Meluruskan Pemahaman tentang Karma



” الكارما ” اعتقاد وثني خبيث من عقائد الهندوس

“Karma” adalah Kepercayaan Politeisme yang Keliru dalam Agama Hindu

Alih Bahasa : Reza Ervani bin Asmanu

Artikel tentang Meluruskan Pemahaman tentang Karma ini masuk dalam Kategori Tanya Jawab

السؤال

Pertanyaan

أريد أن أسأل عن حكم الاعتقاد والإيمان بالكارما ، هل هو حلال أم حرام ؟ أم هو نوع من الشرك؟ الكارما ، على سبيل المثال ، إذا فعلت شيئًا سيئًا لصديقك ، يتولد لديك اعتقاد بأن شيئًا سيئا سيحدث لك ؛ فما رأيكم ؟

Saya ingin bertanya tentang hukum berkeyakinan dan mempercayai konsep karma, apakah itu halal atau haram? Atau apakah itu termasuk jenis syirik? Misalnya, jika Anda melakukan sesuatu yang buruk kepada teman Anda, ada keyakinan bahwa sesuatu yang buruk juga akan terjadi pada Anda; apa pendapat Anda?

الجواب

Jawaban

الحمد لله.

أولا :

Pertama,

“الكارما” مصطلح شائع في الديانات الهندية (الهندوسية والجينية السيخية والبوذية) ويطلق لفظ “كارما” على الأفعال التي يقوم بها الكائن الحي ، والعواقب الأخلاقية الناتجة عنها، فأي عملٍ من خير أو شر ، سواء كان قولا أو فعلا أو مجرد فكرة ، لا بد أن تترتب عليه عواقب ، ما دام قد نَتَج عن وعي وإدراك مسبوق ، وتأخذ هذه العواقب شكل ثمارٍ تنمو، وبمجرد أن تنضج تسقط على صاحبها، فيكون جزاؤه إما الثواب أو العِقاب.

“Karma” adalah istilah yang umum digunakan dalam agama-agama Hindu (Hindu, Jainisme, Sikhisme, dan Buddha). Istilah “karma” merujuk pada tindakan yang dilakukan oleh makhluk hidup serta akibat moral yang ditimbulkan oleh tindakan tersebut. Setiap perbuatan, baik itu ucapan, tindakan, atau bahkan sekadar pemikiran, baik atau buruk, pasti akan mendatangkan akibat, selama perbuatan itu dilakukan dengan kesadaran dan pemahaman yang jelas. Akibat-akibat ini mengambil bentuk seperti buah yang tumbuh, dan begitu buah tersebut matang, ia akan jatuh pada pemiliknya, yang kemudian menerima balasan, apakah itu berupa ganjaran atau hukuman.

وقد تطول أو تقصر المدة التي تتطلبها عملية نضوج هذه الثمار ( أو عواقب الأعمال ) ، غير أنها تتجاوز في الأغلب فترة حياة الإنسان، فيتحتم على صاحبها الانبعاث مرة أخرى لينال الجزاء الذي يستحقه ، فالكارما هي قانون الثواب والعقاب المزروع في باطن الإنسان.

Masa yang diperlukan untuk proses matangnya “buah” tersebut (atau akibat dari perbuatan) bisa berlangsung lama atau singkat. Namun, dalam kebanyakan kasus, masa tersebut melampaui kehidupan manusia di dunia. Oleh karena itu, diyakini bahwa pelakunya harus dilahirkan kembali untuk menerima balasan yang layak baginya. Dengan demikian, karma dianggap sebagai hukum pahala dan hukuman yang tertanam di dalam diri manusia.

يعمل نظام “كارما” عند هؤلاء وفق قانون أخلاقي طبيعي قائم بذاته ، وليس تحت سلطة الأحكام الإلهية ، وتتحدد وفقا للكارما عوامل متعددة : مثل المظهر الخارجي ، والجمال ، والذكاء، والعمر، والثراء ، والمركز الاجتماعي .

Sistem “karma” menurut mereka bekerja berdasarkan hukum moral alami yang berdiri sendiri, tanpa berada di bawah otoritas hukum ilahi. Berdasarkan karma, berbagai faktor ditentukan, seperti penampilan fisik, kecantikan, kecerdasan, umur, kekayaan, dan status sosial.

وحسب هذه الفلسفة يمكن لأكثر من كارماٍ مختلفة ومتفاوتة ، أن تؤدي في النهاية إلى أن يتقمص الكائن الحي شكل إنسان ، حيوان ، شبح ، أو حتى إحدى شخصيات الآلهة الهندوسية.

Menurut filosofi ini, berbagai jenis karma yang berbeda dan bervariasi pada akhirnya dapat menyebabkan makhluk hidup bereinkarnasi dalam bentuk manusia, hewan, roh, atau bahkan salah satu perwujudan dewa-dewa dalam agama Hindu. 1

ويزعم هؤلاء أن قانون الكرما يحكم كل ما هو مخلوق ، وهو قانون غير قابل للتعديل ، ويزعمون أن هذا القانون يحكم ويراقب في كل لحظة ، ولذلك فلكل من تصرفاتنا الجيدة والسيئة عواقبها. كل ما نفعله من سوء يجب أن ندفع ثمنه فيما بعد ، وكل ما نفعله من حسن سنكافأ عليه.

Mereka mengklaim bahwa hukum karma mengatur semua makhluk yang ada dan merupakan hukum yang tidak dapat diubah. Mereka juga mengklaim bahwa hukum ini mengawasi dan mengatur setiap saat, sehingga setiap perbuatan baik atau buruk yang kita lakukan pasti memiliki konsekuensi. Segala keburukan yang kita lakukan harus kita bayar di kemudian hari, dan segala kebaikan yang kita lakukan akan diberi balasan.

جاء في “الموسوعة الميسرة في الأديان والمذاهب والأحزاب المعاصرة” :

Dalam “Mausu’ah al Maysurah fi al Adyan wa al Madzahib wa al Ahzab al Mu’ashirah”, dikatakan:

” الكارما – عند الهندوس – : قانون الجزاء ، أي أن نظام الكون إلهي قائم على العدل المحض، هذا العدل الذي سيقع لا محالة إما في الحياة الحاضرة أو في الحياة القادمة ، وجزاء حياةٍ يكون في حياة أخرى ، والأرض هي دار الابتلاء كما أنها دار الجزاء والثواب ” انتهى .

Karma – menurut pandangan Hindu – adalah hukum balasan, yaitu bahwa sistem alam semesta ini bersifat ilahi dan berdasarkan keadilan mutlak. Keadilan ini pasti akan terwujud, baik dalam kehidupan sekarang atau di kehidupan yang akan datang. Balasan untuk kehidupan ini akan diterima di kehidupan berikutnya, dan bumi adalah tempat ujian sebagaimana juga tempat balasan dan pahala.”

وجاء فيها أيضا :

Dikatakan juga:

” ويظل الإنسان يولد ويموت ما دامت الكارما متعلقة بروحه ولا تطهر نفسه حتى تتخلص من الكارما حيث تنتهي رغباته وعندها يبقى حيًّا خالداً في نعيم النجاة ، وهي مرحلة “النيرفانا” أو الخلاص التي قد تحصل في الدنيا بالتدريب والرياضة أو بالموت ” انتهى .

“Manusia akan terus lahir dan mati selama karma tetap terkait dengan jiwanya, dan tidak akan ada penyucian bagi dirinya hingga ia terbebas dari karma tersebut, di mana semua keinginannya berakhir. Pada saat itu, ia akan tetap hidup kekal dalam kebahagiaan keselamatan, yaitu tahap ‘nirvana’ atau pembebasan yang dapat tercapai di dunia melalui latihan dan disiplin, atau melalui kematian.”

ثانيا :

Kedua:

لا شك أن هذه الديانات الهندية ديانات وثنية ، تشكلت وتكونت وفق اعتقادات باطلة وتصورات محالة متوهمة. واعتقاد ” الكارما ” من ضمن تلك الاعتقادات الباطلة التي يعتقدها هؤلاء ويدينون بها .

Tidak diragukan lagi bahwa agama-agama Hindu ini adalah agama-agama politeistik, yang dibentuk dan berkembang berdasarkan keyakinan-keyakinan yang salah dan anggapan-anggapan yang tidak rasional. Keyakinan tentang karma termasuk dalam keyakinan batil tersebut yang diyakini dan dianut oleh mereka.

ونستطيع أن نلخص أسباب القول ببطلان هذا الاعتقاد الفاسد فيما يلي :

Alasan mengapa keyakinan ini batal/tidak dapat diterima, dapat dirangkum sebagai berikut:

أولا : أنه اعتقاد مختلق ، ليس قائما على وحي إلهي معصوم ، وإنما مبعثه ديانة وثنية مخترعة.

Pertama: Keyakinan ini adalah keyakinan yang dibuat-buat, tidak berdasar pada wahyu ilahi yang terjaga dari kesalahan, melainkan berasal dari agama politeistik yang diciptakan oleh manusia.

ثانيا : هو نظام يعمل وفق قانون أخلاقي طبيعي قائم بذاته ، مستغن عن الشرع الإلهي ، والعقائد الدينية السماوية .

Kedua: Sistem ini bekerja berdasarkan hukum moral alami yang berdiri sendiri, tanpa membutuhkan syariat ilahi ataupun keyakinan agama-agama samawi.

ثالثا : يزعمون أنه قانون مهيمن مسيطر على كل مخلوق ، يراقب التصرفات ، ويدبر المقادير ، ويجازي على الأعمال ، وهذا كفر صريح ؛ فإن الله هو المهيمن وهو الذي يدبر الأمر وهو الذي يحاسب الناس على أعمالهم .

Ketiga: Mereka mengklaim bahwa hukum ini adalah kekuatan yang menguasai dan mengendalikan setiap makhluk, yang mengawasi perbuatan, mengatur takdir, dan memberikan balasan atas amal perbuatan. Klaim ini merupakan kekufuran yang jelas, karena Allah-lah yang Maha Menguasai, yang mengatur segala urusan, dan yang akan menghitung amal perbuatan manusia.

رابعا : هذا الاعتقاد داخل في منظومة اعتقاداتهم الباطلة التي يريدون أن يصلوا بها إلى مرحلة الخلاص الأبدي بزعمهم ، والذي هو الهدف الأسمى عندهم ، فبما أن الكارما هي عواقب الأفعال التي يقوم بها الأشخاص، فلا خلاص ما دامت الكارما موجودة .

Keempat: Keyakinan ini merupakan bagian dari sistem kepercayaan batil mereka, yang mereka anggap dapat membawa mereka menuju tahap keselamatan abadi, yang dianggap sebagai tujuan tertinggi menurut pandangan mereka. Karena karama adalah akibat dari perbuatan seseorang, maka tidak ada keselamatan selama karama itu masih ada.

ونحن ولله الحمد مستغنون بدين الله ونعمة الله عن هذه الاعتقادات الباطلة وتلك الملل المخترعة.

Dan kita, segala puji bagi Allah, telah merasa cukup dengan agama Allah dan nikmat-Nya sehingga tidak membutuhkan keyakinan-keyakinan batil ini maupun agama-agama ciptaan manusia.

ويكفينا قول الله تعالى :

Cukuplah bagi kita firman Allah Ta’ala:

( فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ * وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ ) الزلزلة/ ٧، ٨.

“Maka barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah, niscaya dia akan melihatnya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrah, niscaya dia akan melihatnya pula.” (Surah Az Zalzalah ayat 7-8).

يكفينا أن نعلم أن الله على كل شيء حفيظ ، وأن الله قد أحاط بكل شيء علما .

Cukuplah bagi kita mengetahui bahwa Allah adalah Maha Memelihara atas segala sesuatu, dan bahwa Allah meliputi segala sesuatu dengan ilmu-Nya.

يكفينا أن نعلم أن الإحسان في ديننا ، والذي هو أعلى مراتب الإيمان ، أن نعبد الله كأننا نراه.

Cukuplah bagi kita mengetahui bahwa ihsan dalam agama kita, yang merupakan tingkatan tertinggi dari iman, adalah bahwa kita menyembah Allah seolah-olah kita melihat-Nya.

فمن علم ذلك واعتقده وأيقن أن الله يبعث من في القبور ليحاسبهم على مثاقيل الذر من الأعمال ، وقد أقام عليهم الشهداء والكتبة الحافظين ، لم يحتج إلى هذا الباطل المخترع ، والاعتقاد الفاسد الضال حتى ينتهي عن الإثم ، وينكفّ عن سيء الأقوال والأعمال والأخلاق .

Barang siapa yang mengetahui dan meyakini bahwa Allah akan membangkitkan semua yang ada di dalam kubur untuk dihitung amal-amalnya, dan Allah telah menetapkan para saksi serta pencatat yang menjaga segala perbuatan, maka ia tidak memerlukan keyakinan batil yang dibuat-buat ini, atau kepercayaan sesat yang menyesatkan, untuk menjauhkannya dari dosa, atau untuk menghentikannya dari perbuatan dan akhlak yang buruk.

راجع للفائدة جواب السؤال رقم : هنا

Silahkan baca juga tanya jawab yang lain disini :

والله تعالى أعلم .

Sumber : IslamQA

Catatan Kaki

  1. Baca Juga tentang Karma di Wikipedia : https://en.wikipedia.org/wiki/Karma


Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.