[Ensiklopedi Al Quran] Al Baqarah ayat 6 (3) : sawaa-un ‘alaihim a-andzartahum



xr:d:DAFiDKqc2UM:6,j:46522144091,t:23050512

البقرة ٦

[Ensiklopedi Al Quran] Al Baqarah ayat 6 (3) : sawaa-un ‘alaihim a-andzartahum

Alih Bahasa dan Kompilasi : Reza Ervani bin Asmanu

بسم الله الرحمن الرحيم

Al Baqarah ayat 6 adalah lanjutan serial Ensiklopedi Al Quran

إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا سَوَاءٌ عَلَيْهِمْ أَأَنذَرْتَهُمْ أَمْ لَمْ تُنذِرْهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ

سَوَاءٌ عَلَيْهِمْ: أي: استوى عندهم الإنذار أو عدمه؛ أي: لم يعد هناك فائدة من إنذارهم, أو عدم إنذارهم, فهم لن يؤمنوا. ولمقارنة سواء عليهم وقوله تعالى وسواء عليهم بزيادة الواو؛ ارجع إلى سورة ياسين آية ( ‎١٠)‏ للبيان.

sawaa-un ‘alaihim (sama saja bagi mereka) : yakni sama saja bagi mereka ada peringatan atau tidak ada, tidak ada faidah dari adanya peringatan tersebut atau tidak ada, mereka tidak akan beriman. Sebagai perbandingan dengan Firman Allah :

وَسَوَاءٌ عَلَيْهِمْ أَأَنذَرْتَهُمْ أَمْ لَمْ تُنذِرْهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ

Dan Sama saja bagi mereka apakah kamu memberi peringatan kepada mereka ataukah kamu tidak memberi peringatan kepada mereka, mereka tidak akan beriman. (Surah Yaa Siin ayat 10)

Yang memiliki tambahan huruf wawu di awal, akan dibahas pada Surat tersebut nantinya. In sya Allah 1

Al Baqarah ayat 6 : Tinjauan Nahwu sawaa-un ‘alaihim a-andzartahum

Saya kutipkan dari at Tahrir wa at Tanwir sebagai berikut :

وَاعْلَمْ أَنَّ لِلْعَرَبِ فِي سَوَاءٍ اسْتِعْمَالَيْنِ: أَحَدُهُمَا أَنْ يَأْتُوا بِسَوَاءٍ عَلَى أَصْلِ وَضْعِهِ مِنَ الدَّلَالَةِ عَلَى مَعْنَى التَّسَاوِي فِي وَصْفٍ بَيْنَ مُتَعَدِّدٍ فَيَقَعُ مَعَهُ (سَوَاءٌ) مَا يَدُلُّ عَلَى مُتَعَدِّدٍ نَحْوَ ضَمِيرِ الْجَمْعِ فِي قَوْلِهِ تَعَالَى:

Ketahulilah, bahwa dalam Bahasa Arab kata “Sawaa” digunakan untuk dua hal :

Pertama, digunakan untuk menunjukkan makna asalnya yang menunjukkan makna at Tasawiy (Serupa / Sama / Setara / identik) dalam hal sifat diantara sejumlah hal. maka diletakkan kata “Sawaa”

Misalnya dalam Firman Allah Ta’ala :

وَاللَّهُ فَضَّلَ بَعْضَكُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ فِي الرِّزْقِ ۚ فَمَا الَّذِينَ فُضِّلُوا بِرَادِّي رِزْقِهِمْ عَلَىٰ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُمْ فَهُمْ فِيهِ سَوَاءٌ ۚ 

Dan Allah melebihkan sebahagian kamu dari sebagian yang lain dalam hal rezeki, tetapi orang-orang yang dilebihkan (rezekinya itu) tidak mau memberikan rezeki mereka kepada budak-budak yang mereka miliki, agar mereka sama (merasakan) rezeki itu. (Surah an Nahl ayat 71)

(Sawaa pada ayat tersebut menunjukkan rezeki yang setara / identik. Seperti seperti penggunaan kata “sama”, “setara”, “identik” di Bahasa Indonesia – pent.)

وَثَانِيهُمَا أَنْ يَقَعَ مَعَ هَمْزَةِ التَّسْوِيَةِ وَمَا هِيَ إِلَّا هَمْزَةُ اسْتِفْهَامٍ كَثُرَ وُقُوعُهَا بَعْدَ كَلِمَةِ سَواءٌ وَمَعَهَا أَمْ الْعَاطِفَةُ الَّتِي تُسَمَّى الْمُتَّصِلَةُ كَقَوْلِهِ تَعَالَى :

Yang kedua, kata sawaa disertai dengan hamzah at Taswiyah, yakni tidak lain merupakan Hamzah al Istifham yang banyak ditempatkan sebelum kata “Sawaa” juga disertai “Am athaf mutashilah” seperti pada Firman Allah Ta’ala 

سَوَاءٌ عَلَيْنَا أَجَزِعْنَا أَمْ صَبَرْنَا مَا لَنَا مِن مَّحِيصٍ

Sama saja bagi kita, apakah kita mengeluh ataukah bersabar. Sekali-kali kita tidak mempunyai tempat untuk melarikan diri”. (Surah Ibraahim ayat 21)

وَهَذَا أَكَثَرُ اسْتِعْمَالَيْهَا. وَتَرَدَّدَ النُّحَاةُ فِي إِعْرَابِهِ. وَأَظْهَرُ مَا قَالُوهُ وَأَسْلَمُهُ أَنَّ سَواءٌ خَبَرٌ مُقَدَّمٌ وَأَنَّ الْفِعْلَ الْوَاقِعَ بَعْدَهُ مُقْتَرِنًا بِالْهَمْزَةِ فِي تَأْوِيلِ مُبْتَدَأٍ, لِأَنَّهُ صَارَ بِمَنْزِلَةِ الْمَصْدَرِ إِذْ تَجَرَّدَ عَنِ النِّسْبَةِ وَعَنِ الزَّمَانِ، فَالتَّقْدِيرُ فِي الْآيَةِ سَوَاءٌ عَلَيْهِمْ إِنْذَارُكَ وَعَدَمُهُ.

Penggunaan yang kedua ini lebih banyak. Para ahli nahwu berbeda pendapat tentang I’rab-nya. Diantaranya :

Bahwa Sawaa adalah Khabar Muqaddam (khabar yang didahulukan), kemudian Fi’il yang diletakkan setelahnya dan ditambahkan Hamzah dianggap sebagai Mubtada’, karena ada dalam posisi mashdar yang tidak mengisyaratkan waktu tertentu. Maka taqdir (yang tersirat) dalam ayat tersebut (Al Baqarah ayat 6) adalah :

أَأَنذَرْتَهُمْ سَوَاءٌ
Hamzah at Taswiyah + Fi’il Ism
إِنْذَارُكَ وَعَدَمُهُ. سَوَاءٌ
Mubtada’ (إِنْذَارُ adalah mashdar dari  أَنْذَرَ) Khabar Muqaddam
yang bermakna : sama saja bagi mereka peringatanmu atau tidak ada (peringatanmu) 2

(Sama seperti di Bahasa Indonesia, “sama saja” dalam ayat ini tidak menunjukkan bahwa “petunjuk” dan “tanpa petunjuk” adalah identik. tapi digunakan untuk menunjukkan tidak berubahnya keadaan, walau apapun yang dilakukan – pent.)

— Selesai Kutipan at Tahrir wa at Tanwir —

أَأَنذَرْتَهُمْ أَمْ لَمْ تُنذِرْهُمْ : الإنذار؛ هو الإعلام, المصحوب بالتحذير, والتخويف.

a-andzartahum am lam tundzirhum (apakah engkau peringatkan mereka atau tidak engkau peringatkan). Al Indzar yakni al I’lam (pemberitahuan) yang disertai dengan at Tahdzir (Peringatan) dan at Takhwif (Ancaman)

أَنذَرْتَهُمْ: الهمزة للأستفهمام و التسوية. أي: استوى أو تساوى عندهم الإنذار أو عدمه.

a-andzarthaum (apakah engkau beri peringatan kepada mereka). Hamzah disini untuk Istifham (Kata Tanya) dan at Taswiyah yakni huruf hamzah yang ada setelah kata sawaa menunjukkan sama saja bagi mereka ada peringatan atau tidak ada peringatan. (Lihat penjelasannya dari Tafsir at Tahrir wa at Tanwir diatas) 3

أَمْ : المتصلة للإضراب الانتقالي؛ وتفيد الاستفهام, المصحوب بالإنكار, والتوبيخ.

am (ataukah) : huruf mutashilah untuk berhenti sejenak sebelum peralihan kalimat, memberikan faidah istifham (kata tanya) yang disertai bantahan dan teguran

لَمْ : لم؛ حرف نفي, يفيد استمرار النفي؛ أي: سيستمرون على كفرهم

Lam : Huruf Nafi yang memberikan faidah penafian / penegasian secara terus menerus. Maksudnya mereka akan tetap kafir

لَا : النافية؛ تتفي كل الأزمنة, نفي الإطلاق, والعموم, تنفي الماضي, والحاضر, والمستقبل.

La Nafiyah (La penafian / penegasian). Untuk menafikan pada semua waktu, menegasikan secara mutlak dan umum, menegasikan di masa yang lalu, masa kini dan masa yang akan datang.

لَا يُؤْمِنُونَ : لا يصدقون بالله, وبما أنزل, ويتكرر, ويتجدد عدم إيمانهم, و يستمرون عليه

Laa Yu’minuun (Mereka tidak beriman) : Tidak akan beriman kepada Allah Ta’ala, tidak akan beriman pada apa yang diturunkanNya, ketiadaan Iman itu berlangsung berulang dan terus menerus.

Allahu Ta’ala ‘A’lam

Catatan Kaki

  1. Tafsir al Muhrrar
  2. Lihat Juga at Tafshil fii I’rab aayati Tanzil
  3. Lihat juga : Aunur Rahman fii Tafsir al Quran, Tafsir al Muharrar


Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.