Batas Darurat yang Membolehkan Riba



حد الضرورة التي تبيح الربا

Batas Darurat yang Membolehkan Riba

Alih Bahasa : Reza Ervani bin Asmanu

Artikel Batas Darurat yang Membolehkan Riba ini masuk dalam Kategori Tanya Jawab

السؤال

Pertanyaan:

ما هي الحالات التي يحل فيها التعامل بالربا؟

Apa saja keadaan yang membolehkan seseorang untuk bertransaksi dengan riba?

الإجابــة

Jawaban:

الحمد لله، والصلاة والسلام على رسول الله، وعلى آله وصحبه، أما بعد:

Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulullah, keluarga, dan para sahabat beliau, amma ba’du:

فإن من أشرف على الهلاك ولا يجد سبيلاً لإطعام نفسه إلا بالربا، أو كان في حرج وضائقة لا يدفعها إلا به كأن لم يجد لباسا يكسو به بدنه أو مسكناً يؤيه بالأجرة، فالصواب الذي تشهد له نصوص الشرع وتتحقق به مقاصده أن ذلك جائز لأنه مضطر إليه وقد قال تعالى:

Barang siapa yang berada di ambang kebinasaan dan tidak menemukan cara untuk memberi makan dirinya kecuali dengan riba, atau berada dalam kesempitan dan kesulitan yang tidak bisa diatasi kecuali dengannya—seperti tidak menemukan pakaian untuk menutupi tubuhnya atau tempat tinggal untuk berteduh dengan sewa—maka pendapat yang benar, sesuai dengan nash syariat dan tujuan-tujuannya, adalah hal itu dibolehkan karena ia dalam keadaan darurat. Allah Ta’ala berfirman :

( وقد فصل لكم ما حرم عليكم إلا ما اضطررتم إليه ) [الأنعام: ١١٩]

“Dan sungguh Dia telah merinci bagi kalian apa yang Dia haramkan atas kalian, kecuali apa yang kalian terpaksa melakukannya.” (Surah Al-An’am: 119).

وقال تعالى:

Dan Allah Ta’ala juga berfirman :

( فمن اضطر غير باغ ولا عاد فلا إثم عليه) [البقرة: ١٧٣]

“Barangsiapa dalam keadaan terpaksa, sedang ia tidak menginginkannya dan tidak melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya.” (Surah Al-Baqarah: 173).

وحد الضرورة هو مايغلب على الظن وقوع المرء بسببه في الهلكة ، أوأن تلحقه بسببه مشقة لاتحتمل ، أولايتمكن المرء معها من تحقيق الحد الأدنى من حياة الفقراء ، والضرورة تقدر بقدرها وحيث زالت الضرورة فلا يجوز التعامل بالربا ويرجع الأمر إلى أصله وهو التحريم القاطع .

Batas darurat adalah ketika kuat dugaan seseorang akan binasa karenanya, atau akan tertimpa kesulitan yang tidak tertahankan, atau ia tidak mampu mencapai standar minimal kehidupan seperti orang-orang fakir. Keadaan darurat diukur sesuai kadarnya, dan apabila kondisi darurat itu hilang, maka tidak boleh lagi bertransaksi dengan riba, dan hukum kembali kepada asalnya yaitu keharaman mutlak.

وبهذا يعلم أن الدخول في المعاملات الربوية في أنواع التجارات والقروض والإيداع بالفوائد ، وما جرى مجرى ذلك .. أن ذلك كله من الربا المحرم وأنه ليس من الضرورة في شيء ، وإن زين الشيطان لأصحابه وخيل إلى بعضهم أنهم في ضرورة ، والحال أن أيا منهم لم تبلغ به الحال حد الاضطرار الذي أسلفناه ولم يقاربه فالله المستعان .

Dengan demikian, dapat diketahui bahwa masuk dalam transaksi ribawi, baik dalam bentuk perdagangan, pinjaman, penyimpanan berbunga, atau hal-hal yang semisal, semuanya termasuk riba yang diharamkan. Itu sama sekali bukan bagian dari darurat, meskipun setan menghiasinya bagi para pengikutnya dan membisikkan kepada sebagian orang bahwa mereka dalam keadaan darurat. Padahal, kenyataannya tidak ada seorang pun dari mereka yang sampai pada batas darurat sebagaimana telah dijelaskan, bahkan tidak mendekatinya. Wallahul musta’an.

والله تعالى أعلم.

Wallahu Ta’ala a’lam.

Sumber : IslamWeb

darurat riba | batas darurat riba | hukum riba | kondisi darurat dalam islam | pinjaman berbunga



Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.