَاتُ وَهُنَّ مُتَعَاطِيَاتُ السِّحْرِ ;

Permintaan perlindungan adalah dari para penyihir, bukan dari tiupannya. Karena tidak dikatakan : Idza nafatsna fil uqad (Ketika mereka meniup pada buhul-buhul). Hal ini menunjukkan bahwa tiupan pada buhul itu sendiri tidaklah memberikan bahaya, akan tetapi bahaya datang dari mereka yang melakukan tiupan, yaitu orang-orang yang terlibat dalam sihir tersebut.

لِأَنَّ السَّاحِرَ يَحْرِصُ عَلَى أَنْ لَا يَتْرُكَ شَيْئًا مِمَّا يُحَقِّقُ لَهُ مَا يَعْمَلُهُ لِأَجْلِهِ إِلَّا احْتَالَ عَلَى إِيصَالِهِ إِلَيْهِ ، فَرُبَّمَا وَضَعَ لَهُ فِي طَعَامِهِ أَوْ شَرَابِهِ عَنَاصِرَ مُفْسِدَةً لِلْعَقْلِ أَوْ مُهْلِكَةً بِقَصْدٍ أَوْ غَيْرِ قَصْدٍ ،

Sebab, penyihir akan selalu berusaha agar tujuannya dapat tercapai. Dia akan mencari akal untuk mewujudkannya. Untuk itu dia mungkin akan mencampurkan racun ke dalam makanan atau minuman yang dapat merusak akal atau mematikan, dengan sengaja atau tidak sengaja.

أَوْ قَاذُورَاتٍ يُفْسِدُ اخْتِلَاطُهَا بِالْجَسَدِ بَعْضَ عَنَاصِرِ انْتِظَامِ الْجِسْمِ يَخْتَلُّ بِهَا نَشَاطُهُ أَوْ إِرَادَتُهُ ، وَرُبَّمَا أَغْرَى بِهِ مَنْ يَغْتَالُهُ أَوْ مَنْ يَتَجَسَّسُ عَلَى أَحْوَالِهِ لِيُرِيَ لِمَنْ يَسْأَلُونَهُ السِّحْرَ أَنَّ سِحْرَهُ لَا يَخْتَلِفُ وَلَا يُخْطِئُ .

Atau dia mungkin memberikan zat-zat yang akan mengganggu fungsi tubuh dan otak, yang mengakibatkan penurunan aktivitas atau hasrat seseorang, atau bahkan meracuni orang yang ingin dia bunuh dan memata-matai keadaan korbannnya. Semua itu agar dia dapat menunjukkan kepada orang-orang yang memintanya melakukan sihir bahwa sihirnya tidak pernah gagal.

وَتَعْرِيفُ ( النَّفَّاثَاتِ ) تَعْرِيفُ الْجِنْسِ وَهُوَ فِي مَعْنَى النَّكِرَةِ لَا تَفَاوُتَ فِي الْمَعْنَى بَيْنَهُ وَبَيْنَ قَوْلِهِ :

Ta’rif (Definisi) an Naffatsaat adalah Ta’rif Jinsi (Jenis) yang menunjukkan makna nakirah (undefinite). Yang memiliki makna yang tidak berbeda dengan Firman Allah Ta’ala sebelumnya :

وَمِنْ شَرِّ غَاسِقٍ

وَقَوْلِهِ :

Dan juga Firmannya :

وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ ،

وَإِنَّمَا أُوثِرَ لَفْظُ النَّفَّاثَاتِ بِالتَّعْرِيفِ ; لِأَنَّ التَّعْرِيفَ فِي مِثْلِهِ لِلْإِشَارَةِ إِلَى أَنَّهُ حَقِيقَةٌ مَعْلُومَةٌ لِلسَّامِعِ مِثْلَ التَّعْرِيفِ فِي قَوْلِهِمْ 

Lafazh an Naffatsaat diberikan Ta’rif (Tambahan Alif Lam – pent) untuk menunjukkan bahwa hal itu adalah sesuatu yang nyata dan diketahui oleh pendengar, seperti tanda ta’rif dalam perkataan :

 أَرْسَلَهَا الْعِرَاكَ

ia menggiring unta-unta menuju air dalam keadaan unta-unta tersebut berdesak-desakan 1 2 3

كَمَا تَقَدَّمَ فِي قَوْلِهِ تَعَالَى : الْحَمْدُ لِلَّهِ فِي سُورَةِ الْفَاتِحَةِ .

Juga sebagaimana yang pernah dibahas dalam Firman Allah Ta’ala : Alhamdulillah – di Surah Al Fatihah

وَتَعْرِيفُ ( النَّفَّاثَاتِ ) بِاللَّامِ إِشَارَةٌ إِلَى أَنَّهُنَّ مَعْهُودَاتٌ بَيْنَ الْعَرَبِ .

Bentuk ma’rifah pada kata an Nafatsaat dengan alif lam juga menunjukkan bahwa penyihir-penyihir ini sudah dikenal di kalangan orang Arab.

Allahu Ta’ala ‘A’lam

Catatan Kaki

  1. Potongan dari bait syair :

    وأرسلها العراك ولم يذدها … ولم يشفق على نغص الدّخال

  2. Lihat Kitab Syarh Alfiyyah Ibnu Maalik Tahrir al Khashashah fi Taysir al Khulashoh – Zainuddin Ibnul Wardi
  3. Lihat Kitab at Tuhfatus Saniyah Syarah alaJurumiyah


Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.