Hukum Memperpanjang Sujud Terakhir Saat Sholat



Hukum Memperpanjang Sujud Terakhir Saat Sholat

Alih Bahasa : Reza Ervani bin Asmanu

Artikel Hukum Memperpanjang Sujud Terakhir Saat Sholat ini adalah bagian dari Kategori Fiqh

الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه، أما بعـد:
فإن السجود في الصلاة يعتبر من مواطن إجابة الدعاء التي ينبغي تحريها والاجتهاد في الدعاء فيها، ففي صحيح مسلم أنه صلى الله عليه وسلم قال: 

Sujud dalam shalat merupakan salah satu momen terbaik untuk berdoa dan memohon kepada Allah SWT. Hal ini sebagaimana diriwayatkan dalam hadits shahih Muslim bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

أقرب ما يكون العبد من ربه وهو ساجد

“Sedekat-dekatnya seorang hamba dengan Rabb-nya adalah ketika dia sedang sujud.”

وفيه أيضاً :

Dalam hadits lain, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam juga bersabda :

فأما الركوع فعظموا فيه الرب، وأما السجود فاجتهدوا في الدعاء فقمن أن يستجاب لكم.

 “Ketika ruku, maka agungkanlah Allah Ta’ala. Dan ketika sujud, maka bersungguh-sungguhlah dalam berdoa, karena kamu hampir saja dikabulkan doa-doamu.”

ثم إن التطويل في السجود جائز عموماً لكن تخصيصه بالسجود الأخير أو غيره أمر غير وارد، فلو وقع مرة أو صدفة فلا بأس بذلك، ولا يداوم عليه، هذا إن كان المصلي منفرداً،

Memanjangkan sujud secara umum diperbolehkan, namun menjadikannya kebiasaan hanya pada sujud terakhir atau sujud lainnya tidak dianjurkan. Jika terjadi sekali atau dua kali karena kebetulan, tidak masalah. Akan tetapi, hal tersebut tidak boleh dijadikan kebiasaan. Hal ini berlaku jika shalat dilakukan secara sendirian.

 أما إذا كان إماما فلا ينبغي أن يطول طولاً يتضرر به من خلفه؛ لما في مسلم أن النبي صلى الله عليه وسلم قال :

Namun, jika shalat dilakukan dalam posisi sebagai imam, maka imam tidak boleh terlalu lama sujud sehingga membahayakan makmum di belakangnya. Hal ini sebagaimana diriwayatkan dalam hadits Muslim bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda:

إذا أم أحدكم الناس فليخفف، فإن فيهم الصغير والكبير والمريض والضعيف، وإذا صلى وحده فليصل كيف شاء.

Jika salah seorang di antara kalian menjadi imam bagi orang lain, maka hendaklah dia meringankan (shalatnya), karena di antara mereka ada yang lemah, anak-anak, orang tua, dan orang sakit. Dan jika dia shalat sendirian, maka dia boleh shalat sesuka dia.

قال النووي في هذا الحديث : الأمر للإمام بتخفيف الصلاة بحيث لا يخل بسننها ومقاصدها، وأنه إذا صلى وحده طول ما شاء في الأركان التي تحتمل التطويل، وهي القيام والركوع والسجود والتشهد دون الاعتدال والجلوس بين السجدتين.

Imam An-Nawawi dalam syarahnya atas hadits ini menjelaskan bahwa perintah untuk meringankan shalat bagi imam adalah dengan tidak meninggalkan sunnah-sunnah dan tujuan shalatnya. Imam boleh memanjangkan shalat sesuai keinginannya pada rukun-rukun yang boleh dipanjangkan, yaitu berdiri, ruku’, sujud, dan tasyahud, tetapi tidak pada i’tidal dan duduk antara dua sujud.

والله أعلم.

Allahu Ta’ala ‘A’lam



Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.