[Ensiklopedi Al Quran] Al Baqarah ayat 17 (1) : Matsaluhum kamatsal alladzi istawqada naaran



البقرة  ١٧

[Ensiklopedi Al Quran] Al Baqarah ayat 17 (1) : Matsaluhum kamatsal alladzi istawqada naaran

Alih Bahasa dan Kompilasi : Reza Ervani bin Asmanu

بسم الله الرحمن الرحيم

Al Baqarah ayat 17 adalah lanjutan serial Ensiklopedi Al Quran

مَثَلُهُمْ كَمَثَلِ الَّذِى اسْتَوْقَدَ نَارًا فَلَمَّا أَضَاءَتْ مَا حَوْلَهُ ذَهَبَ اللَّهُ بِنُورِهِمْ وَتَرَكَهُمْ فِى ظُلُمَاتٍ لَا يُبْصِرُونَ

{مَثَلُهُمْ}: بعد أن ذكر صفاتهم، أعقبها بضرب مثلهم لنا، زيادة في البيان.

Matsaluhum : Perumpamaan mereka : Setelah menyebutkan sifat-sifat mereka, diikuti kemudian dengan memberikan perumpamaan mereka kepada kita, sebagai tambahan penjelasan.

المثل هو النظير، والشبيه، الذي يقرب، ويسهل لنا فهم المعنى، ويعطينا الحكمة،

Perumpamaan adalah sesuatu yang mirip, yang menyerupai, yang mendekatkan dan memudahkan pemahaman kita tentang makna, dan memberikan hikmah kepada kita.

و {مَثَلُهُمْ}، تعود على {الَّذِينَ اشْتَرَوُا الضَّلَالَةَ بِالْهُدَى فَمَا رَبِحَتْ تِّجَارَتُهُمْ وَمَا كَانُوا مُهْتَدِينَ}، وهم المنافقون.

Matsalahum merujuk kepada ayat sebelumnya, yakni orang-orang munafik

مثلهم: {كَمَثَلِ}: الكاف للتشبيه.

Perumpamaan / permisalan mereka (Kamatsali). Huruf Kaaf disini adalah untuk at Tasybih (penyerupaan)

{الَّذِى}؛ اسم موصول.

alladzi : ism maushul (kata penghubung)

{اسْتَوْقَدَ نَارًا}: ولم يقل: أوقد ناراً؛ أي: بنفسه، وإنما استوقد، أي طلب؛ الألف، والسين، والتاء؛ تعني الطلب من غيره، أن يوقد له ناراً، أو حاول أن يوقد ناراً.

istawqada naaran : Tidak dikatakan pada ayat ini dengan bentuk : awqada (wazan af’ala) yang bermakna menyalakan api itu oleh diri sendiri, akan tetapi digunakan istawqada yang bermakna meminta – dengan tambahan huruf sin dan ta – yakni meminta dari pihak lain, yang menyalakan untuknya api, atau yang menawarkan / mencoba untuk menyalakan api

استوقد أبلغ من أوقد، وقد تعود على المنافق، أو تعود على رسول الله -صلى الله عليه وسلم-.

Kata Istawqada lebih kuat dari awqada, yang merujuk kepada orang munafik. Dapat juga merujuk kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam

وَ” اسْتَوْقَدَ” لِأَنَّ الْمُسْتَوْقِدَ كَانَ وَاحِدًا مِنْ جَمَاعَةٍ تَوَلَّى الْإِيقَادَ لَهُمْ، فَلَمَّا ذَهَبَ الضَّوْءُ رَجَعَ عَلَيْهِمْ جَمِيعًا

Istawqada (dalam bentuk mufrod) karena al mustawqid (orang yang menyalakan atau orang yang mencoba menyalakan api) adalah satu orang dari keseluruhan orang yang ada untuk menerangi mereka. Ketika penerangan itu hilang, maka ungkapan kembali merujuk kepada mereka secara keseluruhan

{نَارًا}: تنكير النار هنا للتهويل، 

Naaran (Api). Kata ini dalam bentuk nakirah untuk tahwil (penguatan, penegasan, gertakan)

وكان العرب قديماً، يوقدون النار في الصحراء؛ لأمرين: لهداية الضال، ودعوة الأضياف.

Pada masa lalu, orang Arab biasa menyalakan api di padang pasir untuk dua tujuan: untuk membimbing yang tersesat dan untuk mengundang tamu.

أو يوقدها حتّى يبصر ما حوله، ويستدفئ بها، ويشعر بالأمن، من الحيوانات الضارية، ومن اللصوص.

Atau mereka menyalakan api sampai mereka dapat melihat sekitarnya, menghangatkan diri dengan api, dan merasa aman dari hewan buas dan pencuri.

Allahu Ta’ala ‘Alam

Bersambung in sya Allah

 



Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.