[Ensiklopedi Al Quran] Al Baqarah ayat 9 (2) : wa maa yakhda’uuna illa anfusahum wa maa yas’uruun



البقرة  ٩

[Ensiklopedi Al Quran] Al Baqarah ayat 9 (2) : wa maa yakhda’uuna illa anfusahum wa maa yas’uruun

Alih Bahasa dan Kompilasi : Reza Ervani bin Asmanu

بسم الله الرحمن الرحيم

Al Baqarah ayat 9 adalah lanjutan serial Ensiklopedi Al Quran

يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَالَّذِينَ آمَنُوا وَمَا يَخْدَعُونَ إِلَّا أَنفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُونَ

وَمَا يَخْدَعُونَ : وما؛ الواو حالية, تفيد التوكيد, ما: النّافية للحال.

wa maa yakhda’uuna : wa maa – wawu disini adalah wawu haliyah (wawu yang menunjukkan keadaan) – memberikan faidah taukid (penegasan / penguatan makna) – maa : An Nafiyah lil Hal (penyangkalan keadaan)

إِلَّا أَنفُسَهُمْ: إلا أداة حصر؛ أي : ذواتهم.

illa anfusahum (kecuali diri mereka sendiri). Illa adalah perangkat yang digunakan untuk membatasi. Yakni hanya menipu diri mereka sendiri.

وَالْمُرَادُ بِقَوْلِهِ تَعَالَى: وَما يَخْدَعُونَ إِلَّا أَنْفُسَهُمْ الْإِشْعَارُ بِأَنَّهُمْ لَمَّا خَادَعُوا مَنْ لَا يُخْدَعُ كانوا مخادعين أنفسهم، لِأَنَّ الْخِدَاعَ إِنَّمَا يَكُونُ مَعَ مَنْ لَا يَعْرِفُ الْبَوَاطِنَ. وَأَمَّا مَنْ عَرَفَ الْبَوَاطِنَ فَمَنْ دَخَلَ مَعَهُ فِي الْخِدَاعِ فَإِنَّمَا يَخْدَعُ نَفْسَهُ وَمَا يَشْعُرُ بِذَلِكَ،

Yang dimaksud dengan Firman Allah Ta’ala : wa maa yakhda’uuna illa anfusahum (mereka tidak menipu kecuali diri mereka sendiri), menunjukkan bahwa jika mereka hendak menipu Dzat yang tidak dapat ditipu, sesungguhnya mereka hanya menipu diri mereka sendiri. Sebab tipuan hanya dapat dilakukan pada mereka yang tidak mengetaui perkara batin / perkara yang ada di dalam hati, sementara Dia yang mengetahui perkara-perkara batin / perkara-perkara hati, maka siapa yang berupaya menipunya sesungguhnya dia sedang menipu dirinya sendiri tanpa dia sadari

 وَمِنْ هَذَا قَوْلُ مَنْ قَالَ: 

Ucapan yang sama seperti ucapan ini misalnya :

مَنْ خَادَعْتَهُ فَانْخَدَعَ لَكَ فَقَدْ خَدَعَكَ.

“Barangsiapa yang dia berupaya engkau tipu, tetapi dia ternyata mengelabuimu, maka sesungguhnya dia yang telah menipumu”

Al Baqarah ayat 9 :Perbedaan Qiroat di ayat Ini

وَقَدْ قَرَأَ نَافِعٌ وَابْنُ كَثِيرٍ وَأَبُو عَمْرٍو يُخادِعُونَ فِي الْمَوْضِعَيْنِ، وَقَرَأَ حَمْزَةُ وَعَاصِمٌ وَالْكِسَائِيُّ وَابْنُ عَامِرٍ فِي الثَّانِي يَخْدَعُونَ.  وَكِلَا الْقِرَاءَتَيْنِ تَرْجِعُ إِلَى مَعْنًى واحد

Imam an Nafi’, Ibnu Katsir, Abu ‘Amr membaca dengan yukhaadi’uuna pada kedua tempat di ayat ini. Sementara Imam Hamzah, Imam ‘Ashim, al Kisaa-i dan Ibnu ‘Aamir membaca yang pertama dengan yukhaadi’uuna dan tempat yang kedua ini dengan yakhda’uuna. Keduanya qiroat tersebut memiliki makna yang sama. 1

اختار الطبري قراءة (وما يخدعون) . قال: 

Ibnu Jarir ath Thabari memilih qiroat : wa maa yakhda’uuna illa anfusahum. Beliau mengatakan :

فإنما هو خادع نفسه لا شك، دون من حدّثته نفسه أنه له مخادعٌ. ولذلك نَفى الله جل ثناؤه عن المنافق أن يكونَ خدَعَ غيرَ نفسه.

Karena tidak diragukan lagi bahwa mereka menipu diri mereka sendiri, tanpa mereka sadari. Dengan demikian Allah Ta’ala membantah bahwa Kaum Munafiq dapat menipu, kecuali menipu diri mereka sendiri.

فالواجب إذًا أن يكون الصحيح من القراءة: (وَمَا يَخْدَعُونَ إِلا أَنْفُسَهُمْ) دون (وما يخادعون) لأن لفظ”المخادع” غير مُوجب تثبيتَ خديعةٍ على صحَّة، ولفظ”خادع” موجب تثبيت خديعة على صحة. ولا شك أن المنافق قد أوْجبَ خديعة الله عز وجل لِنَفْسه بما رَكِبَ من خداعه ربَّه ورسولَه والمؤمنين – بنفاقه، فلذلك وجبَت الصِّحةُ لقراءة من قرأ: (وَمَا يَخْدَعُونَ إِلا أَنْفُسَهُمْ) .

Adapun dari dua bacaan wa maa yakhda’uuna illa anfusahum – dan : wa maa yukhaadi’uuna illa anfusahum : dikarenakan lafazh “al mukhaadi’u” (ism faa’il dari خَادَعَ – يُخَادِعُ) tidak menunjukkan penipuan yang berhasil, sementara lafazh “Khaadi’un” (bentuk faa’il dari خَدَعَ – يَخْدَعُ) menunjukkan penipuan yang berhasil. Tidak diragukan bahwa orang-orang munafiq tidak berhasil menipu Allah Ta’ala, melainkan mereka hanya menipu diri mereka sendiri oleh sebab upaya mereka menipu Robb mereka, Rasul dan orang-orang Mu’min dengan kemunafikan mereka, dengan demikian yang lebih shahih dari qiroat tersebut adalah wa maa yakhda’uuna illa anfusahum.

(Berarti dari apa yang disampaikan oleh Imam Ibnu Jarir ini ayat tersebut menunjukkan : mereka tidak berhasil menipu Allah Ta’ala (Yukhaadi’uunaLlaha), justru berhasil menipu diri mereka sendiri (wa maa yakhda’uuna illa anfusahum) – pent.)

— Selesai Kutipan Tafsir ath Thabari —

وَالْمُرَادُ بِمُخَادَعَتِهِمْ أَنْفُسَهُمْ: أَنَّهُمْ يُمَنُّونَهَا الْأَمَانِيَّ الْبَاطِلَةَ وَهِيَ كَذَلِكَ تمنيهم.

Yang dimaksud dengan “Mukhaada’aatihim anfusahum” (Mereka telah menipu diri mereka sendiri) adalah bahwa mereka terbuai angan-angan bathil, sehingga angan-angan itu menipu mereka.

 وَما يَشْعُرُونَ قَالَ أَهْلُ اللُّغَةِ: شَعَرْتُ بِالشَّيْءِ فَطِنْتُ.

wa maa yas’uruun (dan mereka tidak menyadari). Menurut ahli bahasa sya’artu bis sya’i artinya fathintu (aku menyadari)

قَالَ فِي الْكَشَّافِ: وَالشُّعُورُ عِلْمُ الشَّيْءِ عِلْمَ حَسٍّ، مِنَ الشِّعَارِ.

Dikatakan dalam Tafsir al Kasysyaf : Asy Syu’ur adalah pengetahuan tentang sesuatu secara inderawi, berasal dari kata Asy Syi’ar.

 وَمَشَاعِرُ الْإِنْسَانِ: حَوَاسُّهُ. وَالْمَعْنَى: أَنَّ لُحُوقَ ضَرَرِ ذَلِكَ لَهُمْ كَالْمَحْسُوسِ، وَهُمْ لِتَمَادِي غَفْلَتِهِمْ كَالَّذِي لَا حِسَّ لَهُ. 

Makna dari Masyaa’irul Insan (Kesadaran Manusia) adalah Hawaasuhu (Terindera olehnya) . Bermakna : Bahaya bagi mereka adalah sesuatu yang dapat terasakan oleh indera, tetapi karena mereka berada dalam kelalaian, maka bahaya (kemunafikan) tersebut tidak mereka sadari

وَالْمُرَادُ بِالْأَنْفُسِ هنا ذواتهم، لا سَائِرُ الْمَعَانِي الَّتِي تَدْخُلُ فِي مُسَمَّى النَّفْسِ، كَالرُّوحِ وَالدَّمِ وَالْقَلْبِ.

Yang dimaksud dengan anfus dalam ayat ini adalah diri mereka sendiri, bukan termasuk semua makna yang tecakup oleh kata an Nafs seperti Ruh, Darah dan Qolbu 2

Allahu Ta’ala ‘A’lam

Catatan Kaki

  1. Lihat Tafsir Ibnu Katsir
  2. Lihat Tafsir Fathul Qadir dari Imam asy Syaukani


Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.