Hukum Khutbah Shalat ‘Id
Kompilasi dan Alih Bahasa : Reza Ervani bin Asmanu
Bismilahirrahmanirrahiim
Pembahasan Hukum Khutbah Shalat ‘Id adalah bagian dari Tulisan-tulisan di Kategori Fiqh
خُطبةُ صلاةِ العيدِ سُنَّةٌ، وهذا باتِّفاقِ المذاهبِ الفقهيَّة الأربعة: الحَنَفيَّة، والمالِكيَّة، والشافعيَّة، والحَنابِلَة الأدلَّة :
Khutbah Sholat Id hukumnya Sunnah, ini adalah kesepakatan empat madzhab fiqh : Hanafiyah, Malikiyah, Syafi’iyah dan Hambaliyah
Dasarnya adalah sebagai berikut :
١- عن ابنِ عبَّاسٍ، قال: ((شهدتُ صلاةَ الفِطرِ مع نبيِّ اللهِ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم، وأبي بكرٍ، وعُمرَ، وعثمانَ، فكلُّهم يُصلِّيها قبلَ الخُطبةِ، ثم يَخطُب … رواه البخاريُّ (٤٨٩٥)، ومسلم (٨٨٤).
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu, beliau mengatakan : Aku menyaksikan sholat Idul Fitri bersama Nabi shalallahu ‘alaihi wasalam, Abu Bakar, Umar dan Utsman. Semua mereka melaksanakan sholat sebelum khutbah. (Shahih Bukhari Nomor 4895 dan Shahih Muslim Nomor 884)
٢- عن جابرِ بنِ عبدِ اللهِ رَضِيَ اللهُ عنهما، قال: ((إنَّ النبيَّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم قامَ يومَ الفِطرِ، فصلَّى، فبدأ بالصَّلاةِ قبل الخُطبةِ، ثم خطَبَ النَّاسَ،رواه البخاري (٩٦١)، ومسلم (٨٨٥).
2. Dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhuma, beliau mengatakan : Bahwa Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam berdiri pada hari fithri, kemudian melakukan sholat. Dan sholat dimulai sebelum khutbah. Kemudian setelahnya beliau berkhutbah di hadapan manusia … (Hadits Riwayat Bukhari No. 961 dan Muslim No. 885)
وجهُ الدَّلالةِ من الحَديثَينِ:
أنَّ تأخيرَ الخُطبةِ عن صلاةِ العيدِ يدلُّ على عدمِ وجوبِها؛ فقدْ جُعِلتْ في وقتٍ يَتمكَّن مَن أراد تَرْكَها من تركِها، بخلافِ خُطبةِ الجُمُعةِ
Pendalilan dari dua hadits tersebut :
Bahwa mengakhirkan khutbah setelah sholat menunjukkan bahwa khutbah bukanlah hal yang wajib, karena itu diletakkan pada waktu di mana siapa yang ingin meninggalkannya dapat melakukannya, berbeda dengan khutbah Jumat.
Hal ini dikuatkan pula dengan hadits yang lain dari Abdullah bin as Saa-ib :
٣ – شَهِدْتُ معَ رسولِ اللَّهِ صلَّى اللَّهُ علَيهِ وسلَّمَ العيدَ، فلمَّا قضَى الصَّلاةَ قالَ : إنَّا نخطُبُ، فمَن أحبَّ أن يجلِسَ للخُطبةِ فلْيجلِسْ، ومَن أحبَّ أن يُذهِبَ فليَذهَبْ
Aku menyaksikan hari raya bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, setelah selesai shalat beliau berkata: Kami akan berkhutbah, barangsiapa yang suka untuk duduk mendengarkan khutbah maka duduklah, dan barangsiapa yang suka untuk pergi maka pergilah. (Hadits Riwayat Imam Abu Dawud Nomor 975)
Untuk lebih memantapkan, mari kita sarikan pendapat para ulama empat madzhab terkait hal ini :
قال الصنعاني رحمه الله في “سبل السلام” (٣/١٨٤): “وقد نُقل الإجماع على عدم وجوب الخطبة في العيدين” انتهى .
Ash Shan’aniy rahimahullah dalam Subulus Salam mengatakan : “Dan telah dinukilkan ijma’ bahwa tentang tidak adanya kewajiban khutbah pada sholat dua hari raya. (Idul Fitri dan Idul Adha)”
وقال الشوكاني رحمه الله في “نيل الأوطار” (٣/٣٧٦) : “وقد اتفق الموجبون لصلاة العيد وغيرهم على عدم وجوب خطبته، ولا أعرف قائلا يقول بوجوبها” انتهى .
Imam asy Syaukani rahimahuLlahu Ta’ala mengatakan dalam Nailul Authar : “Para ulama yang bersepakat tentang disukainya (disunnahkannya) shalat `Id dan yang lainnya telah sepakat tentang tidak adanya hukum wajib terkait pelaksanaan khutbahnya, juga saya tidak mengetahui ada yang mengatakan bahwa khutbah Id itu wajib.”
قال الطحاوي الحنفي في “بيان مشكل الآثار” (٩/٣٥٩) بعد أن ذكر الحديث المتقدم :
Imam ath Thahawiy al Hanafi menyebutkan dalam “Bayanu Musykilil Atsar” setelah memaparkan hadits-hadits tersebut diatas sebagai berikut :
“فعقلنا بما في هذا الحديث من إطلاق رسول الله صلى الله عليه وسلم لمن شاء من المصلين معه تلك الصلاة الانصراف قبل حضور خطبته بعدها: أن الخطبة للعيد ليست كالخطبة للجمعة، في الجلوس لها ، والاستماع إليها ، وترك اللغو فيها حتى تنقضي ، وأن ذلك مباح في خطبة العيد ومحظور في خطبة الجمعة” انتهى .
Kami memahami dari Hadis ini bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam memperbolehkan orang-orang yang shalat bersama beliau untuk pergi tanpa menghadiri khutbah yang ada setelahnya. Bahwa khutbah pada sholat Id tidaklah seperti khutbah Jumat dalam hal duduk dan mendengarkannya serta tidak berbicara saat khutbah. Hal-hal tersebut Mubah (diperbolehkan) pada saat khutbah Id dan dilarang pada saat khutbah Jumat.
وقال الحطاب المالكي في “مواهب الجليل” (٢/٢٣٢) : “سَمَاعَ الْخُطْبَتَيْنِ مُسْتَحَبٌّ” انتهى .
Al-Hathaab Al-Maliki berkata dalam “Mawahib Al-Jalil” : “Mendengarkan dua khutbah (id) itu mustahab (sunnah).”
وقال ابن الحاج في “المدخل” (٢/٢٨٤) : “السُّنَّةَ أَنْ لَا يَنْصَرِفَ بَعْدَ الصَّلَاةِ [أي: العيد] حَتَّى يَفْرُغَ الْإِمَامُ مِنْ خُطْبَتِهِ” انتهى .
Ibnu al Hajj mengatakan dalam al Madkhal : “adalah Sunnah untuk tidak meninggalkan sholat (yakni sholat Id) sehingga Imam selesai melaksanakan khutbah”
وقال النووي الشافعي في “المجموع” (٥/٢٩) : “ويستحب للناس استماع الخطبة ، وليست الخطبة ولا استماعها شرطا لصحة صلاة العيد ، لكن قال الشافعي : لو ترك استماع خطبة العيد أو الكسوف أو الاستسقاء أو خطب الحج أو تكلم فيها أو انصرف وتركها كرهته ، ولا اعادة عليه ” انتهى .
Imam Nawawi asy Syaafi’i mengatakan dalam al Majmu : Disunnahkan (mustahab) bagi orang-orang untuk mendengarkan khutbah (Id), meskipun khutbah dan mendengarkan khutbah bukanlah syarat sahnya sholat Id.
Imam asy Syafi’i mengatakan : Jika seseorang meninggalkan (tidak mendengarkan) khutbah Id, atau khutbah sholat gerhana, atau khutbah sholat istisqa’ atau khutbah haji, atau berbicara saat khutbah tersebut sedang berlangsung, atau mengabaikannya, maka hal itu adalah sesuatu yang dibenci (makruh), akan tetapi tidak diperlukan pengulangan (sholat Id bagi mereka yang melakukan hal-hal tersebut).
وقال ابن قدامة المقدسي: “والخطبتان سنة، لا يجب حضورها ولا استماعها…، وإنما أخرت عن الصلاة والله أعلم لأنها لما كانت غير واجبة جعلت في وقت يتمكن من أراد تركها من تركها، بخلاف خطبة الجمعة”. انتهى من “المغني” (٣/٢٧٩).
Ibn Qudamah Al-Maqdisi berkata: “Kedua khotbah itu adalah Sunnah, tidak diwajibkan hadir dan mendengarkannya … khutbah tersebut diakhirkan setelah shalat – Allahu Ta’ala ‘Alam – karena khutbah tersebut tidak wajib, sehingga ditempatkan pada saat orang yang ingin pergi dapat melakukannya, berbeda dengan khutbah Jumu`ah.” Demikian kutipan dari “Al-Mughni” (3/279).
وقال المرداوي الحنبلي رحمه الله في “الإنصاف” (٥/٣٥٧) : “والخطبتان سنة ، هذا المذهب بلا ريب ، وعليه أكثر الأصحاب” انتهى .
Al Mardawi Al Hambali rahimahullahu Ta’ala mengatakan dalam “Al Inshaaf” : Kedua khutbah adalah sunnah, inilah pendapat madzhab tanpa keraguan, dan demikian juga para ulama madzhab”
Kesimpulannya dapat kita lihat bahwa khutbah Id tidaklah wajib, akan tetapi menghadirinya dan mendengarkannya hingga selesai Imam berkhutbah adalah sunnah yang disukai dan lebih utama. Hukum ini tidak sama dengan yang berlaku untuk khutbah pada sholat Jum’at
Allahu Ta’ala ‘A’lam
Leave a Reply