Khitan, Kaifiyah dan Hukumnya (Bagian 2 dari 2 Tulisan)



الختان ؛ كيفيته وأحكامه

Khitan, Kaifiyah dan Hukumnya (Bagian 2 dari 2 Tulisan)

Kompilasi dan Alih Bahasa : Reza Ervani bin Asmanu

Khitan, Kaifiyah dan Hukumnya adalah salah satu pertanyaan yang banyak masuk ke redaksi rezaervani.com – Berikut ini bahasannya dalam kategori Fiqh Islam

٣. موضعه :

C. Tempat yang Dikhitan

قال ابن القيم رحمه الله تعالى :

Ibnul Qayyim rahimahuLlahu mengatakan :

قال أبو البركات في كتابه ” الغاية ” : ويؤخذ في ختان الرجل جلدة الحشفة ، وإن اقتصر على أخذ أكثرها جاز 

Abu Barokat mengatakan dalam kitabnya ‘Al-Ghoyah’: “Pada khitan lelaki diambil kulit kulupnya. Kalau sekiranya mengambil lebih banyak (kulitnya) tidak mengapa.

ويستحب لخافضة الجارية أن لا تحيف ، وحكي عن عمر أنه قال للخاتنة : أبقي منه إذا خفضت ،

Yang dianjurkan ketika mengkhitan anak wanita adalah tidak memotong seluruhnya. Diriwayatkan dari Umar beliau mengatakan untuk wanita yang dikhitan, “Biarkan sedikit (dagingnya) ketika mengkhitan.

وقال الخلال في ” جامعه ” : ذكر ما يقطع في الختان : أخبرني محمد بن الحسين أن الفضل بن زياد حدثهم قال: سئل أحمد : كم يقطع في الختانة ؟ قال : حتى تبدو الحشفة . والحشفة : رأس الذكر ، كما في لسان العرب (٩ / ٤٧) .

Al-Khollal mengatakan dalam kitab ‘Jami’ : disebutkan apa yang dipotong dalam berkhitan : Mengabarkan kepadaku Muhammad bin al Husain bahwa al Fadhl bin Ziyad memberitahukan kepada mereka, dia mengatakan, “Ahmad ditanya, “Berapa (batasan) dalam berkhitan ? Maka beliau menjawab, “Sampai kelihatan ujung kemaluannya. Kata Al Hasyafah yang dimaksud adalah kepala kemaluan laki-laki – sebagaimana disebutkan dalam Kitab Lisan Al Arabi (9/47)

وقال ابن الصباغ في ” الشامل ” : الواجب على الرجل أن يقطع الجلدة التي على الحشفة حتى تنكشف جميعها ، وأما المرأة فتقطع الجلدة التي كعرف الديك في أعلى الفرج بين الشفرين وإذا قطعت يبقى أصلها كالنواة .

Ibnu Sobbagh mengatakan dalam ‘As-Syamil’: “Yang wajib bagi lelaki adalah memotong kulit yang ada di bagian kulup sampai kelihatan semuanya. Sementara wanita, dipotong daging seperti jambul ayam jantan di bagian atas kemaluan diantara dua katup, kalau dipotong, maka akan tetap (masih ada) aslinya yang berbentuk seperti biji.

وقال النووي رحمه الله :

والصحيح المشهور أنه يجب قطع جميع ما يغطي الحشفة اهـ . المجموع ( ١ / ٣٥١ ) .

Imam an Nawawi rahimahullah mengatakan, “Yang kuat dan masyuhur adalah bahwa harus memotong semua (kulit) yang menutupi kulupnya.”

Selesai kutipan dari al Majmu’ (1/351).

وقال الجويني : القدر المستحق من النساء : ما ينطلق عليه الاسم ، قال : في الحديث ما يدل على الأمر بالإقلال ، قال : أَشِمِّي ولا تَنْهَكي ، أي : اتركي الموضع أشم والأشم المرتفع . ” تحفة المودود ” ( 190 – 192 ) .

Al-Juwaini mengatakan, “Batasan yang tepat bagi para wanita, adalah apa yang sesuai dengan penamaannya. Beliau berkata, “Dalam hadits ada perintah untuk menyedikitkan (dalam memotong). Yakni Sabda Nabi shalallahu alaihi wa salam : “Potong sedikit dan jangan dipotong semuanya”. Maksudnya – menurut Imam al Juwainy – adalah biarkan tempat yang bentuknya seperti kerikil dan agak menonjol/meninggi.

والحاصل أنه في ختان الذكر تقطع جميع الجلدة التي تغطي الحشفة ، وفي ختان الأنثى يُقطع جزءٌ من الجلدة التي كعرف الديك في أعلى الفرج .

Kesimpulannya bahwa dalam mengkhitan lelaki adalah memotong semua kulit yang menutupi kulup. Dalam mengkhitan wanita, memotong sebagian dari kulit yang seperti jambul ayam jantan yang ada di atas kemaluan.

٤ – الحكمة من مشروعية الختان

D. Hikmah Disyariatkannya Khitan

أما للرجل فلأنه لا يتمكن من الطهارة من البول إلا بالختان ، لأن قطرات من البول تتجمع تحت الجلدة فلا يُؤمن أن تسيل فتنجس ثيابه وبدنه .

Adapun hikmahnya bagi laki-laki adalah karena tidak memungkinkan bersuci dari kencing kecuali dengan berkhitan. Karena sisa air seni berkumpul di bawah kulit (kemaluan), maka tidak aman ketika air kencing itu keluar, sehingga pakaian dan badannya dapat terkena najis.

ولذلك كان عبد الله بن عباس رضي الله عنهما يشدد في شأن الختان . قال الإمام أحمد : وكان ابن عباس يشدد في أمره ، ورُوي عنه أنه لا حج له ولا صلاة . يعني : إذا لم يختتن اهـ المغني (١/١١٥) .

Oleh karena itu Abdullah bin Abbas radhiyallahu’anhuma sangat ketat terkait dengan masalah khitan ini. Imam Ahmad mengatakan, “Dahulu Ibnu Umar sangat ketat dalam masalah ini. Diriwayatkan darinya, seseorang tidak diperbolehkan berhaji dan shalat jika belum berkhitan

— Selesai Kutipan dari Al Muhgni (1/115) —

وأما حكمة الختان بالنسبة للمرأة فتعديل شهوتها حتى تكون وسطاً .

Sementara hikmah khitan bagi wanita, agar seimbang syahwatnya, agar tidak berlebihan juga tidak hilang, sehingga menjadi pertengahan.

وسئل شيخ الإسلام ابن تيمية رحمه الله عن المرأة : هل تختتن أم لا ؟

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah ditanya tentang wanita, apakah dia dikhitan atau tidak?

فأجاب : الحمد لله ، نعم ، تختتن ، وختانها أن تقطع أعلى الجلدة التي كعرف الديك ، قال رسول الله للخافضة وهي الخاتنة :

Maka beliau menjawab : Alhamdulillah. Iya, dikhitan. Dan khitannya adalah memotong kulit atas seperti jambul ayam jantan. Rasulullah sallallahu’alaihi wa sallam bersabda bagi wanita yang dikhitan:

أشمي ولا تنهكي ، فإنه أبهى للوجه ، وأحظى لها عند الزوج

“Potonglah sedikit dan jangan dipotong semuanya, karena ia lebih memancarkan diwajah dan lebih nikmat bagi suaminya.”

يعني : لا تبالغي في القطع ، وذلك أن المقصود بختان الرجل تطهيره من النجاسة المحتقنة في القُلْفَة ، والمقصود من ختان المرأة تعديل شهوتها فإنها إذا كانت قلفاء [يعني : غير مختتنة] كانت مغتلمة شديدة الشهوة .

Maksudnya jangan berlebih-lebihan dalam memotong. Hal itu karena maksud khitan bagi lelaki adalah membersihkan najis yang tertahan di kulup. Sementara maksud dari khitan wanita adalah agar menyeimbangkan syahwatnya. Karena kalau dia belum dikhitan, maka kuat syahwatnya.

ولهذا يقال في المشاتمة: يا بن القلفاء فإن القلفاء تتطلع إلى الرجال أكثر . ولهذا يوجد من الفواحش في نساء التتر ونساء الإفرنج ما لا يوجد في نساء المسلمين .

Sehingga dikatakan kepada wanita  yang belum berkhitan, “Wahai wanita yang belum dikhitan, sesungguhnya wanita yang belum dikhitan itu lebih sering mencari lelaki. Oleh karena itu, didapati kefakhisan (kerusakan) pada wanita Tartar dan wanita kulit sawo (asing) lebih banyak dibandingkan dengan wanita muslimah

وإذا حصلت المبالغة في الختان ضعفت الشهوة فلا يكمل مقصود الرجل ، فإذا قطع من غير مبالغة حصل المقصود باعتدال . والله أعلم اهـ مجموع الفتاوى (٢١/١١٤) .

Jika terlalu berlebihan ketika menghkhitannya, maka syahwatnya melemah, sehingga tidak sempurna keinginan suami. Kalau dipotong secukupnya, maka didapatkan keinginannya (syahwatnya) secara seimbang. Wallahu ’a’lam (Majmu’ Al-Fatawa, 21 / 114)

٥ – ويجوز دفع المال للختَّان .

E. Boleh Membayar Tukang Khitan

قال ابن قدامة :

Ibnu Qudamah mengatakan :

ويجوز الاستئجار على الختان ، والمداواة ، لا نعلم فيه خلافا ؛ ولأنه فعل يحتاج إليه ، مأذون فيه شرعا ، فجاز الاستئجار عليه ، كسائر الأفعال المباحة . ” المغني ” ( ٥ / ٣١٤ )  .

“Diperbolehkan menyewa untuk berkhitan  dan berobat. Kami tidak dapati perbedaan akan hal itu. Karena ia adalah pekerjaan yang dibutuhkan dan diizinkan oleh agama. Maka diperbolehkan menyewanya sebagaimana pekerjaan mubah lainnya. (al Mughni 5 / 314)

Allahu Ta’ala ‘A’lam



Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.