Potret Keadilan Rasulullah (1)



صور من عدل الرسول

Potret Keadilan Rasulullah (Bagian Pertama)

Alih Bahasa : Reza Ervani bin Asmanu

Artikel Potret Keadilan Rasulullah ini termasuk dalam Kategori Sirah Nabawiyah

العدل خلق كريم وصفة عظيمة جليلة، محببة إلى النفوس، تبعث الأمل لدى المظلومين، ويحسب لها الظالمون ألف حساب، فالعدل يعيد الأمور إلى نصابها، وبه تؤدى الحقوق لأصحابها، به يسعد الناس، وتستقيم الحياة، ما وجد العدل في قوم إلا سعدوا، وما فقد عند آخرين إلا شقوا .

Keadilan adalah akhlak yang mulia dan sifat yang agung lagi luhur, dicintai oleh jiwa-jiwa, membangkitkan harapan bagi orang-orang yang terzalimi, dan membuat para pelaku kezaliman berpikir seribu kali. Keadilan mengembalikan segala urusan ke tempatnya yang benar, dengannya hak-hak disampaikan kepada pemiliknya. Dengan keadilan manusia berbahagia dan kehidupan menjadi lurus. Tidaklah keadilan ditemukan pada suatu kaum kecuali mereka akan berbahagia, dan tidaklah keadilan hilang dari suatu kaum kecuali mereka akan sengsara.

العدل خلق العظماء ، وصفة الأتقياء ، ودأب الصالحين ، وطريق الفلاح للمؤمنين في الدنيا ويوم الدين ، تحلى به الأنبياء والصالحون والقادة والمربون ، وكان أعظمهم في ذلك ،وأكثرهم قدراً ونصيباً سيد العالمين ، وخاتم الرسل أجمعين ، محمد بن عبدالله عليه أفضل صلاة وأزكى تسليم .

Keadilan adalah akhlaknya orang-orang agung, sifatnya orang-orang bertakwa, kebiasaannya orang-orang shalih, dan jalan keberuntungan bagi kaum mukminin di dunia dan di hari pembalasan. Para nabi, orang-orang shalih, para pemimpin, dan para pendidik semuanya berhias dengan keadilan. Dan yang paling agung dalam hal ini, yang paling tinggi kedudukan dan bagian keadilannya adalah pemimpin seluruh alam, penutup seluruh rasul, Muhammad bin Abdullah, semoga shalawat dan salam terbaik tercurah kepadanya.

فالعدل خلق من أخلاقه ، ضمن شمائله العظيمة ، وصفاته الجليلة ، عدل في تعامله مع ربه جل وعلا ، وعدل في تعامله مع نفسه ، وعدل في تعامله مع الآخرين ، من قريب أوبعيد ، ومن صاحب أو صديق ، ومن موافق أو مخالف ، حتى العدو المكابر، له نصيب من عدله صلى الله عليه وسلم ، وكيف لا يعدل من خوطب بقول واضح مبين، 

Keadilan adalah salah satu akhlaknya, termasuk dari sifat-sifat agung yang dimilikinya. Ia berlaku adil dalam hubungannya dengan Rabb-nya ‘Azza wa Jalla, adil dalam memperlakukan dirinya sendiri, dan adil dalam bermuamalah dengan orang lain, baik yang dekat maupun jauh, kawan maupun sahabat, yang sepaham maupun yang menentang. Bahkan musuh yang membangkang sekalipun mendapatkan bagian dari keadilannya ﷺ. Bagaimana mungkin beliau tidak adil, padahal beliau telah diseru dengan firman Allah yang sangat jelas:

{ يا أيها الذين آمنوا كونوا قوامين لله شهداء بالقسط ولا يجرمنكم شنآن قوم على ألا تعدلوا اعدلوا هو أقرب للتقوى واتقوا الله إن الله خبير بما تعملون } (المائدة:٨) ،

“Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kalian penegak keadilan karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Janganlah kebencian suatu kaum mendorong kalian untuk tidak berlaku adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui terhadap apa yang kalian kerjakan.” (Surah Al-Ma’idah ayat 8).

فكان يمتثل أمر الله عز وجل في كل شأن من شؤونه ، مع أصحابه وأعدائه ، آخذاً بالعدل مع الجميع .

Maka beliau pun selalu menjalankan perintah Allah dalam seluruh urusannya, baik terhadap para sahabatnya maupun musuh-musuhnya, dan senantiasa berlaku adil kepada semuanya.

يعترض عليه القوم ويخطئ في حقه أناس ، فلا يتخلى عن العدل، بل يعفو ويصفح، كما في حادثة يرويها أبو سعيد الخدري قال:

Orang-orang menentangnya dan sebagian melakukan kesalahan terhadap beliau, namun beliau tidak pernah meninggalkan keadilan, bahkan beliau memaafkan dan berlapang dada. Seperti dalam sebuah peristiwa yang diriwayatkan oleh Abu Sa’id Al-Khudri:

بعث علي رضي الله عنه وهو باليمن بذهبة في تربتها إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم، فقسمها رسول الله صلى الله عليه وسلم بين أربعة نفر، الأقرع بن حابس الحنظلي، وعيينة بن بدر الفزاري ، وعلقمة بن علاثة العامري ، ثم أحد بني كلاب ، وزيد الخير الطائي، ثم أحد بني نبهان ، فغضبت قريش، فقالوا : أتعطي صناديد نجد وتدعنا ، فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ( إني إنما فعلت ذلك لأتألفهم ،

Ali radhiyallahu ‘anhu saat berada di Yaman mengirimkan emas dalam bentuk tanah kepada Rasulullah ﷺ. Maka Rasulullah ﷺ membagikannya kepada empat orang: Al-Aqra’ bin Habis Al-Hanzhali, ‘Uyainah bin Badr Al-Fazari, ‘Alqamah bin ‘Ulatsah Al-‘Amiri dari Bani Kilab, dan Zaid Al-Khair At-Ta’i dari Bani Nabhan. Kaum Quraisy pun marah dan berkata: “Apakah engkau memberikan kepada para pemuka Najd dan meninggalkan kami?” Maka Rasulullah ﷺ bersabda: “Aku hanya melakukannya untuk melunakkan hati mereka.”

فجاء رجل كث اللحية مشرف الوجنتين غائر العينين ناتئ الجبين محلوق الرأس ، فقال اتق الله يا محمد ، قال، فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم : فمن يطع الله إن عصيته، أيأمنني على أهل الأرض ، ولا تأمنوني ) رواه البخاري و مسلم.

Lalu datanglah seorang laki-laki yang berjanggut lebat, menonjol tulangnya, matanya cekung, dahinya menonjol, dan kepalanya dicukur, lalu ia berkata, “Bertakwalah kepada Allah wahai Muhammad!” Maka Rasulullah ﷺ bersabda, “Jika aku tidak taat kepada Allah, lalu siapa lagi yang akan taat kepada-Nya? Apakah kalian mempercayakanku untuk mengurus penduduk bumi, tetapi kalian sendiri tidak mempercayaiku?” (Hadits Riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim).

ويظهر هذا الخلق العظيم منه صلى الله عليه وسلم في أبهى صورة ، عندما يطلب ممن ظن أنه أخطأ في حقه، أن يستوفي حقه ، بالقود منه ، فعن أبي سعيد الخدري قال:

Dan akhlak agung ini tampak dari Rasulullah ﷺ dalam bentuk yang paling indah, ketika beliau meminta kepada orang yang merasa telah dizalimi olehnya untuk mengambil haknya secara qishash. Abu Sa’id Al-Khudri berkata:

(بينا رسول الله صلى الله عليه وسلم يقسم شيئا ، أقبل رجل فأكب عليه ، فطعنه رسول الله صلى الله عليه وسلم بعرجون كان معه ، فخرج الرجل فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم : تعال فاستقد ، قال : بل قد عفوت يا رسول الله) رواه النسائي.

Ketika Rasulullah ﷺ sedang membagikan sesuatu, seorang laki-laki mendekat dan membungkuk ke arahnya, maka Rasulullah ﷺ menusuknya dengan pelepah kurma yang ada di tangannya. Laki-laki itu pun keluar. Maka Rasulullah ﷺ berkata: “Kemarilah dan ambillah pembalasan dariku.” Ia menjawab: “Tidak, aku telah memaafkanmu wahai Rasulullah.” (Hadits Riwayat Imam An-Nasa’i).

Bersambung ke Bagian Berikutnya in sya Allah

Sumber : IslamWeb



Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.