حكم العمل في الضرائب
Hukum Bekerja di Bidang Pajak
Alih Bahasa : Reza Ervani bin Asmanu
Artikel Hukum Bekerja di Bidang Pajak ini masuk dalam Kategori Tanya Jawab
السؤال
Pertanyaan:
حقيقه أنا كنت أعمل بمصلحة الضرائب ظانا أن العمل بها حلال لا شك فيه لمدة تسعة سنوات ثم أخبرني بعض الإخوة أن هذا العمل حرام فاستفتيت أحد طلاب العلم عندنا فأفادنى أن العمل فى الضرائب حرام إلا إذا عملت بنية التخفيف على الناس يجوز وتؤجر المهم عملت بعد هذه الفتوى قليلا ثم لم أطمئن فقررت ترك العمل وأرجو ألا يكون تركي رياء وأن يغفر الله لي ثم إني بعد ترك العمل يكون لي على الدولة مستحقات مالية مثل أموال كانت تستقطع باسم التأمين والتكافل الاجتماعى واستحقاقات أخرى هل يجوز لي أخذها والاستفاده منها؟ وما حكم ما كنت أتقاضاه قبل علمى بحرمة العمل؟ وهل يجوز لي أن أرجع لهذا العمل وأسعى للتخفيف على الناس ما استطعت علما بأني فى وظيفه مفتش ولي مساحة من السلطة تمكن أحيانا من ذلك ؟
Sebenarnya saya telah bekerja di dinas perpajakan selama sembilan tahun, dengan keyakinan bahwa pekerjaan tersebut halal tanpa keraguan. Namun sebagian saudara memberitahu saya bahwa pekerjaan ini haram. Lalu saya meminta fatwa dari salah seorang penuntut ilmu di tempat kami, dan dia menjawab bahwa bekerja di pajak adalah haram kecuali jika dilakukan dengan niat meringankan beban masyarakat, maka boleh dan mendapat pahala. Saya pun tetap bekerja sebentar setelah fatwa itu, namun hati saya tidak tenang, lalu saya memutuskan untuk meninggalkan pekerjaan tersebut. Saya berharap keputusan itu bukan karena riya dan semoga Allah mengampuni saya. Setelah meninggalkan pekerjaan itu, saya masih memiliki hak keuangan dari negara, seperti uang yang dahulu dipotong atas nama asuransi dan jaminan sosial, serta hak-hak lainnya. Apakah boleh saya mengambil dan memanfaatkannya? Bagaimana hukum gaji yang pernah saya terima sebelum saya mengetahui keharamannya? Dan apakah saya boleh kembali bekerja di dinas pajak dengan niat meringankan beban masyarakat sebisa mungkin, mengingat posisi saya sebagai inspektur memberi saya ruang kekuasaan untuk itu?
الإجابــة
Jawaban:
الحمد لله، والصلاة والسلام على رسول الله، وعلى آله وصحبه، أما بعد:
Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulullah, keluarga dan para sahabat beliau. Amma ba’du:
فإنه يجوز للدولة أن تفرض ضرائب على المواطنين لتوفر بما تجنيه من الضرائب الخدمات اللازمة كتعبيد الطرق وبناء المستشفيات والمدارس ، لكن بشرط أن تستنفد كل ما في بيت المال ( الخزينة العامة ) أما إذا جعلت ضرائب على المواطنين بدون مقابل ، أو جعلتها عليهم وفي بيت المال ما يكفي للقيام بالخدمات اللازمة والمصلحة العامة فإن ذلك محرم شرعاً ، وآخذها عرضة للعقاب الشديد ففي المسند من حديث عقبة بن عامر أن النبي صلى الله عليه وسلم قال : لا يدخل الجنة صاحب مكس . يعني : العشار . والمكوس : هي الضرائب ونحوها ممايؤخذ بغير حق شرعي ، كما أن جواز الأخذ للحاجة الضريبية مقيد كذلك بما إذا لم يكن هنالك تسيب أو سوء استخدام في المال العام ، والعمل في إدارات الضرائب ينبني حكمه على نوعية الجباية ، وعلى ذلك ففيه تفصيل :
Negara diperbolehkan memungut pajak dari warganya untuk membiayai layanan publik yang diperlukan, seperti pembangunan jalan, rumah sakit, dan sekolah. Namun syaratnya adalah bahwa dana di Baitul Mal (kas negara) benar-benar sudah habis. Jika pajak ditetapkan tanpa imbalan, atau diberlakukan sementara kas negara masih mencukupi untuk kebutuhan publik, maka hal itu haram secara syar’i, dan para pemungutnya terancam azab berat. Dalam Musnad Ahmad, dari Uqbah bin Amir, Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tidak akan masuk surga pemungut cukai.” Yang dimaksud adalah al-‘asyar (pemungut pajak). Al-mukus adalah pajak dan semacamnya yang diambil tanpa hak syar’i. Adapun kebolehan memungut pajak untuk kebutuhan hanya dibatasi jika tidak ada pemborosan atau penyalahgunaan dana publik. Maka hukum bekerja di dinas perpajakan bergantung pada jenis pajak yang dipungut. Karena itu, ada perinciannya:
1 ـ فإن كانت مصلحة الضرائب تراعي الشرع ولا ترهق الناس بالضرائب الباهظة ، وتنفق هذه الأموال في مصالح المسلمين .. مع خلو الخزينة العامة للدولة من الأموال ، فعندئذ يجوز للمرء العمل في إداراتها ، لكن يجب على العامل أن يلتزم العدل ، وأن يبتعد عن الظلم ، وليحذر من الرشاوى التي تعرض عليه ، ليخفف مقدار الضريبة أو ليتجاوز عنها ، وراتبه في هذه الحالة حلال لا شيء فيه ، وكذا المستحقات التي تقرر له من الجهات التي ذكرت في السؤال ، مع وجوب تخلصه من المبالغ التي تزيد عما دفعه لشركة التأمين أو غيرها ، وذلك لحرمة التأمين التجاري الشائع في عصرنا .
1. Jika dinas perpajakan memperhatikan syariat, tidak membebani masyarakat dengan pajak berlebihan, dan menyalurkan dana tersebut untuk kepentingan kaum muslimin, sementara kas negara kosong, maka boleh seseorang bekerja di lembaga pajak. Namun pekerja tersebut wajib berlaku adil, menjauhi kezhaliman, serta berhati-hati dari suap yang mungkin ditawarkan kepadanya agar meringankan atau membebaskan pajak. Dalam kondisi ini, gajinya halal tanpa masalah. Begitu pula hak-hak keuangan yang ditetapkan dari lembaga sebagaimana disebutkan dalam pertanyaan adalah halal, dengan catatan ia wajib membersihkan kelebihan dana yang melebihi jumlah yang ia bayarkan pada perusahaan asuransi atau lainnya, karena hukum asuransi komersial yang umum di zaman ini adalah haram.
2 ـ وإن كانت الدولة تفرض الضرائب على المواطنين بدون مقابل أو كان العمل في مصلحة الضرائب يخضع لقوانين مخالفة للشرع ، فلا يجوز جباية هذه الضرائب ولا العمل فيها في هذه الحالة ، لقوله تعالى : وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ {المائدة: 2 } والراتب في هذه الحالة حرام يجب التخلص منه بإنفاقه في مصالح المسلمين ، وما تم إنفاقه من هذا المال في الماضي لقضاء حوائج الموظف أو من يعول فلا نرى عليه فيه جناحا ، وما تبقى منه إلى الآن يجب عليه التخلص منه بالصورة التي ذكرنها ، وكل ما كان يخصم من راتبك في هذه الحالة يدخل تحت الحكم السابق ، وهو وجوب التخلص منه ، سواء كان تأميناً أو غيره ، لأنه جزء من الراتب المحرم ، أما إذا كانت جهة العمل هي التي تدفع الأموال لشركات التأمين والضمان الاجتماعي هبة منها إليك ، فلا مانع حينئذ من أخذها مع وجوب التخلص مما زاد عليها عند صرف المستحقات .
2. Namun, jika negara menetapkan pajak kepada warga tanpa imbalan, atau dinas perpajakan tunduk pada aturan yang bertentangan dengan syariat, maka tidak boleh memungut pajak tersebut dan tidak boleh pula bekerja di dalamnya. Allah Ta’ala berfirman: “Dan janganlah kalian tolong-menolong dalam dosa dan permusuhan.” (Surah Al-Maidah: 2). Dalam kondisi ini, gaji yang diterima adalah haram dan wajib disalurkan untuk kepentingan kaum muslimin. Apa yang sudah terpakai di masa lalu untuk kebutuhan pegawai atau keluarganya, tidak ada dosa padanya. Adapun yang masih tersisa sampai sekarang, maka wajib disalurkan sebagaimana disebutkan. Semua potongan dari gaji dalam kondisi ini masuk dalam hukum yang sama, yaitu wajib disalurkan, baik itu asuransi maupun lainnya, karena ia bagian dari gaji yang haram. Namun jika instansi tempat bekerja yang membayarkan dana ke perusahaan asuransi dan jaminan sosial sebagai hibah untukmu, maka tidak mengapa engkau mengambilnya, hanya saja tetap wajib membersihkan kelebihan saat menerima hak-hak tersebut.
ولا نرى مانعاً من العمل في هيئات الضرائب ولو كانت الضرائب محرمة إذا كان في ذلك تخفيف عن الناس ، وذلك عملاً بقاعدة ” الضرر يزال ” وما يتفرع عليها من قواعد تفيد بأن الضر يزال قد الطاقة ، وقاعدة ” الميسور لا يسقط بالمعسور ” وقد سئل شيخ الإسلام ابن تيمية عن رجل جندي ، وهو يريد أن لا يخدم ؟ فأجاب : ” إذا كان للمسلمين به منفعة ، وهو قادر عليها لم ينبغ له أن يترك ذلك لغير مصلحة راجحة على المسلمين ” اهـ
Kami juga tidak melihat adanya larangan bekerja di lembaga pajak meskipun pajak yang ditarik itu haram, jika dalam pekerjaan itu terdapat upaya untuk meringankan beban masyarakat. Hal ini berdasarkan kaidah: “Mudarat harus dihilangkan”, dan cabang-cabang kaidah lain yang menjelaskan bahwa mudarat dihilangkan sesuai kadar kemampuan, serta kaidah “Apa yang mudah dicapai tidak gugur karena yang sulit”. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah pernah ditanya tentang seorang prajurit yang ingin berhenti dari tugasnya. Beliau menjawab: “Jika keberadaannya memberi manfaat bagi kaum muslimin, dan ia mampu melakukannya, maka sebaiknya ia tidak meninggalkannya kecuali ada maslahat yang lebih besar bagi kaum muslimin.”
وإذا أجزنا العمل بهذه الصورة فالمال المقبوض عوضاً له يكون حلالاً وكذا المستحقات التي تصرف له بعد انتهاء مدة عمله القانونية مع الالتزام بما ذكرناه آنفاً من القيود ، وراجع الفتوى الأخرى هنا
Apabila pekerjaan dalam bentuk seperti ini dibolehkan, maka gaji yang diterima sebagai imbalan adalah halal. Demikian pula hak-hak keuangan yang diberikan setelah masa kerjanya berakhir secara resmi, tetap halal dengan catatan harus mematuhi ketentuan yang telah kami sebutkan sebelumnya. Lihat juga fatwa lain disini :
والله أعلم.
Wallahu a’lam.
Sumber : IslamWeb
Leave a Reply