لا بديل عن الدين
Tidak Ada Pengganti Agama (Bagian Tiga)
د. يوسف القرضاوي
Oleh : DR. Yusuf al Qaradhawiy
Alih Bahasa : Reza Ervani bin Asmanu
Artikel Tidak Ada Pengganti Agama ini bagian dari Koleksi Terjemahan Tulisan Yusuf al Qaradhawiy
الفلسفة ليست بديلا عن الدين:
Filsafat Bukan Pengganti Agama
لقد تبين لنا أن إنسان العلم الحديث هو “ذلك المجهول” الذي لم يستطع العلم أن يسبر غوره، وأن يتعرف على حقيقته، وأن ينفذ إلى أعماقه، كما بين ذلك “ألكسيس كاريل” و “رينيه دوبو”، وغيرهما. لقد عرف العلم الجمادات أو المادة، وحللها واكتشف قوانينها، ولكنه عجز عن معرفة الإنسان؛ لأن الإنسان من التركيب والتعقيد بحيث لا يعرفه إلا من خلقه فسواه:
Telah menjadi jelas bagi kita bahwa manusia dalam ilmu pengetahuan modern adalah “makhluk yang tak diketahui” yang belum mampu dijelajahi oleh ilmu pengetahuan, belum dapat dikenali hakikatnya, dan belum mampu ditembus hingga ke kedalamannya. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Alexis Carrel, René Dubos, dan lainnya. Ilmu pengetahuan telah mengenal benda mati atau materi, menganalisisnya, dan menemukan hukum-hukumnya. Namun, ilmu pengetahuan gagal mengenal manusia karena manusia memiliki struktur dan kompleksitas sedemikian rupa sehingga hanya penciptanya yang mampu mengetahuinya dengan sempurna:
{أَلا يَعْلَمُ مَنْ خَلَقَ وَهُوَ اللَّطِيفُ الْخَبِيرُ} (الملك:١٤).
“Tidakkah Dia yang menciptakan mengetahui (ciptaan-Nya)? Dan Dia-lah Yang Maha Halus, Maha Mengetahui.” (Surah Al Mulk ayat 14).
ومادام العلم يجهل الإنسان؛ فلا يؤمل منه أن يحسن توجيهه وتربيته والتشريع له، بل بدا اليوم أن العلم ـ بعبارة أدق: تطبيقاته التكنولوجية ـ أصبح خطرًا على فطرة الإنسان، وبيئة الإنسان.
Selama ilmu pengetahuan tidak memahami manusia, maka tidak diharapkan darinya kemampuan untuk membimbing, mendidik, atau membuat peraturan bagi manusia. Bahkan, kini telah terlihat bahwa ilmu pengetahuan — atau lebih tepatnya aplikasi teknologinya — justru menjadi ancaman bagi fitrah manusia dan lingkungan hidup manusia.
و”إنسان الفلسفة” ليس أحسن حظًا من إنسان العلم، والفلسفة رغم اهتمامها بالإنسان ـ منذ أنزلها “سقراط” من السماء إلى الأرض ووجه العقل الإنساني إلى محاولة اكتشاف ذاته: اعرف نفسك ـ لم تتفق على رأي في نظرتها إلى الإنسان: أهو روح أم مادة؟ جسم يفنى أم روح يبقى؟ عقل أم شهوة؟ ملاك أم شيطان؟ الأصل فيه الخير أم الشر؟ أهو إنسان كما نراه، أم ذئب مقنع؟ أو أناني أم غيري؟ أهو فردي أم جماعي؟ أهو ثابت أم متطور؟ أتجدي فيه التربية أم لا تجدي؟ أهو مختار أم مجبور؟
“Manusia dalam filsafat” tidak lebih baik keadaannya daripada manusia dalam ilmu pengetahuan. Meskipun filsafat telah lama memusatkan perhatiannya pada manusia — sejak Socrates membawa filsafat turun dari langit ke bumi dan mengarahkan akal manusia untuk mencoba mengenali dirinya sendiri melalui prinsip: “Kenalilah dirimu” — filsafat tidak pernah mencapai kesepakatan dalam pandangannya terhadap manusia. Apakah manusia itu jiwa atau materi? Apakah tubuh yang akan binasa atau jiwa yang kekal? Akal atau nafsu? Malaikat atau setan? Apakah manusia pada dasarnya baik atau jahat? Apakah dia seperti yang kita lihat, atau serigala berbulu domba? Egois atau altruistis? Individualis atau kolektivis? Tetap atau berubah? Apakah pendidikan berpengaruh pada dirinya atau tidak? Apakah dia memiliki kebebasan memilih atau terpaksa?
اختلفت الفلسفات في الإجابة عن هذه التساؤلات وتناقضت، فلا تستطيع أن تخرج منها بطائل، حتى قال شيخنا الدكتور عبد الحليم محمود ـ وهو أستاذ الفلسفة في كلية أصول الدين ـ قبل أن يكون شيخا للأزهر:
Filsafat-filsafat berbeda dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan ini dan saling bertentangan, sehingga tidak memungkinkan untuk mendapatkan kesimpulan yang jelas darinya. Sampai-sampai Syekh kami, Dr. Abdul Halim Mahmud — seorang guru besar filsafat di Fakultas Ushuluddin sebelum menjadi Syekh Al-Azhar — berkata:
“الفلسفة لا رأي لها؛ لأنها تقول الرأي وضده، والفكرة ونقيضها”.
“Filsafat tidak memiliki pendapat, karena ia menyampaikan pendapat dan kebalikannya, gagasan dan lawannya.”
هنا نجد الفلسفة الإلهية مناقضة للفلسفة المادية، والفلسفة المثالية مناقضة للفلسفة الواقعية، وفلسفة الواجب معارضة لفلسفة المنفعة أو اللذة، إلى آخر ما نعرفه من تناقضات في الساحة الفلسفية، فهذا يثبت، وذاك ينفي، وهذا يبني، وذاك يهدم.
Di sini kita menemukan bahwa filsafat ilahiah bertentangan dengan filsafat materialistik, filsafat idealistik bertentangan dengan filsafat realistik, filsafat kewajiban berlawanan dengan filsafat manfaat atau kenikmatan, dan seterusnya dari berbagai kontradiksi yang kita kenal dalam dunia filsafat. Yang satu menegaskan, yang lain menyangkal; yang satu membangun, yang lain meruntuhkan.
ومن هنا لا تستطيع الفلسفة وحدها أن تهدى الإنسان سبيلًا أو تشفي له غليلًا، أو تمنحه منهجًا يركن له ويطمئن إليه، ويقيم حياته على أساسه.
Oleh karena itu, filsafat saja tidak mampu memberikan petunjuk jalan kepada manusia, tidak dapat memenuhi dahaga pencariannya, atau memberinya sebuah metode yang dapat diandalkan, menenangkan hatinya, dan menjadi landasan bagi kehidupannya.
Bersambung ke Bagian Berikutnya in sya Allah
Sumber : Web Yusuf al Qaradhawi
Leave a Reply