المستحب أن يقيم المؤذن الصلاة
Yang Disunnahkan Muadzin yang Mengumandangkan Iqamah
Alih Bahasa : Reza Ervani bin Asmanu
Artikel Yang Disunnahkan Muadzin yang Mengumandangkan Iqamah ini masuk dalam Kategori Tanya Jawab
السؤال
Pertanyaan:
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
أريد سؤالكم عما إذا قام أحد وأذن للصلاة وقام شخص ثان وأقام الصلاة، فهل يجوز هذا أم لا؟
Saya ingin bertanya, jika seseorang mengumandangkan adzan dan kemudian orang lain yang mengumandangkan iqamah, apakah hal itu diperbolehkan atau tidak?
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته.
Wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
الإجابــة
Jawaban:
الحمد لله، والصلاة والسلام على رسول الله، وعلى آله وصحبه، أما بعد:
Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulullah, keluarga, dan para sahabat beliau, amma ba’du:
فقد أخرج الترمذي وأبو داود وابن ماجه وأحمد من حديث زياد بن الحارث الصدائي قال: أمرني رسول الله صلى الله عليه وسلم أن أؤذن في صلاة الفجر فأذنت، فأراد بلال أن يقيم! فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم: إن أخا صداء قد أذن، ومن أذن فهو يقيم.
Telah meriwayatkan At-Tirmidzi, Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Ahmad dari Ziyad bin Al-Harits Ash-Shuda’i, ia berkata: Rasulullah ﷺ memerintahkanku untuk mengumandangkan adzan shalat Subuh, maka aku pun adzan. Ketika Bilal ingin mengumandangkan iqamah, Rasulullah ﷺ bersabda:
إن أخا صداء قد أذن، ومن أذن فهو يقيم
“Saudara dari kabilah Shuda’ sudah mengumandangkan adzan, dan barang siapa yang adzan, maka dialah yang berhak mengumandangkan iqamah.” (Hadits Riwayat At-Tirmidzi, Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Ahmad)
لكن هذا الحديث ضعيف، ولذلك اختلف العلماء في مضمونه، فرأى بعضهم أن المؤذن أولى بالإقامة محتجين بالحديث السابق، ورأى البعض الآخر أن الحديث ضعيف وأن لا فرق بين المؤذن وغيره.
Namun hadits ini dinilai lemah, sehingga para ulama berbeda pendapat dalam memahaminya. Sebagian ulama berpendapat bahwa muadzin lebih utama untuk mengumandangkan iqamah dengan berdalil pada hadits di atas. Sementara sebagian lainnya berpendapat bahwa hadits tersebut lemah, dan tidak ada perbedaan antara muadzin dan selainnya dalam masalah ini.
قال في تحفة الأحوذي: …واختلفوا في الأولوية فذهب أكثرهم إلى أنه لا فرق وأن الأمر متسع، وممن رأى ذلك مالك وأكثر أهل الحجاز، وأبو حنيفة وأكثر أهل الكوفة وأبو ثور. وذهب البعض إلى أن من أذن فهو يقيم…
Dalam Tuhfatul Ahwadzi disebutkan: “Para ulama berbeda pendapat mengenai siapa yang lebih utama. Sebagian besar berpendapat tidak ada perbedaan dan masalah ini bersifat longgar. Di antara yang berpendapat demikian adalah Imam Malik dan mayoritas ulama Hijaz, Abu Hanifah dan mayoritas ulama Kufah, serta Abu Tsaur. Namun sebagian lainnya berpendapat bahwa orang yang adzan, dialah yang sebaiknya mengumandangkan iqamah.”
ويعضد الحديث المذكور حديث ابن عمر رضي الله عنهما بلفظ: مهلاً يا بلال فإنما يقيم من أذن. أخرجه الطبراني والعقيلي وأبو الشيخ.
Hadits di atas dikuatkan dengan riwayat dari Ibnu Umar ra. dengan lafaz:
مهلاً يا بلال فإنما يقيم من أذن
“Tunggu dulu wahai Bilal, karena yang berhak mengumandangkan iqamah adalah orang yang mengumandangkan adzan.”
(Hadits Riwayat Ath-Thabrani, Al-‘Aqili, dan Abu Syaikh)
ورجح ابن قدامة أن المستحب أن يقيم المؤذن، وجائز أن يقيم غيره. قال في “المغني”:
Ibnu Qudamah menegaskan bahwa yang disunnahkan adalah muadzin yang mengumandangkan iqamah, namun diperbolehkan orang lain melakukannya. Dalam Al-Mughni beliau berkata:
…وما ذكروه يدل على الجواز، وهذا على الاستحباب. اهـ (1/249).
“Apa yang disebutkan (dalam hadits-hadits tersebut) menunjukkan bolehnya hal itu, dan hukumnya hanya sebatas anjuran (disunnahkan).” (Al-Mughni, 1/249)
والحاصل أن المؤذن إذا أقام غيره فلا مانع، ولكنه أولى بالإقامة.
Kesimpulannya: jika muadzin menunjuk orang lain untuk mengumandangkan iqamah maka hal itu tidak mengapa, namun muadzin lebih utama untuk melakukannya sendiri.
والله أعلم.
Wallahu a‘lam.
Sumber : IslamWeb
Leave a Reply