Al Quran dan Rembulan



Al Quran dan Rembulan

Catatan Tadabbur oleh : Reza Ervani

بسم الله الرحمن الرحيم

Al Quran dan Rembulan ini adalah bagian dari Artikel di Kategori Tadabbur Al Quran

Seringkali kita menemukan kecocokan antara apa yang ada di Al Quran dengan apa yang kita amati pada fenomena alam. Meskipun demikian kita harus berhati-hati, karena ranah ini seringkali dekat dengan ilmu cocokologi yang tidak akurat dan tidak presisi serta rentan hoax. Para ulama juga telah memberikan rambu, bahwa meskipun banyak kecocokan antara Al Quran dengan temuan Sains, tidak berarti bahwa Al Quran adalah Kitab Sains.

Akan tetapi, untuk tadabbur, seringkali hal-hal seperti ini perlu juga disampaikan. Semisal terkait Al Qomar (Bulan)

Dalam Kitab Maqayish Al Lughah, Ibnu Faaris mengatakan :

القاف والميم والراء أصل صحيح يدل على بياض في شيء، ثم يفرع منه، من ذلك القمر: قمر السماء، سمي قمرًا لبياضه،

Huruf Qoof, Miim dan Roo, pada asalnya digunakan untuk menunjukkan sesuatu yang berwarna putih, kemudian penggunaannya bercabang, diantaranya : Qomarus Samaa-i (Bulan di Langit), dinamakan Qomar karena putihnya

Di Mukhtarus Shihah disebutkan :

مادة (ق م ر): «(القمر) بعد ثلاث إلى آخر الشهر، سمي قمرا لبياضه،

Bentuk Qof Mim Ro : adalah (bulan) yang nampak di hari ketiga hingga akhir bulan, dinamakan Qomar karena putihnya

Sementara menurut Kamus Al Wasith, Al Qomar bukan hanya bulan milik bumi, tapi juga bulan yang mengikuti planet-planet lain.

جرمٌ سماوىٌ صغيرٌ يدور حول كوكب أكبر منه ويكون تابعًا له، ومنه القمرالتابع للأرض، والأقمار التي تدور حول كواكب المريخ وزحل والمشتري

Benda kecil di langit yang mengeliling planet yang lebih besar darinya, seraya mengikutinya. Termasuk bulan yang mengikuti (mengelilingi) bumi, juga bulan yang mengelilingi planet Mars, Jupiter dan Saturnus

Yang menarik, kata Al Qomar dalam bentuk ism di Al Quran terulang sebanyak 27 (Dua Puluh Tujuh Kali) [Lihat : Al Mu’jam Al Mufahros Asy Syaamil li Alfazhil Quranil Karim]

Bagi penulis ini menarik, karena angka ini :

1. Sama dengan jumlah hari lamanya Bulan mengelilingi Bumi, yakni 27 hari, 7 jam 43 menit, atau dalam istilah astronomi disebut sidereal month, sementara lamanya satu bulan baru ke bulan baru berikutnya terhitung selama 29,5 hari, atau dikenal dengan synodic month

2. Sama dengan jumlah hari lamanya Bulan berputar pada porosnya, yakni 27,3 hari.

Sekali lagi, tentu saja ini bukan upaya cocokologi antara apa yang ada di Al Quran dengan fenomena alam. Tapi sekedar sesuatu yang mungkin ada nilainya dalam upaya kita mentadabburi ayat-ayat Allah Ta’ala, baik yang tertulis di Kitabullah, maupun yang tertulis di jagad raya.

Maha Benar Allah dengan Segala FirmanNya.

(Cileungsi, 13 Rabiul Akhir 1444 H – 8 November 2022 – Saat berlangsungnya Gerhana Bulan)



Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.