Upaya Herzl Bertemu Sultan Abdul Hamid (2)



الحركة الصهيونية ومساعي هرتزل للقاء السلطان عبد الحميد

Gerakan Zionis dan Upaya Herzl Bertemu Sultan Abdul Hamid (Bagian Kedua)

Oleh : Muhammad Syaban Ayyub

Alih Bahasa : Reza Ervani bin Asmanu

Artikel Gerakan Zionis dan Upaya Herzl Bertemu Sultan Abdul Hamid ini termasuk dalam Kategori Sejarah Palestina

في المقابل، أدرك هرتزل الثوابت الإستراتيجية لألمانيا في ذلك التوقيت، وأنها عائق أمام أحلامهم؛ ولهذا السبب أعلن أن مطالب الحركة الصهيونية لن تتوقف عند ما يريده الألمان ويسعون إليه وإنما ستتجاوزه، وكانت أولى خطواته الجديدة بعيدا عن الألمان سعيه إلى ترتيب لقاء مباشر مع السلطان عبد الحميد لتقديم عرض مغرٍ له في ظل الأزمات المالية التي كانت تواجهها الدولة العثمانية وقتذئذ. وفيما بين عامي 1896-1902م زار هرتزل إسطنبول خمس مرات، نجح في إحداها في مقابلة السلطان عن طريق وساطة صديقه اليهودي النمساوي نيولنسكي الذي كان صديقا للسلطان عبد الحميد[3].

Sebaliknya, Herzl memahami prinsip-prinsip strategis Jerman pada masa itu, dan bahwa hal itu merupakan penghalang bagi impian mereka. Karena alasan tersebut ia menyatakan bahwa tuntutan gerakan Zionis tidak akan berhenti pada apa yang diinginkan Jerman dan mereka upayakan, melainkan akan melampauinya. Langkah barunya yang pertama, jauh dari Jerman, adalah berusaha mengatur pertemuan langsung dengan Sultan Abdul Hamid untuk menyampaikan tawaran menggiurkan di tengah krisis keuangan yang sedang dihadapi Daulah Utsmaniyah saat itu. Antara tahun 1896–1902, Herzl mengunjungi Istanbul sebanyak lima kali, dan dalam salah satunya ia berhasil bertemu Sultan melalui perantaraan sahabat Yahudi-Austria bernama Newlensky, yang memang bersahabat dengan Sultan Abdul Hamid.1

عبد الحميد يطرد هرتزل

Abdul Hamid Mengusir Herzl

عرض هرتزل عبر وسطاء أن تردَّ بريطانيا جزيرة قبرص التي احتلتها سنة 1878م إلى الدولة العثمانية، وأن تسعى الحركة الصهيونية بكل قوة لإيقاف الدعم الأوروبي للقضية الأرمنية التي أخذت تهدد وحدة الدولة العثمانية في شرقي الأناضول، ولم يقبل السلطان بهذه العروض أيضا. ورغم ذلك، نجح هرتزل بعد وساطات أخرى في لقاء السلطان عبد الحميد، وذلك في 18 مايو/أيار 1901م. وفي ذلك اللقاء الذي سجّله هرتزل في مذكراته قال السلطان عبد الحميد بوضوح تام: “إنني لن أسير أبدا في هذا الأمر، لا أقدر أن أبيع ولو قدما واحدة من البلاد لأنها ليست لي، بل لشعبي، ولقد حصل شعبي على هذه الإمبراطورية بإراقة دمائهم، وقد غذُّوها فيما بعد بدمائهم، وسوف ندافع عنها بدمائنا قبل أن نسمح لأحد باغتصابها منا”[4].

Melalui para perantara, Herzl menawarkan agar Inggris mengembalikan Pulau Siprus—yang telah didudukinya sejak 1878—kepada Daulah Utsmaniyah, dan agar gerakan Zionis berusaha keras menghentikan dukungan Eropa terhadap isu Armenia yang mulai mengancam kesatuan Daulah Utsmaniyah di Anatolia Timur. Namun Sultan pun tidak menerima tawaran itu. Meski begitu, setelah beberapa mediasi lain, Herzl berhasil bertemu Sultan Abdul Hamid pada 18 Mei 1901. Dalam pertemuan yang dicatat Herzl dalam memoarnya itu, Sultan Abdul Hamid berkata dengan sangat tegas: “Aku tidak akan pernah terlibat dalam perkara ini. Aku tidak mampu menjual walau sejengkal tanah pun, karena tanah itu bukan milikku, melainkan milik rakyatku. Rakyatku memperoleh kekaisaran ini dengan menumpahkan darah mereka, lalu mereka kembali menyuburkannya dengan darah mereka. Kami akan mempertahankannya dengan darah kami sebelum membiarkan seorang pun merampasnya dari kami.”2

Herzl (kanan) berhasil, setelah melalui perantaraan, bertemu Sultan Abdul Hamid pada 18 Mei 1901. Herzl mencatat pertemuan ini dalam memoarnya.
Herzl (kanan) berhasil, setelah melalui perantaraan, bertemu Sultan Abdul Hamid pada 18 Mei 1901. Herzl mencatat pertemuan ini dalam memoarnya.

ورغم أن رد السلطان عبد الحميد كان قاطعا وكافيا، فإن هرتزل لم يتوقف عند محاولاته المتكررة بتقديم عروض أكثر إغراء لعل السلطان يلين ويسمح ببيع فلسطين، فقدم عرضا ماليا مُغريا وهو مبلغ 5 ملايين ليرة ذهبية (نحو 1.5 ملايين جنيه إسترليني)، قائلا إن اليهود “يستعطفونكم للهجرة إلى فلسطين المقدسة، ولقاء أوامركم العالية الجليلة، نرجو التفضل بقبول هديّتهم خمسة ملايين ليرة ذهبية”[5].

Meskipun jawaban Sultan Abdul Hamid sudah tegas dan final, Herzl tidak berhenti pada upaya-upaya berulangnya dengan memberikan tawaran yang lebih menggoda agar Sultan luluh dan mengizinkan penjualan Palestina. Ia pun mengajukan tawaran finansial yang sangat besar: 5 juta lira emas (sekitar 1,5 juta pound sterling), seraya berkata bahwa orang-orang Yahudi “memohon kepada Anda agar diizinkan berhijrah ke Palestina yang suci, dan sebagai balasan atas perintah agung dan mulia Anda, kami memohon agar berkenan menerima hadiah mereka berupa 5 juta lira emas.”3

منذ انطلق المؤتمر الأول للحركة الصهيونية في بازل بسويسرا، كان السلطان يتابع نشاط الحركة من خلال مخابراته ورجاله في أوروبا، وعلى الأخص كبار قادة الحركة مثل هرتزل وبعض الكتاب الصحفيين والحاخامات ورجال الأعمال. وقد أدرك خططهم وأهدافهم بعيدة المدى، ومن ثم في لقاء ثانٍ طرد السلطان هرتزل ومَن معه، وذكر عبد الحميد تفاصيل اللقاء في مذكراته التي جاء فيها: “لليهود قوة في أوروبا أكثر من قوتهم في الشرق، ولهذا السبب فإن أكثر الدول الأوروبية تحبذ هجرة اليهود إلى فلسطين لتتخلص من العِرق السامي الذي زاد كثيرا… لذلك، علينا أن نقف في وجه فكرة توطين المهاجرين في فلسطين.. لن يستطيع رئيس الصهاينة هرتزل أن يقنعني بأفكاره.. إنه يسعى لتأمين أرض لإخوانه اليهود بممارسة الزراعة في فلسطين”[6].

Sejak Kongres pertama gerakan Zionis di Basel, Swiss, Sultan terus memantau aktivitas gerakan tersebut melalui jaringan intelijen dan orang-orangnya di Eropa, khususnya para pemimpin besar gerakan itu seperti Herzl, sejumlah jurnalis, para rabi, serta kalangan pengusaha. Ia memahami rencana dan tujuan jangka panjang mereka. Karena itu, dalam pertemuan kedua, Sultan mengusir Herzl beserta rombongannya. Abdul Hamid mencatat rincian pertemuan tersebut dalam memoarnya, yang di dalamnya ia berkata: “Orang-orang Yahudi memiliki kekuatan di Eropa lebih besar daripada di Timur. Oleh sebab itu, kebanyakan negara Eropa lebih menyukai emigrasi Yahudi ke Palestina untuk menyingkirkan bangsa Semit yang jumlahnya makin banyak… Karena itu, kita harus menghadang ide pemukiman para imigran di Palestina. Ketua Zionis, Herzl, tidak akan bisa meyakinkan aku dengan gagasannya. Ia hanya berusaha mencari tanah bagi saudara-saudaranya, orang-orang Yahudi, untuk bercocok tanam di Palestina.”4

Bersambung ke bagian berikutnya in sya Allah

Sumber : al Jazeera

Catatan Kaki

  1. Samir Abu al-Rubb: Watsâiq Asâsiyyah fi ash-Shirâ‘ al-‘Arabi ash-Shuhyuni, jilid 1, hlm. 128, 158.
  2. Samir Abu al-Rubb: ibid.
  3. Ahmad Nuri an-Nu‘aimi: al-Yahud wa ad-Daulah al-‘Utsmaniyah, hlm. 139.
  4. Abdul Hamid II: Memoar Politikku, hlm. 34–35.


Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.