دلالات تربوية من سورة الإخلاص
Makna-Makna Pendidikan dari Surah Al-Ikhlash (Bagian Ketujuh)
Alih Bahasa : Reza Ervani bin Asmanu
Artikel Makna Pendidikan Surah Al-Ikhlash ini termasuk dalam Kategori Tadabbur al Quran
٣) أما الإنسان فله والد، والوالد له والد، وهكذا… حتى آدمَ عليه السلام فلماذا جعل الله للإنسان بدايةً وأصلًا ينشأ عنه؟
3) Adapun manusia, ia memiliki orang tua, dan orang tuanya memiliki orang tua lagi, dan demikian seterusnya… hingga kepada Nabi Adam ‘alaihissalām. Lalu, mengapa Allah menjadikan manusia memiliki permulaan dan asal-usul yang darinya ia muncul?
يجاب عن ذلك: بأن الإنسان مخلوق، والمخلوق لا بدَّ وأن يكون له صانع، والصنعة دليل على وجود صانعها؛ لذا فإن وجود الإنسان دليل على خالقه؛ قال سبحانه:
Jawabannya adalah bahwa manusia adalah makhluk, dan setiap makhluk pasti memiliki Pencipta. Suatu ciptaan adalah bukti keberadaan Penciptanya. Karena itu, keberadaan manusia adalah bukti adanya Sang Pencipta. Allah Ta‘ālā berfirman :
أَيَحْسَبُ الْإِنْسَانُ أَلَّنْ نَجْمَعَ عِظَامَهُ * بَلَى قَادِرِينَ عَلَى أَنْ نُسَوِّيَ بَنَانَهُ [القيامة: ٣، ٤]،
“Apakah manusia mengira bahwa Kami tidak akan mengumpulkan (kembali) tulang-belulangnya? Bukan demikian, sebenarnya Kami berkuasa menyusun (kembali) jari-jemarinya dengan sempurna.” (Surah Al-Qiyāmah: 3-4).
فالله – تعالى – هو الذي خلقنا، وهو الذي يميتنا، وهو الذي يعيدنا للحياة مرة أخرى وينشئنا نشأة أخرى؛ قال سبحانه:
Maka Allah Ta‘ālā-lah yang menciptakan kita, mematikan kita, menghidupkan kita kembali, dan membangkitkan kita dengan penciptaan yang baru. Allah Ta‘ālā berfirman :
مِنْهَا خَلَقْنَاكُمْ وَفِيهَا نُعِيدُكُمْ وَمِنْهَا نُخْرِجُكُمْ تَارَةً أُخْرَى [طه: ٥٥]،
“Darinya (tanah) Kami menciptakan kalian, dan kepadanya Kami akan mengembalikan kalian, dan darinya Kami akan mengeluarkan kalian pada kali yang lain.” (Surah Ṭāhā: 55).
فلما كان الله تعالى هو الخالقَ وليس بمخلوق، وقد استغنى بنفسه عن خلقه، فكان استحقاقه للعبادة من هذا الوجه ظاهرًا للبيان.
Karena Allah adalah Sang Pencipta dan bukan makhluk, serta Dia Maha Kaya dari makhluk-Nya, maka jelaslah bahwa Dia berhak untuk disembah.
رابعًا: تفرده بصفات الجلال والكمال وتنزيهه عن الشبيه والمثيل
Keempat: Keesaan-Nya dalam Sifat-Sifat Keagungan dan Kesempurnaan serta Pensucian-Nya dari Keserupaan dan Kesamaan
١) نفى الله تعالى عن نفسه المثيل والشبيه، فلا أحد يماثله في صفاته، ولا في أسمائه، ولا في أفعاله، إذ يقول سبحانه:
1) Allah Ta‘ālā menafikan dari diri-Nya adanya yang setara atau yang menyerupai. Tidak ada seorang pun yang sama dengan-Nya, baik dalam sifat-sifat-Nya, nama-nama-Nya, maupun perbuatan-perbuatan-Nya. Allah Ta‘ālā berfirman:
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ [الشورى: ١١].
“Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (Surah Asy-Syūrā: 11).
وعليه؛ فإن الصفات التي أثبتها الله لنفسه ليست كصفات البشر، فسمعه سبحانه ليس كسمعنا، ويبصر بعينٍ لا كعين المخلوقين، إلهٌ متفرِّدٌ في صفاته وأسمائه.
Dengan demikian, sifat-sifat yang Allah tetapkan bagi diri-Nya tidaklah seperti sifat manusia. Pendengaran-Nya tidak seperti pendengaran kita, dan Dia melihat dengan mata yang tidak seperti mata makhluk. Dia adalah Tuhan yang unik dalam sifat-sifat dan nama-nama-Nya.
وعليه؛ فإذا لم يفهم العبد صفةً مِن صفات الله تعالى، فعليه ألا يعطلها أو ينفيها، وإنما يثبتها طالما أثبتها الله لنفسه في كتابه أو أثبتها له رسوله في سُنَّته الصحيحة، ولا ينفي العبدُ أية صفة ثابتة بدليل صحيح لله تعالى، وإنما يؤمن بها دون أن يسأل عن الكيفية أو يسأل عن السبب، قال النبي صلى الله عليه وسلم:
Oleh karena itu, apabila seorang hamba tidak memahami salah satu sifat Allah Ta‘ālā, hendaklah ia tidak meniadakannya atau menolaknya, melainkan menetapkannya selama Allah menetapkannya bagi diri-Nya dalam Kitab-Nya atau Rasul-Nya menetapkannya dalam sunnah yang sahih. Seorang hamba tidak boleh menolak satu pun sifat Allah yang telah tetap berdasarkan dalil yang sahih. Ia wajib beriman kepadanya tanpa bertanya tentang bagaimana (kaifiyah)-nya atau alasan keberadaannya. Nabi ﷺ bersabda :
كذبني ابنُ آدم، ولم يكن له ذلك، وشتمني ولم يكن له ذلك، أما تكذيبه إياي أن يقول: إني لن أعيدَه كما بدأتُه، وأما شتمه إياي أن يقول: اتخذ الله ولدًا وأنا الصمدُ الذي لم ألد ولم أولد ولم يكن لي كفؤًا أحد
“Anak Adam mendustakan-Ku, padahal ia tidak berhak melakukannya. Ia mencaci-Ku, padahal ia tidak berhak melakukannya. Adapun pendustaannya terhadap-Ku adalah ucapannya: Aku tidak akan menghidupkannya kembali sebagaimana Aku menciptakannya pertama kali. Dan adapun cacian terhadap-Ku adalah ucapannya: Allah mengambil anak, padahal Aku adalah Ash-Shamad yang tidak beranak dan tidak diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang setara dengan-Ku.” 1.
Alhamdulillah, selesai rangkaian Serial 7 (Tujuh) Seri
Sumber : Alukah
Leave a Reply