[Ensiklopedi Al Quran] Al Baqarah ayat 14 (1) : wa idzaa laqulladziina aamaanu qoluu aamannaa



البقرة  ١٤

[Ensiklopedi Al Quran] Al Baqarah ayat 14 (1) : wa idzaa laqulladziina aamaanu qoluu aamannaa

Alih Bahasa dan Kompilasi : Reza Ervani bin Asmanu

بسم الله الرحمن الرحيم

Al Baqarah ayat 14 adalah lanjutan serial Ensiklopedi Al Quran

وَإِذَا لَقُوا الَّذِينَ آمَنُوا قَالُوا آمَنَّا وَإِذَا خَلَوْا إِلَىٰ شَيَاطِينِهِمْ قَالُوا إِنَّا مَعَكُمْ إِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِئُونَ

وَإدًا : ظرفية زمانية, للمستقبل

wa idza (dan jika). Idza adalah Zharfiyah Zamaniyah (kata keterangan waktu) lil mustaqbal (untuk menunjukkan masa yang akan datang.

لَقُوا الَّذِينَ آمَنُوا  : لقواء واللقاء,والملاقاة؛ المواجهة وجهاً لوجه؛ أي: التقى المنافقون بالمؤمنين, وجهاً لوجه.

laqulladzina aamanu (bertemu dengan orang-orang beriman). Yakni bertemu dan berinteraksi; bertemu secara langsung; yaitu, orang-orang munafik bertemu dengan orang-orang yang beriman, secara langsung dan berhadapan.

قَالُوا آمَنَّا: ولم يقولوا: إنا مؤمنون؛ أي: أعلنوا ثبات إيمانهم, وإنما تظاهروا بالإيمان.

Qoluu aamanna (mereka berkata : kami beriman). Mereka tidak mengatakan : Innaa Mu’minuun (Sungguh kami adalah orang-orang yang beriman), yakni mengumumkan ketetapan iman mereka, akan tetapi mereka hanya pura-pura beriman.

قَالُوا آمَنَّا: جملة فعلية؛ تدل على التجدد. والتكرار , وليس الثبات, كما هو الحال في  :  إِنَّا مُؤْمِنُونَ (الدخان : ١٢)

Qoluu aamanna (mereka berkata : kami beriman) : adalah bentuk jumlah fi’liyah, menunjukkan adanya pembaharuan dan pengulangan, tidak tetap / tidak stabil, bukan sebagaimana kondisi yang disebutkan dalam Surah ad Dukhan ayat 12 : Innaa Mu’minuun (Sesunggunya kami adalah orang-orang yang beriman)

Tinjauan Bahasa

لَقُوا أَصْلُهُ لَقْيُوا، نُقِلَتِ الضَّمَّةُ إِلَى الْقَافِ وَحُذِفَتِ الْيَاءُ لِالْتِقَاءِ السَّاكِنَيْنِ. وَمَعْنَى لَقِيتُهُ وَلَاقَيْتُهُ: استقبلته قريبا.

Kata laquu aslinya adalah laqyuu, dhommah dipindahkan ke Qaaf lalu huruf ya dihilangkan karena bertemunya dua sukun. Makna dari Laqiituhu dan Laqaytuhu : Aku menemuinya dari dekat.

 وقرأ  مُحَمَّدِ بْنِ السَّمَيْقَعِ اليَمانِيِّ وَأَبُو حَنِيفَةَ: لَاقُوا: وَأَصْلُهُ لَاقَيُوا تَحَرَّكَتِ الْيَاءُ وَانْفَتَحَ مَا قَبْلَهَا فَانْقَلَبَتْ أَلِفًا، ثُمَّ حُذِفَتِ الْأَلِفُ لِالْتِقَاءِ السَّاكِنَيْنِ

Muhammad bin As Samaiqa’i al Yamani dan Abu Hanifah membaca dengan : Laaquu (dengan alif setelah huruf lam). Asalnya adalah Laaqayuu dengan mengharokati huruf yaa dan memfathahkan huruf sebelumnya (huruf qaaf). Lalu huruf ya di-qalb (diganti) dengan alif, kemudian di hadzf karena bertemunya dua sukun 1

وإن فيل: لِمَ ضُمَّتِ الْوَاوُ فِي لَاقَوُا فِي الْإِدْرَاجِ وَحُذِفَتْ مِنْ لَقُوا؟ فَالْجَوَابُ: أَنَّ قَبْلَ الْوَاوِ الَّتِي فِي لَقُوا ضَمَّةً فَلَوْ حُرِّكَتِ الْوَاوُ بِالضَّمِّ لَثَقُلَ عَلَى اللِّسَانِ النُّطْقُ بِهَا فَحُذِفَتْ لِثِقَلِهَا، وَحُرِّكَتْ فِي لَاقَوُا لِأَنَّ قَبْلَهَا فَتْحَةً.

Jika ada yang bertanya : Kenapa huruf wawu di-dhommahkan dalam kata laaqawu, dan dihilangkan pada kata laquu. Maka jawabnya : Karena pada kata laquu, huruf sebelum huruf wawu (huruf qaf) berharokat dhommah, maka jika huruf wawu diberikan harokat dhommah akan terasa berat untuk diucapkan (laquwu), sehingga kemudian dihilangkan untuk meringankan. Sementara pada kata laqawu, huruf wawu diberikan harokat dhommah karena huruf sebelumnya (huruf qaf) berharokat fathah (sehingga lebih ringan diucapkan laqawu). 2

Allahu Ta’ala ‘A’lam

In sya Allah bersambung

Catatan Kaki

  1. Lihat Tafsir Fathul Qadir dari Imam asy Syaukani
  2. Lihat al Jami’ li Ahkami al Quran dari Imam al Qurthubi


Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.