Yang Ringan tentang Pribumi



Apa salahnya dengan terminologi “pribumi” ? Kalau kita lihat beberapa film kungfu berlatar belakang sejarah, seperti Ip Man 1, Once Upon a Time in China II, Fearless, Railroad Tigers dll juga dibuat dengan nuansa “pribumi” yang kental. Penolakan invasi (Jepang dan Inggris) ditunjukkan dengan menumbuhkan semangat jati diri sebagai Bangsa China, pribumi yang punya hak atas tanah lahirnya.

Dan film-film itu pun seakan-akan hendak menunjukkan betapa liciknya para penjajah dalam upaya menggapai kemenangan. Dan memang sebagian besar sejarah perjuangan bangsa menunjukkan bahwa para “pribumi’, mereka yang lahir dan besar di tanah air memiliki andil paling besar dalam “fanatisme” dan perjuangan kemerdekaan, termasuk di negeri ini. Mulai dari Bung Tomo hingga Jenderal Sudirman, dari Si Pitung hingga Naga Bonar … 

Terminologi Proletar, yang kemudian diganti Soekarno dalam Indonesia Menggugat dengan istilah Marhaen, juga dipakai untuk menunjukkan wajah Pribumi, yang tersingkirkan oleh kolonial Hindia Belanda.

Atau pula Murba dan Murbi-nya Tan Malaka, juga menunjukkan pada sosok pribumi yang membela kampung halamannya.

Jadi terlalu berlebihan menganggap bahwa terminologi “pribumi” ini dimaksudkan untuk menyuarakan anti satu ras tertentu, sehingga anda tersinggung karenanya. Kecuali kalau anda memang penjajah, atau setidaknya berjiwa penjajah.

Disana Tempat Lahir Beta
Dibuai Dibesarkan Bunda
Tempat Berlindung di Hari Tua
Sampai Akhir Menutup Mata

(Indonesia Pusaka – Ismail Marzuki)

Print Friendly, PDF & Email


Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.