Perkembangan Studi Mukjizat Al Quran Sepanjang Zaman (5)



تطور دراسة الإعجاز القرآني على مر العصور

Perkembangan Studi Mukjizat Al Quran Sepanjang Zaman (Bagian Kelima)

أ.د / عبد الغني محمد بركة

Prof. Dr. Abdul Ghani Muhammad Barakah

(Profesor di Fakultas Bahasa Arab dan Mantan Dekan Fakultas tersebut di Universitas Al-Azhar)

Alih Bahasa : Reza Ervani bin Asmanu

Artikel Perkembangan Studi Mukjizat Al Quran Sepanjang Zaman ini kami masukkan ke Kategori Ilmu al Quran

أما عن أقوالهم فمن ذلك: حديث الوليد بن المغيرة حين أتى قريشاً فقال: إن الناس يجتمعون غداً بالموسم، وقد فشا أمر هذا الرجل ـ يعني: النبي صلى الله عليه وسلم ـ فهم سائلوكم عنه فبماذا تردون عليهم،

Adapun tentang pernyataan mereka, salah satu kisah yang terkenal adalah ucapan Al-Walid bin Al-Mughirah. Ia datang kepada kaum Quraisy dan berkata, “Orang-orang akan berkumpul besok di musim (haji), dan berita tentang lelaki ini (yang dimaksud adalah Nabi Muhammad ﷺ) telah tersebar luas. Mereka pasti akan bertanya kepada kalian tentang dia, jadi apa yang akan kalian katakan sebagai jawaban?”

فأخذوا يتدارسون الأمر فقالوا: نقول: مجنون يحنق ـ أي: يشتد غضبه فلا يدري ما يقول. فقال الوليد: يأتونه فيكلمونه، فيجدونه صحيحاً فصيحاً عادلاً، فيكذبوكم.

Mereka pun mulai berdiskusi dan berkata, “Kita akan mengatakan bahwa dia adalah orang gila yang berbicara tidak jelas saat marah.” Namun, Al-Walid berkata, “Mereka akan menemuinya dan berbicara dengannya, lalu mereka akan mendapati dia sehat, fasih berbicara, dan bersikap adil. Maka, mereka akan menolak ucapan kalian.”

فقالوا: نقول هو شاعر: قال الوليد: هم العرب، وقد رووا الشعر، وفهم الشعراء، وقوله ليس يشبه الشعر فيكذبونكم.

Mereka berkata, “Kalau begitu, kita katakan dia seorang penyair.” Al-Walid menjawab, “Mereka adalah orang Arab yang mengenal syair, memahami para penyair, dan apa yang dia katakan tidak menyerupai syair sama sekali. Mereka akan menolak kalian.”

قالوا: نقول كاهن، قال: إنهم لقوا الكهان، فإذا سمعوا قوله لم يجدوه يشبه الكهنة، فيكذبونكم.

Mereka berkata, “Kita katakan dia seorang dukun.” Al-Walid berkata, “Mereka telah bertemu para dukun, dan jika mereka mendengar perkataannya, mereka tidak akan menemukan keserupaan antara perkataan dia dan para dukun. Mereka akan menolak kalian.”

ثم انصرف إلى منزله. فقالوا: صبأ الوليد ـ يعنون أسلم ـ ولئن صبأ لا يبقى أحد إلا صبأ. ثم بعثوا إليه ابن أخيه أبا جهل بن هشام ابن المغيرة، ليساومه حتى يرجع عما يراه في محمد،

Kemudian Al-Walid pergi ke rumahnya. Kaum Quraisy berkata, “Al-Walid telah berpaling (dari agama kita) — maksud mereka, dia telah masuk Islam. Jika Al-Walid benar-benar berpaling, maka tidak akan ada seorang pun yang tersisa kecuali mereka juga akan mengikuti jejaknya.” Maka mereka mengutus keponakannya, Abu Jahl bin Hisham bin Al-Mughirah, untuk berbicara dengannya dan membujuknya agar kembali dari pandangannya terhadap Muhammad ﷺ.

فعاد إلى قريش فقال: تزعمون أني صبأت، ولعمري: ما صبأت، إنكم قلتم: محمد مجنون، وقد ولد بين أظهركم، لم يغب عنكم ليلة ولا يوماً، فهل رأيتموه يحنق قط، فكيف يكون مجنوناً ولا يحنق قط؟

Setelah kembali kepada Quraisy, Al-Walid berkata, “Kalian mengklaim bahwa aku telah berpaling. Demi hidupku, aku tidak berpaling! Kalian mengatakan bahwa Muhammad adalah orang gila. Padahal, dia lahir dan besar di tengah-tengah kalian. Dia tidak pernah pergi dari kalian, baik malam maupun siang. Apakah kalian pernah melihatnya marah atau hilang kendali? Bagaimana mungkin dia disebut gila, sementara dia tidak pernah menunjukkan tanda-tanda itu?

وقلتم: شاعر، أنتم شعراء، فما منكم أحد يقول ما يقول، وقلتم كاهن، فهل حدثكم محمد في شيء يكون في غد إلا أن يقول إن شاء الله

Kalian mengatakan bahwa dia seorang penyair. Bukankah kalian adalah para penyair? Namun, tidak ada seorang pun di antara kalian yang mampu mengatakan sesuatu seperti apa yang dia katakan. Kalian juga mengatakan bahwa dia seorang dukun. Apakah Muhammad pernah berbicara kepada kalian tentang sesuatu yang akan terjadi esok hari kecuali dengan mengatakan, ‘Jika Allah menghendaki?’”

قالوا فكيف نقول يا أبا المغيرة؟ قال: أقول: ساحر يفرق بين الرجل وامرأته، والرجل وأخيه، فنزل فيه قوله تعالى :

Mereka pun bertanya, “Kalau begitu, apa yang harus kami katakan, wahai Abu Al-Mughirah?” Al-Walid menjawab, “Katakan saja bahwa dia seorang penyihir yang memisahkan antara seorang pria dengan istrinya, atau seorang pria dengan saudaranya.” Maka turunlah firman Allah mengenai Al-Walid:

(إِنَّهُ فَكَّرَ وَقَدَّرَ (١٨) فَقُتِلَ كَيْفَ قَدَّرَ (١٩) ثُمَّ قُتِلَ كَيْفَ قَدَّرَ (٢٠) ثُمَّ نَظَرَ (٢١) ثُمَّ عَبَسَ وَبَسَرَ (٢٢) ثُمَّ أَدْبَرَ وَاسْتَكْبَرَ (٢٣) فَقَالَ إِنْ هَذَا إِلا سِحْرٌ يُؤْثَرُ (٢٤) إِنْ هَذَا إِلا قَوْلُ الْبَشَرِ (٢٥) ) [سورة المدثر]،

“Sesungguhnya dia telah memikirkan dan menetapkan (kesimpulan). Maka celakalah dia! Bagaimana dia menetapkan (kesimpulan)? Sekali lagi, celakalah dia! Bagaimana dia menetapkan (kesimpulan)? Kemudian dia memikirkan (lagi). Lalu dia bermuka masam dan cemberut. Kemudian dia berpaling (dari kebenaran) dan menyombongkan diri. Lalu dia berkata, ‘(Al-Qur’an) ini hanyalah sihir yang dipelajari (dari orang-orang dahulu). Ini tidak lain hanyalah perkataan manusia.’” (Surah Al Muddatsir ayat 18–25).

والقصة غنية عن أي تعليق فهي تفصح بكل جلاء عن حيرة صناديد قريش وقادتها ورجال الرأي فيها، في قرآن محمد، الذي لا عهد لهم بمثله.

Kisah ini berbicara dengan sangat jelas tanpa memerlukan komentar tambahan. Ia menunjukkan kebingungan yang mendalam dari para pembesar Quraisy, pemimpin mereka, dan tokoh-tokoh pemikir mereka dalam menghadapi Al-Qur’an Muhammad ﷺ, yang tidak pernah mereka temui tandingannya sebelumnya.

Bersambung ke bagian berikutnya in sya Allah

Sumber : Quran-M



Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.