الموارد المالية للمرأة في الإسلام
Sumber-Sumber Keuangan untuk Perempuan dalam Islam (Bagian Kedua)
Alih Bahasa : Reza Ervani bin Asmanu
Artikel Sumber-Sumber Keuangan untuk Perempuan dalam Islam ini termasuk dalam Pendidikan Keluarga
3. Mahar
“المهر ” وهو حق مالي ثابت لها قلَّ أو كثُر ، ليس لوليها أن يغفله أو يتنازل عنه ، وليس له نهاية مالية محددة ، قال تعالى :
Mahar adalah hak keuangan yang tetap bagi perempuan, baik nilainya sedikit maupun banyak. Wali perempuan tidak berhak mengabaikan atau menyerahkannya, dan tidak ada batasan maksimal atas nilai mahar tersebut. Allah Ta’ala berfirman :
(وَآتُوا النِّسَاءَ صَدُقَاتِهِنَّ نِحْلَةً) (سورة النساء: الآية ٤)،
“Dan berikanlah mahar kepada perempuan (yang kamu nikahi) sebagai pemberian dengan penuh kerelaan.” (Surah An-Nisa, ayat 4).
أي : آتوا النساء مهورهن وجوبًا ، فالمهر ملك خالص لها ، مال تقدم منه وما تأخر . قال تعالى :
Artinya: berikanlah mahar kepada mereka sebagai kewajiban. Mahar itu adalah milik pribadi istri, baik yang dibayarkan di muka maupun yang ditangguhkan. Allah juga berfirman :
(وَآتَيْتُمْ إِحْدَاهُنَّ قِنطَارًا فَلَا تَأْخُذُوا مِنْهُ شَيْئًا ۚ أَتَأْخُذُونَهُ بُهْتَانًا وَإِثْمًا مُّبِينًا) (سورة النساء: آية ٢٠).
“Dan jika kamu telah memberikan kepada salah seorang dari mereka mahar sebesar kintar, maka janganlah kamu mengambil kembali darinya barang sedikit pun. Apakah kamu akan mengambilnya kembali dengan cara yang tidak benar dan dosa yang nyata?” (Surah An-Nisa, ayat 20).
وكان عمر بن الخطاب رضي الله عنه قد نهى عن كثرة الإصداق ثم رجع عن ذلك .. قال الحافظ أبو يعلى عن الشعبي عن مسروق قال : ركب عمر بن الخطاب منبر رسول الله – صلى الله عليه وسلم . ثم قال : ما إكثاركم في صداق النساء !! وقد كان رسول الله – صلى الله عليه وسلم – وأصحابه والصدقات فيما بينهم أربعمائة درهم ، فما دون ذلك . ولو كان الإكثار في ذلك تقوى عند الله أو كرامة لم تسبقوهم إليها . فلأعرفن ما زاد رجل في صداق امرأة على أربعمائة درهم .
Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu pernah melarang umat Islam untuk berlebihan dalam menetapkan mahar, namun kemudian ia menarik kembali larangan tersebut. Al-Hafizh Abu Ya‘la meriwayatkan dari Asy-Sya‘bi dari Masruq bahwa Umar bin Khattab naik ke mimbar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu berkata: “Apa yang membuat kalian berlebihan dalam memberi mahar kepada wanita? Padahal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya tidak memberikan mahar lebih dari empat ratus dirham. Seandainya banyaknya mahar itu termasuk bentuk ketakwaan kepada Allah atau bentuk kemuliaan, tentu mereka telah mendahului kalian dalam hal itu. Maka, aku benar-benar akan mengetahui siapa saja yang menetapkan mahar melebihi empat ratus dirham.”
قال : ثم نزل فاعترضته امرأة من قريش فقالت : يا أمير المؤمنين نهيت الناس أن يزيدوا في مهر النساء على أربعمائة درهم ؟ قال : نعم . فقالت : أما سمعت ما أنزل الله في القرآن ؟ قال : وأي ذلك ؟ فقالت : أما سمعت الله يقول :
Lalu Umar turun dari mimbar dan dicegat oleh seorang perempuan dari Quraisy yang berkata, “Wahai Amirul Mukminin, engkau melarang orang-orang memberi mahar kepada wanita lebih dari empat ratus dirham?” Umar menjawab, “Ya.” Perempuan itu berkata, “Tidakkah engkau pernah mendengar ayat Allah dalam Al Quran?” Umar bertanya, “Ayat yang mana?” Perempuan itu menjawab, “Tidakkah engkau mendengar Firman Allah:
(وءاتيتم إحداهن قنطارًا) الآية ،
(‘Dan jika kamu telah memberikan kepada salah seorang dari mereka mahar sebesar kintar’)?
قال : اللهم غفرًا كل الناس أفقه من عمر . ثم رجع فركب المنبر فقال : أيها الناس إني كنت نهيتكم أن تزيدوا النساء في صدقاتهن على أربعمائة درهم ، فمن شاء أن يعطى من ماله ما أحب . قال أبو يعلى : وأظنه قال : فمن طابت نفسه فليفعل. إسناده جيد قوي.
Maka Umar berkata, “Ya Allah, ampunilah aku. Semua orang lebih paham agama daripada Umar.” Lalu ia kembali naik ke mimbar dan berkata: “Wahai manusia, aku dulu pernah melarang kalian menetapkan mahar wanita lebih dari empat ratus dirham. Maka barang siapa yang ingin memberi dari hartanya, maka silakan ia memberi sekehendaknya.” Abu Ya‘la berkata: “Dan saya kira ia berkata: Barang siapa yang dengan lapang dada ingin memberi, silakan lakukan.” Sanad riwayat ini baik dan kuat.
وينبغي ألا يفوتنا في هذا المقام أن هذا الحق المالي في المهر ليس خاصًا بالزوجة إذا كانت مسلمة فقط ، فهو حقها مسلمةً كانت أو كتابيةً .
Dan tidak boleh kita lewatkan dalam pembahasan ini bahwa hak keuangan berupa mahar bukan hanya berlaku bagi istri yang muslimah saja, tetapi juga berlaku untuk istri yang berasal dari kalangan Ahli Kitab (Yahudi atau Nasrani).
والمهر واجب – أيضًا – للإماء المؤمنات قال تعالى :
Mahar juga wajib diberikan kepada hamba sahaya perempuan yang beriman. Allah Ta’ala berfirman :
(وَمَن لَّمْ يَسْتَطِعْ مِنكُمْ طَوْلًا أَن يَنكِحَ الْمُحْصَنَاتِ الْمُؤْمِنَاتِ فَمِن مَّا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُم مِّن فَتَيَاتِكُمُ الْمُؤْمِنَاتِ ۚ وَاللَّهُ أَعْلَمُ بِإِيمَانِكُم ۚ بَعْضُكُم مِّن بَعْضٍ ۚ فَانكِحُوهُنَّ بِإِذْنِ أَهْلِهِنَّ وَآتُوهُنَّ أُجُورَهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ) (سورة النساء: آية ٢٥) . (أُجورهن: مهورهن) .
“Dan barang siapa di antara kalian yang tidak mampu menikahi perempuan merdeka yang beriman, maka (boleh menikahi) perempuan beriman dari hamba sahaya yang kalian miliki. Allah lebih mengetahui keimanan kalian. Kalian adalah satu dari yang lain. Maka nikahilah mereka dengan izin keluarga mereka, dan berikanlah mahar mereka dengan cara yang patut.” (Surah An-Nisa, ayat 25). (Makna ‘ujurahunna’ dalam ayat tersebut adalah mahar mereka).
Bersambung ke bagian berikutnya in sya Allah
Sumber : IslamWeb
Leave a Reply