I’lal : (5) I’lal Hamzah



 إعلال الهمزة

I’lal Hamzah

Setelah jenis pertama kita bahas pada artikel sebelumnya, dan jenis kedua juga sudah dibahas pada artikel sebelumnya. Jenis ketiga juga sudah kita bahas di artikel ini. Maka selanjutnya kita bahasa I’lal yang keempat yakni I’lal Hamzah :

Ketika berkumpulnya dua hamzah dalam satu kalimah.

Jika yang hamzah yang pertama berharakat, dan yang kedua mati (sukun), maka hamzah yang kedua harus diganti dengan huruf mad yang sesuai dengan harkat hamzah yang pertama. Contoh:

(آمَنَ = أَأْمَنَ ← آمَنَ) (أُوْمِنُ = أُأْمِنُ ← أُوْمِنُ) (إِيْمانٌ = إِئْمانٌ ← إِيْمانٌ)

Dan jika keduanya berharakat fathah, maka yang kedua diganti dengan wawu. Biasanya terjadi saat pembuatan isim tafdhil. Contoh:

(أَنَّ – أَوَنُّ = أَأْنَنُ ← أَأَنْنُ ← أَوَنْنُ ← أَوَنُّ)

Jika yang kedua berharakat dhammah, dan terletak setelah hamzah mudhara’ah, maka boleh menggantinya (hamzah kedua) dengan wawu. Dan apabila berharakat kasrah, maka hamzah kedua boleh diganti dengan ya’. Atau boleh juga keduanya (hamzah dhamah dan kasrah) ditetapkan.

Contoh :

(أَؤُمُّ – أَوُمُّ) (أَئِنُّ – أَيِنُّ)

Namun apabila terletak setelah selain hamzah mudhara’ah, maka hamzah yang kedua harus diganti dengan huruf mad yang sesuai dengan harakat hamzah pertama.

Contoh :

(أَؤُبٌّ – أَوُبٌّ)

Jika berharakat sukun dan terletak setelah huruf shahih selain hamzah, maka hamzah tersebut boleh diganti dengan huruf mad yang sesuai dengan harakat huruf sebelumnya, dan juga boleh menetapkannya.

Contoh :

(رَأْسٌ = رَاسٌ) (سُؤْلٌ = سُوْلٌ) (بِئْرٌ = بِيْرٌ)

Jika bertempat pada akhir kata dan terletak setelah wawu atau ya’ tambahan yang berharakat sukun, maka boleh menetapkannya, atau menggantinya dengan wawu (jika terletak setelah wawu) dan mengganti dengan ya’ (jika terletak setelah ya’).

Contoh :

(وُضُوْءٌ = وُضُوٌّ) (مَرِيْءٌ = مَرِيٌّ)

Namun apabila wawu atau ya’ tersebut adalah huruf asal, maka yang lebih utama adalah menetapkannya. Contoh :

(شَيْءٌ = شَيٌّ)

  • Jika berharakat fathah dan berada pada tengah-tengah kata dan terletak setelah harakat dhamah atau kasrah, maka boleh menetapkannya atau menggantinya dengan huruf mad yang sesuai dengan harakat sebelumnya.

Contoh :

(ذِئَابٌ = ذِيَابٌ) (جُؤَارٌ = جُوَارٌ)

  • Jika berharakat dan berada pada akhir kata, maka boleh menetapkannya atau menggantinya dengan huruf mad yang sesuai dengan harakat sebelumnya.

Contoh :

(قَرَأَ = قَرَا) (جَرُؤَ = جَرُوَ) (الْقَارِئُ = الْقَارِيُ)



Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.