الشرطة في النظام الإسلامي
Polisi dalam Sistem Islam (Bagian Kedua)
Penulis: Dr. Raghib as-Sirjani
Alih Bahasa : Reza Ervani bin Asmanu
Artikel Polisi dalam Sistem Islam ini termasuk dalam Kategori Tsaqafah Islamiyah
الشرطة في الخلافة العباسية:
Polisi pada Masa Khilafah Abbasiyah:
وقد أنفقت الدولة على بناء السجون من بيت المال؛ إذ كَفَّت هذه السجون شرَّ السجناء وأذاهم عن الناس، ولم يمنع هذا الأمر أن تُنْفِق الدولة على هؤلاء المساجين، وترعى أحوالهم؛ ولذلك اقترح القاضي أبو يوسف على هارون الرشيد، تزويد المساجين، بحُلَّة قطنية صيفًا، وأخرى صوفية شتاءً ، ولذلك كان الاهتمام بهم صحيًّا من أظهر الأمور.
Negara Abbasiyah membiayai pembangunan penjara dari Baitul Mal. Penjara ini menjaga masyarakat dari kejahatan para tahanan dan melindungi mereka dari gangguan. Meski demikian, negara tetap mengeluarkan biaya untuk memenuhi kebutuhan para tahanan dan memperhatikan keadaan mereka. Karena itu, Qadhi Abu Yusuf mengusulkan kepada Harun ar-Rasyid agar para tahanan diberi pakaian katun untuk musim panas dan pakaian wol untuk musim dingin. Maka perhatian terhadap kondisi kesehatan mereka menjadi salah satu hal yang menonjol.
وحرصت الخلافة العباسية على تعيين أصحاب الشرطة الموسومين بالعلم والتقوى والفقه، والذين لا تأخذهم في إقامة الحدود لومة لائم، فقد ذكر ابن فرحون في (تبصرة الحكام) “أَنَّ صاحب الشُّرطة إبراهيم بن حسين بن خالدٍ، أقام شاهد زورٍ على الباب الغربيِّ الأوسط، فضربه أربعين سوطًا، وحلق لحيته، وسَخَّم وجهه ، وأطافه إحدى عشرة طوفةً بين الصَّلاتين، يُصاح عليه هذا جزاء شاهد الزُّور، وكان صاحب الشُّرطة هذا فاضلاً، خيِّرًا، فقيهًا، عالمًا بالتَّفسير، ولي الشُّرطة للأمين محمد، وكان أدرك مطرِّف بن عبد الله صاحب مالكٍ وروى عنه موطأه”.
Khilafah Abbasiyah juga berusaha mengangkat kepala kepolisian yang dikenal dengan ilmu, takwa, dan pemahaman fiqh, serta tidak takut dalam menegakkan hudud meskipun mendapat celaan orang. Ibn Farhun menyebut dalam kitab Tabsirat al-Hukkam: “Kepala kepolisian Ibrahim bin Husain bin Khalid menjatuhi hukuman kepada seorang saksi palsu di pintu barat tengah, ia memukulnya empat puluh kali cambuk, mencukur janggutnya, menghitamkan wajahnya, lalu mengaraknya sebelas kali putaran di antara dua salat sambil diserukan: inilah balasan bagi saksi palsu. Kepala kepolisian ini adalah seorang yang saleh, baik, faqih, ahli tafsir, ia menjabat kepala kepolisian pada masa al-Amin Muhammad, dan sempat berguru kepada Mutarrif bin Abdullah sahabat Imam Malik serta meriwayatkan darinya kitab Muwaththa’.”
ونتيجة لكفاءة بعض القادة العسكريين في الخلافة العباسية، فقد عين المأمونُ عبد الله بن طاهر بن الحسين قائدًا لشرطة عاصمة الخلافة بغداد، بعدما أثبت جدارة عسكرية في حروبه وفتوحاته.
Berkat kecakapan sebagian pemimpin militer pada masa Abbasiyah, Khalifah al-Ma’mun mengangkat Abdullah bin Thahir bin al-Husain sebagai kepala kepolisian di ibu kota Baghdad, setelah ia membuktikan keunggulan militernya dalam peperangan dan penaklukan.
ولم تتوانَ مؤسسة الخلافة في عزل أصحاب الشرطة الفاسدين، الذين كانوا يتجاوزون في العقوبة، ولا يأخذون بالبينة، فقد أمر الخليفة العباسي المقتدر بالله بعزل صاحب شرطة بغداد محمد بن ياقوت، وعدم إشراكه في وظيفة في الدولة، نتيجة سوء سيرته وظلمه.
Khilafah Abbasiyah tidak segan-segan memberhentikan kepala kepolisian yang korup dan zalim, yakni mereka yang melampaui batas dalam menghukum atau tidak berpegang pada bukti. Khalifah al-Muqtadir Billah memerintahkan pemecatan kepala kepolisian Baghdad, Muhammad bin Yaqut, serta melarangnya menjabat posisi apa pun di pemerintahan akibat buruknya perilaku dan kezalimannya.
وكانت مهمة صاحب الشرطة في هذا العصر متعدِّدة ومتنوِّعة، فقد جمع أصحاب الشرطة في معظم الولايات الإسلامية مع وظيفة استتباب الأمن، والأخذ على أيدي اللصوص والمفسدين، المحافظةَ على الآداب العامة؛ فقد أمر مزاحم بن خاقان والي مصر (ت 253هـ) صاحب شرطته أزجور التركي بمنع النساء من التبرُّج أو زيارة المقابر، وضرب المخنثين ونَدَّابات الجنائز، كما اهتمَّ صاحب الشرطة بمنع الملاهي، ومحاربة الخمور.
Tugas kepala kepolisian pada masa Abbasiyah beragam dan luas. Di sebagian besar wilayah Islam, mereka tidak hanya bertanggung jawab menjaga keamanan dan menindak pencuri serta perusak, tetapi juga mengawasi moral dan tata krama umum. Misalnya, Muzahim bin Khakan, gubernur Mesir (w. 253 H), memerintahkan kepala kepolisiannya, Azjur al-Turki, untuk melarang wanita berdandan berlebihan atau mengunjungi kuburan, memukul para banci dan peratap jenazah, serta melarang hiburan yang melalaikan dan memberantas minuman keras.
وأما أصحاب الشرطة المقصِّرون في أداء مهامهم، فقد كان الخلفاء يُجبرونهم على تصحيح أخطائهم بسرعة تامَّة، تداركًا للأمر، ومنعًا لانتشار ضرره بين العامَّة
Adapun para kepala kepolisian yang lalai dalam menjalankan tugasnya, para khalifah memaksa mereka untuk segera memperbaiki kesalahan mereka dengan segera, demi mencegah meluasnya dampak buruk bagi masyarakat umum.
فقد ذكر الإمام ابن القيم -رحمه الله- في كتابه “الطرق الحكمية” حكاية تُدلل على همة وذكاء صاحب شرطة الخليفة العباسي، خاصة في وقت الأزمات، إذ ذَكَرَ أنَّ اللُّصوص سرقوا في زمن الخليفة العباسي المكتفي مالاً عظيمًا، فألزم المكتفي صاحب الشُّرطة بإخراج اللُّصوص، أو غرامة المال؛ فكان صاحب الشرطة يركب وحده، ويطوف ليلاً ونهارًا، “إلى أن اجتاز يومًا في زقاقٍ خالٍ في بعض أطراف البلد، فدخله فوجده منكرًا…
Imam Ibnul Qayyim –rahimahullah– dalam kitabnya ath-Thuruq al-Hukmiyyah meriwayatkan sebuah kisah yang menunjukkan semangat dan kecerdikan kepala kepolisian pada masa khalifah Abbasiyah, khususnya di saat krisis. Diceritakan bahwa pada masa Khalifah al-Muktafi, para pencuri berhasil merampas harta dalam jumlah besar. Maka al-Muktafi mewajibkan kepala kepolisian untuk menangkap para pencuri itu atau mengganti kerugian harta tersebut. Kepala kepolisian pun berkeliling sendiri, siang dan malam, “hingga suatu hari ia melewati sebuah gang sepi di pinggiran kota, lalu masuk ke dalamnya dan mendapati sesuatu yang mencurigakan…”
Bersambung ke bagian berikutnya in sya Allah
Sumber : IslamWeb
Leave a Reply