Upaya Herzl Bertemu Sultan Abdul Hamid (1)



الحركة الصهيونية ومساعي هرتزل للقاء السلطان عبد الحميد

Gerakan Zionis dan Upaya Herzl Bertemu Sultan Abdul Hamid (Bagian Pertama)

Oleh : Muhammad Syaban Ayyub

Alih Bahasa : Reza Ervani bin Asmanu

Artikel Gerakan Zionis dan Upaya Herzl Bertemu Sultan Abdul Hamid ini termasuk dalam Kategori Sejarah Palestina

في أواخر القرن التاسع عشر الميلادي، ظهرت “الحركة الصهيونية” بوصفها فكرة هدفت إلى إنشاء وطن قومي لليهود، وقد راجت الفكرة بين اليهود في أوروبا الشرقية والوسطى؛ إذ أرادوا الخلاص من العنصرية والعداوة التي كانت قد تملَّكت شعوب هذه المنطقة وحكوماتها تجاههم. وقاد هذه الحركة الصحفي النمساوي الشهير تيودور هرتزل (١٨٦٠-١٩٠٤م) الذي استطاع إقامة المؤتمر الصهيوني الأول في بازل بسويسرا عام ١٨٩٧م، وكان حريصا فيه على إقناع أغنياء اليهود وذوي المكانة النافذة فيهم بضرورة أن يكون هذا الوطن القومي في فلسطين تحديدا، لا في الأرجنتين أو أوغندا اللتين اقترحهما البعض، ومن ثم تشجيع الهجرة اليهودية إليها، وتشكيل الجهاز الإداري للمنظمة وهو “الوكالة اليهودية” لتنفيذ هذه الأهداف، وجمع الأموال والتبرعات.

Pada akhir abad ke-19 M, “gerakan Zionis” muncul sebagai sebuah gagasan yang bertujuan mendirikan tanah air nasional bagi orang-orang Yahudi. Gagasan ini mendapat sambutan di kalangan Yahudi Eropa Timur dan Eropa Tengah; mereka ingin terbebas dari rasisme dan permusuhan yang mengakar pada masyarakat serta pemerintahan kawasan tersebut. Gerakan ini dipimpin oleh jurnalis Austria terkenal, Theodor Herzl (1860–1904), yang berhasil menyelenggarakan Kongres Zionis pertama di Basel, Swiss, pada tahun 1897. Dalam kongres itu, ia sangat berkepentingan meyakinkan para dermawan dan tokoh berpengaruh Yahudi bahwa tanah air nasional tersebut haruslah di Palestina—bukan di Argentina atau Uganda yang sempat diusulkan sebagian pihak—kemudian mendorong migrasi Yahudi ke sana, membentuk perangkat administratif organisasi bernama “Jewish Agency” untuk mengeksekusi tujuan-tujuan ini, serta menghimpun dana dan donasi.

هرتزل والسعي للقاء السلطان عبد الحميد

Herzl dan Upaya Bertemu Sultan Abdul Hamid

ولهذا الهدف كثَّفت الحركة الصهيونية من اتصالاتها بالدول الكبرى، واستغلت بصورة جيدة علاقاتها الواسعة مع قادة القارة الأوروبية، وعلى رأسهم القيصر الألماني وليام الثاني الذي كان على علاقة ممتازة بالسلطان العثماني عبد الحميد، وكان الأخير يتقرَّب من الألمان لتحديث الصناعات العسكرية، وإقامة المشروعات العملاقة مثل سكة حديد برلين-بغداد؛ في محاولة منه لصد التمدد البريطاني والفرنسي في المنطقة.

Demi tujuan tersebut, gerakan Zionis memperbanyak kontak dengan negara-negara besar dan memanfaatkan secara optimal jejaring luas mereka dengan para pemimpin Eropa, terutama Kaisar Jerman Wilhelm II yang memiliki hubungan sangat baik dengan Sultan Utsmani Abdul Hamid II. Sang Sultan sendiri tengah merapat ke Jerman untuk memodernkan industri militer dan membangun proyek-proyek raksasa seperti jalur kereta Berlin–Baghdad, sebagai upaya menahan ekspansi Inggris dan Prancis di kawasan.

وقد استطاع هرتزل بالفعل من خلال أصدقائه المتنفذين إقناع الإمبراطور الألماني بأهداف الحركة الصهيونية، والتقى به بالفعل بعد عام من انعقاد مؤتمر الحركة الصهيونية الأول، وقد وجَّه القيصر الألماني كلامه لهرتزل قائلا: “قل بكلمة موجزة ماذا يجب أن أطلب من السلطان؟ فأجابه هرتزل: أن يسمح لنا السلطان إنشاء شركة ذات امتياز تحت الحماية الألمانية”[1].

Melalui para sahabatnya yang berpengaruh, Herzl benar-benar berhasil meyakinkan Kaisar Jerman tentang tujuan-tujuan gerakan Zionis, dan ia pun bertemu dengannya setahun setelah Kongres Zionis pertama. Sang kaisar berkata kepada Herzl: “Katakan secara ringkas, apa yang harus aku mintakan kepada Sultan?” Herzl menjawab: “Agar Sultan mengizinkan kami mendirikan sebuah perusahaan berhak istimewa di bawah perlindungan Jerman.”1

وبالفعل في الاجتماع الذي ضم السلطان عبد الحميد والقيصر الألماني فيما بعد، عرض الأخير أفكار هرتزل وأصدقائه ومطالبهم، وكان رد السلطان سلبيا للغاية، وحين التقى الإمبراطور الألماني هرتزل بعدئذ في القدس قال له إنه -أي الإمبراطور- “يؤيد الجهود التي يبذلها اليهود للنهوض بالزراعة في فلسطين ما دام اليهود يحترمون السيادة العثمانية ويدينون بالولاء للسلطان العثماني”[2].

Benar saja, dalam pertemuan yang mempertemukan Sultan Abdul Hamid dengan Kaisar Jerman setelahnya, sang kaisar memaparkan gagasan Herzl dan para sahabatnya beserta tuntutan mereka. Jawaban Sultan sangatlah negatif. Ketika kemudian Kaisar Jerman bertemu Herzl di Yerusalem, ia berkata kepadanya bahwa dirinya—sang kaisar—“mendukung upaya yang dilakukan kaum Yahudi dalam membangkitkan pertanian di Palestina selama orang-orang Yahudi menghormati kedaulatan Utsmani dan berpegang setia kepada Sultan Utsmani.”2

كانت الرؤية الإستراتيجية لألمانيا في ذلك التوقيت، وفي ظل الصراع والتنافس العالمي بين بريطانيا وفرنسا وألمانيا وروسيا والنمسا-المجر، تتمثل في ضمان وحدة الدولة العثمانية وسلامة أراضيها واستمرارها في وجه القوى الاستعمارية الطامعة فيها، خصوصا البريطانيين والفرنسيين. ولهذا السبب اقتنع الإمبراطور وليام الثاني برفض السلطان عبد الحميد مطالب الصهاينة، ولهذا السبب دعا زعماء الحركة الصهيونية إلى الانصياع التام لهذه الرؤية.

Pandangan strategis Jerman pada saat itu—di tengah pertarungan dan persaingan global antara Inggris, Prancis, Jerman, Rusia, dan Austria-Hongaria—bertujuan untuk menjamin persatuan negara Utsmani, menjaga keutuhan wilayahnya, serta memastikan kelangsungannya menghadapi kekuatan kolonial yang bernafsu menguasainya, khususnya Inggris dan Prancis. Oleh sebab itu, Kaisar Wilhelm II dapat menerima penolakan Sultan Abdul Hamid terhadap tuntutan kaum Zionis, dan atas dasar itu pula ia menyerukan kepada para pemimpin gerakan Zionis agar sepenuhnya tunduk pada visi ini.

Theodor Herzl dan Wilhelm II, Kaisar Jerman
Theodor Herzl dan Wilhelm II, Kaisar Jerman

Bersambung ke bagian berikutnya in sya Allah

Sumber : al Jazeera

Catatan Kaki

  1. Roger Garaudy: Palestina Tanah Risalah-Risalah Samawi, hlm. 115.
  2. The Jewish Encyclopedia, Vol. 12, hlm. 677.


Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.