Aturan ‘Adad Ma’dud dalam Bahasa Arab (Bagian 4)



عدد ومعدود

Aturan ‘Adad Ma’dud dalam Bahasa Arab (Bagian 4)

Aturan ‘Adad Ma’dud dalam Bahasa Arab cukup panjang dalam Bahasa Arab, kami bagi tulisan ini menjadi beberapa bagian. Ini adalah bagian kedua. Klik disini untuk membaca bagian pertamaKlik Disini untuk membaca bagian keduaKlik Disini untuk membaca Bagian Ketiga

BILANGAN RATUSAN

(100) : مائة

Bilangan 100 (مائة) itu masuk dalam kategori ‘adad mufrod.

Aturan untuk ‘adad ini adalah:

  1. Berhukum mu’rob sesuai dengan tarkibnya
  2. Tanda I’robnya adalah sebagaimana tanda I’rob isim mufrod (rofa’ dengan dlommah, nashob dengan fathah dan jer dengan kasroh)

Adapun aturan untuk ma’dudnya adalah:

  1. Berupa mufrod

(Menurut ulama’ bashroh, ‘adadnya bilangan ratusan itu harus mufrod, sedangkan menurut ulama’ kufah, ‘adadnya bilangan ratusan itu boleh mufrod atau jama’)

  1. Dibaca jer
  2. Sebagai Mudlof ilaih

Rumus :

Catatan : Jika anda membaca menggunakan HP, putar dalam mode landscape agar tabel dapat terlihat secara keseluruhan

معدود

عدد

+

(مائة) –

Contoh:

مثل اللذين ينفقون أموالهم فى سبيل الله كمثل حبة أنبتت سبع سنابل فى كل سنبلة مِائَةُ حَبَّةٍ

رَأَيْتُ مِائَةَ نَمْلٍ

مَرَرْتُ بِمِائَةِ اُسْتَاذٍ

200 : مائتان / مائتين

Bilangan ini merupakan bentuk tatsniyah dari 100,

Aturan untuk ‘adad ini adalah:

  1. Berhukum mu’rob sesuai dengan tarkibnya
  2. Tanda I’robnya adalah sebagaimana tanda I’rob isim tatsniyah (rofa’ dengan alif, nashob dengan ya’ dan jer dengan ya’)

Adapun aturan ma’dudnya adalah:

  1. Berupa mufrod
  2. Dibaca jer
  3. Sebagai mudlof ilaih

Contoh:

جَاءَتْ مِائَتاَ رَجُلٍ جَاءَ مِائَتاَ رَجُلٍ

رَأَيْتُ مِائَتَيْ رَجُلٍ

سَلَّمْتُ عَلَى مِائَتَيْ رَجُلٍ

300-400-500-600-700-800-900 < ثَلاَثُمِائَةٍ – أَرْبَعُمِائَةٍ – خَمْسُمِائَةٍ – سِتُّمِائَةٍ – سَبْعُمِائَةٍ – ثَمَانُمِائَةٍ – تِسْعُمِائَةٍ 

Jika dirasio, bilangan 300-900 merupakan rangkaian ‘adad yang berasal dari ‘adad mufrod (3-9) yang dimudlofkan (disandarkan) dengan bilangan ratusan. Dengan demikian posisi bilangan ratusan di sini adalah menjadi ma’dudnya.

Maka dari itu kita kembali pada aturan ‘adad mufrod di atas, yakni :

  1. Juz yang pertama (bilangan 3-9) harus mudzakkar, sebab bilangan ratusan(مائة)  yang berkedudukan sebagai ma’dudnya berupa isim mu’annats.

  2. Bilangan 3-9 berhukum mu’rob sebagaimana tarkibnya, dengan menggunakan tanda I’rob sebagaimana tanda I’rob isim mufrod

  3. Bilangan ratusannya beri’rob jer karena menjadi mudlof ilaih.

  4. Bilangan ratusannya tetap berupa mufrod

Catatan : Jika anda membaca menggunakan HP, putar dalam mode landscape agar tabel dapat terlihat secara keseluruhan

معدود (-)

عدد (+)

مائة

ثلاث

Adapun aturan untuk ma’dud dari bilangan 300-900 adalah:

  1. Berupa mufrod
  2. Dibaca jer
  3. Sebagai mudlof ilaih

Rumus:

Catatan : Jika anda membaca menggunakan HP, putar dalam mode landscape agar tabel dapat terlihat secara keseluruhan

معدود

عدد

+

+

Contoh:

Catatan : Jika anda membaca menggunakan HP, putar dalam mode landscape agar tabel dapat terlihat secara keseluruhan

معدود

عدد

رجل

مائة

ثلاث

امرأة

 

المعدود المذكر

المعدود المؤنث

جَاءَ ثَلاَثُمِائَةِ رَجُلٍ

رَأَيْتُ ثَلاَثَمِائَةِ رَجُلٍ

مَرَرْتُ بِثَلاَثِمِائَةِ رَجُلٍ

جَاءَتْ ثَلاَثُمِائَةِ امْرَأَةٍ

رَأَيْتُ ثَلاَثَمِائَةِ امْرَأَةٍ

مَرَرْتُ بِثَلاَثِمِائَةِ امْرَأَةٍ

 

Keterangan tambahan:

Dalam al-Qur an terdapat suatu ayat:

ولبثوا فى كهفهم ثلاثمائة سنين… الأية

Qiro’ah kita adalah aliran bahsroh, menurut mereka ma’dud dari lafadh  مائة  harus mufrod, tidak boleh jama’. Dengan demikian, bacaan ayat di atas menurut mereka adalah    ثلاثمائةٍ سِنِيْنَsehingga penta’wilan ayat tersebut adalah  ثَلاَثُمِائَةِ سَنَةٍ سِنِيْنَ

Sedangkan menurut ulama’ kufah yang berpendapat bahwa ma’dud dari lafadh  مائة itu boleh berupa mufrod dan boleh berupa jama’, maka mereka membaca ayat di atas dengan  ثَلاَثُمِائَةِ سِنِيْنَ

Bilangan di atas ratusan, itu dapat disandingkan dengan 4 macam ‘adad, deskripsinya:

Adad mufrod

101-110 itu berarti bilangan 100 disandingkan dengan ‘adad mufrod

Adad murokkab

111-119 itu berarti bilangan 100 disandingkan dengan ‘adad murokkab

Adad ‘uqud

120-190 itu berarti bilangan 100 disandingkan dengan ‘adad ma’qud

Adad bayan

121-129 s/d 191-199 itu berarti bilangan 100 disandingkan dengan ‘adad ma’thuf

Kalau seperti itu, maka boleh menggunakan 2 macam urutan:

  1. الرتبة الكبرى          => bilangan yang besar didahulukan
  2. الرتبة الصغرى               => bilangan yang kecil didahulukan

Dan dalam hal ini, aturan untuk ma’dudnya adalah, ma’dud menyesuaikan dengan ‘adad yang paling dekat.

Contoh:

Di masjid terdapat 305 laki-laki”

الرتبة الكبرى  ← فِى الْمَسْجِدِ ثَلاَثُمِائَةٍ وَخَمْسَةُ رِجَالٍ

الرتبة الصغرى ← فِى الْمَسْجِدِ خَمْسَةٌ وَثَلاَثُمِائَةِ رَجُلٍ

“Di masjid terdapat 375 laki-laki”

الرتبة الكبرى  ← فِى الْمَسْجِدِ ثَلاَثُمِائَةٍ وَخَمْسَةٌ وَسَبْعُوْنَ رَجُلاً

الرتبة الصغرى ← فِى الْمَسْجِدِ خَمْسَةٌ وَسَبْعُوْنَ وَثَلاَثُمِائَةِ رَجُلٍ

Bersambung ke Bagian 5 : Bilangan Ribuan



Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.