مخططات “التنظيم” الإسرائيلية: الأداة الكامنة لدمج الأراضي الفلسطينية المحتلة في إسرائيل
Rencana “Tanzhim” Israel: Alat Tersembunyi untuk Mengintegrasikan Tanah Palestina yang Diduduki ke dalam Israel (Bagian Ketujuh)
Penulis: Ali al-Jarbawi dan Rami Abdul Hadi
Alih Bahasa : Reza Ervani bin Asmanu
Artikel Rencana “Tanzhim” Israel ini masuk dalam Kategori Sejarah Palestina
“التنظيم”
أداة التنفيذ المبرمج لسياسة التخطيط الإسرائيلية
“Tanzhim” – Alat Pelaksanaan Terprogram dari Kebijakan Perencanaan Israel
ارتبطت سياسة اعتماد إسرائيل المبرمج على عملية التنظيم في الحد من النمو الفلسطيني في الضفة المحتلة، ارتباطاً وثيقاً بالتغيرات في الموقف الإسرائيلي الرسمي تجاه مستقبل الأراضي الفلسطينية المحتلة وعملية الاستيطان فيها. فخلال العقد الأول من احتلال سنة 1967، والذي شهد استمرار الهيمنة المطلقة لحزب العمل على مجرى الحياة السياسية الإسرائيلية، ارتسمت الخطوط العريضة للسياسة الإسرائيلية تجاه الضفة الغربية (وقطاع غزة) بمشروع يغآل آلون الذي عرضه بشكله النهائي سنة 1970. وعلى الرغم من أنه لم يتم قط إقرار هذا المشروع رسمياً من قبل الحكومة الإسرائيلية، فإنه بقي الموجه الرئيسي لموقف حزب العمل من التسوية السياسية، ولسياسات حكوماته المتعاقبة تجاه الأراضي المحتلة حتى سنة 1977.
Kebijakan Israel yang secara sistematis bergantung pada proses tanzhim untuk membatasi pertumbuhan Palestina di Tepi Barat yang diduduki sangat erat kaitannya dengan perubahan posisi resmi Israel mengenai masa depan tanah Palestina yang diduduki dan proyek pemukiman di dalamnya. Selama dekade pertama pendudukan 1967 — yang ditandai dengan dominasi mutlak Partai Buruh atas jalannya kehidupan politik Israel — garis besar kebijakan Israel terhadap Tepi Barat (dan Jalur Gaza) tergambar dalam proyek Yigal Allon yang dipresentasikan dalam bentuk finalnya pada tahun 1970. Meskipun proyek ini tidak pernah disahkan secara resmi oleh pemerintah Israel, ia tetap menjadi pedoman utama bagi sikap Partai Buruh terhadap penyelesaian politik, sekaligus kebijakan pemerintah-pemerintahnya yang silih berganti terhadap wilayah pendudukan hingga tahun 1977.
ينطلق مشروع آلون من قبول مبدأ التسوية الإقليمية للصراع العربي – الإسرائيلي، بحيث يتم في إطار معاهدة سلام شاملة إعادة أجزاء داخلية من الضفة الغربية (كما الحال مع قطاع غزة) تتميز بكثافتها السكانية العالية إلى السيادة الأردنية المقيدة. ويقوم المشروع أيضاً على اعتبار أن مقتضيات الأمن الإسرائيلي تتطلب أن يكون نهر الأردن الخط الحدودي الفاصل مع الأردن. وبموجب ذلك، يفترض المشروع ضرورة إقامة شريط حدودي في منطقة غور الضفة المحتلة، وهي منطقة قليلة الكثافة السكانية قياساً بالمرتفعات الداخلية، ويشترط تكثيف الاستيطان اليهودي فيه، ليشكل “عازلاً أمنياً للحدود الشرقية.”
Proyek Allon berangkat dari penerimaan prinsip penyelesaian teritorial atas konflik Arab–Israel, sehingga dalam kerangka perjanjian damai menyeluruh, sebagian wilayah dalam Tepi Barat (seperti halnya Jalur Gaza) yang memiliki kepadatan penduduk tinggi akan dikembalikan kepada kedaulatan Yordania yang terbatas. Proyek ini juga didasarkan pada anggapan bahwa tuntutan keamanan Israel mengharuskan Sungai Yordan menjadi garis perbatasan dengan Yordania. Berdasarkan hal ini, proyek tersebut menetapkan perlunya pembangunan jalur perbatasan di kawasan Lembah Yordan di Tepi Barat yang diduduki — sebuah kawasan dengan kepadatan penduduk yang relatif rendah dibandingkan dengan dataran tinggi di bagian dalam. Jalur itu dirancang untuk dipadati pemukiman Yahudi sehingga menjadi “sabuk keamanan di perbatasan timur.”
وبناء على الرؤية السياسية المتضمنة في مشروع آلون، تم تحديد أولوية الاستيطان المبرمج والمدعوم حكومياً داخل الضفة المحتلة في منطقة الأغوار (إضافة إلى حزام استيطان كثيف حول مدينة القدس). وتم، انطلاقاً من ذلك، إنشاء ما مجموعه 34 مستعمرة فيها حتى سنة 1983. ونظراً إلى عدم إيلاء حزب العمل في حينه اهتماماً استراتيجياً خاصاً لمنطقة “داخل” الضفة ذات الكثافة السكانية العالية، لم يتم في البداية توظيف عملية التنظيم للحد من النمو الفلسطيني فيها بشكل مكثف ومبرمج. فحتى سنة 1972، حين أُنشئت دائرة التنظيم المركزية، بقيت رخص البناء تمنح من قبل الحاكم العسكري لكل منطقة من مناطق الضفة. بعد ذلك، أخذت الدائرة الجديدة مسؤولية منح رخص البناء بشكل مركزي. وكانت عملية الحصول على رخصة بناء داخل المدن والقرى سهلة خلال السبعينات قياساً بحجم التعقيدات التي بدأت تفرض مع مطلع الثمانينات، حين شرع في إعداد مخططات إقليمية جديدة، وظيفتها إيقاف امتداد النمو الفلسطيني وتكثيف عملية الاستيطان الإسرائيلي داخل الضفة المحتلة.
Berdasarkan visi politik yang terkandung dalam Proyek Allon, prioritas pemukiman terprogram yang didukung pemerintah ditetapkan di wilayah Lembah Yordan (selain juga di sabuk pemukiman padat di sekitar Kota al-Quds). Dari situ, sebanyak 34 pemukiman dibangun hingga tahun 1983. Karena pada waktu itu Partai Buruh tidak memberikan perhatian strategis khusus kepada kawasan “dalam” Tepi Barat yang memiliki kepadatan tinggi, maka pada awalnya proses tanzhim belum dipergunakan secara intensif dan sistematis untuk membatasi pertumbuhan Palestina di sana. Hingga tahun 1972, saat Direktorat tanzhim Pusat dibentuk, izin-izin pembangunan masih diberikan langsung oleh gubernur militer di setiap wilayah Tepi Barat. Setelah pembentukan direktorat baru ini, kewenangan pemberian izin pembangunan dialihkan secara terpusat. Selama dekade 1970-an, proses memperoleh izin pembangunan di dalam kota-kota dan desa-desa masih relatif mudah bila dibandingkan dengan tingkat kesulitan yang mulai diterapkan sejak awal 1980-an, ketika dimulai penyusunan rencana regional baru. Rencana-rencana tersebut berfungsi menghentikan perluasan pertumbuhan Palestina dan memperkuat intensifikasi pemukiman Israel di dalam Tepi Barat yang diduduki.
منذ منتصف السبعينات بدأت النظرة الإسرائيلية إلى الضفة المحتلة بالتحول تدريجاً. فمن ناحية، قامت حركة “غوش إيمونيم” اليمينية، ابتداء من سنة 1974، بحملة عملية واسعة لفرض نظرتها العقائدية على استراتيجية الاستيطان في الأراضي العربية المحتلة. وتتمحور هذه النظرة حول اعتبار “يهودا والسامرة” جزءاً لا يتجزأ من “أرض إسرائيل”. ومن هذا المنطلق، بدأت الحركة بمحاولة فرض أمر واقع استيطاني في عمق الضفة المحتلة، حول التجمعات السكانية الفلسطينية وداخلها، وفقاً للخطة الاستيطانية التي قدمتها سنة 1978، والقاضية بتوطين مليون مستوطن يهودي في مختلف أرجاء الضفة خلال عشرة أعوام.(24) (أنظر اللوحة رقم 2).
Sejak pertengahan tahun 1970-an, pandangan Israel terhadap Tepi Barat yang diduduki mulai berubah secara bertahap. Sejak tahun 1974, gerakan sayap kanan <em>Gush Emunim</em> melancarkan kampanye besar-besaran untuk memaksakan pandangan ideologisnya terhadap strategi pemukiman di wilayah Arab yang diduduki. Pandangan ini berpusat pada anggapan bahwa “Yehuda dan Samaria” merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari “Tanah Israel.” Atas dasar itu, gerakan ini mulai berupaya memaksakan realitas pemukiman baru di jantung Tepi Barat yang diduduki, di sekitar maupun di dalam permukiman-permukiman Palestina, sesuai dengan rencana pemukiman yang mereka ajukan pada tahun 1978. Rencana tersebut menargetkan penempatan satu juta pemukim Yahudi di berbagai penjuru Tepi Barat dalam kurun waktu sepuluh tahun. 1 (Lihat Gambar 2).
Bersambung ke bagian berikutnya in sya Allah
Sumber: Majalah ad Dirasaat Al Filisthiniyyah Edisi Musim Semi Tahun 1990
Leave a Reply