Fiqh Muyassar 020 : Buang Hajat dan Adabnya (4) : Yang Haram dilakukan Saat Buang Hajat



[الباب الثالث: في قضاء الحاجة وآدابها، وفيه عدة مسائل]

Bab Ketiga : Dalam Permasalahan Buang Hajat dan Adab-adabnya

padanya ada beberapa pembahasan

[المسألة الرابعة: ما يحرم فعله على من أراد قضاء الحاجة]

Permasalahan Keempat : Apa yang Haram dilakukan ketika Buang Hajat

Alih Bahasa oleh : Reza Ervani bin Asmanu

w

يحرم البول في الماء الراكد؛ لحديث جابر عن النبي – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -:

Tidak boleh buang air kecil di air yang menggenang, sebagaimana disampaikan hadits yang diriwayatkan oleh Jaabir dari Nabi shalallahu alaihi wa salam :

(أنه نهى عن البول في الماء الراكد) 

Bahwa beliau melarang buang air kecil di air yang menggenang 1

ولا يمسك ذكره بيمينه وهو يبول، ولا يستنجي بها. لقوله – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -:

Tidak boleh memegang kemaluan dengan tangan kanan saat buang air kecil, juga tidak boleh saat istinja, sebagaimana sabda Rasulullah shalallahu alaihi wa salam :

(إذا بال أحدكم فلا يأخذن ذكره بيمينه، ولا يستنجي بيمينه)

Jika seorang diantara kalian buang air kecil maka jangan memegang kemaluannya dengan tangan kanan, dan jangan ber-istinja dengan tangan kanan 2

ويحرم عليه البول أو الغائط في الطريق أو في الظل أو في الحدائق العامة أو تحت شجرة مثمرة أو موارد المياه؛ لما روى معاذ قال: قال رسول الله – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -:

Tidak boleh buang air kecil dan besar di jalan, atau di tempat berteduh, atau di taman umum, atau di bawah pohon yang berbuah atau di saluran air, sebagaimana diriwayatkan oleh Mu’adz, beliau mengatakan : Rasulullah shalallahu alaihi wa salam bersabda :

(اتقوا الملاعن الثلاث: البراز في الموارد، وقارعة الطريق، والظل)

Takulah pada tempat terlaknat yang tiga : buang air di saluran air, di tengah jalan dan di tempat berteduh 3

ولحديث أبي هريرة – رضي الله عنه – أن النبي – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – قال:

Dan hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiyallahu anhu – bahwa Nabi shalallahu alaihi wa salam bersabda :

(اتقوا اللاعنين)، قالوا: وما اللاعنان يا رسول الله؟ قال: (الذي يَتَخَلى في طريق الناس أو في ظلهم) (6)

“Takutlah pada dua perbuatan terlaknat”, mereka berkata : “Apa dua perbuatan terlaknat itu wahai Rasulullah ?” Beliau menjawab,”Orang yang buang hajat di jalan manusia atau di tempat berteduh mereka” 4

كما يحرم عليه قراءة القرآن، ويحرم عليه الاستجمار بالروث أو العظم أو بالطعام المحترم؛ لحديث جابر – رضي الله عنه -:

Juga diharamkan untuk membaca Al Quran saat buang hajat, diharamkan pula istijmaar dengan kotroan hewan atau tulang atau makanan yang berharga, sebagaimana dalam Hadits yang diriwayatkan oleh Jaabir radhiyallahu anhu :

(نهى النبي – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – أن يتمسح بعظم أو ببعر)

Nabi shalallahu alaihi wa salam melarang istijmar dengan tulang atau kotoran hewan 5

ويحرم قضاء الحاجة بين قبور المسلمين، قال النبي – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -:

Diharamkan pula buang hajat diantara makam kaum muslimin, sebagaimana sabda Nabi shalallahu alaihi wa salam :

(لا أبالي أوسط القبور قضيت حاجتي، أو وسط السوق؟) 

aku tidak peduli apakah ditengah makam atau di pinggirnya, atau ditengah pasar (semuanya sama buruknya) 6

Allahu Ta’ala’A’lam

Print Friendly, PDF & Email

Catatan Kaki

  1. Muttafaq alaihi, diriwayatkan oleh Imam Muslim Hadits Nomor 281, Imam Bukhari hadits nomor 239
  2. Muttafaq alaihi, diriwayatkan oleh Imam Al Bukhari hadits nomor 154 dan ini adalah lafazh beliau, dan Imam Muslim hadits nomor 267
  3. Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud hadits nomor 26, Imam Ibnu Majah hadits nomor 328, sanadnya hasan
  4. Diriwayatkan oleh Imam Muslim Hadits Nomor 269
  5. Diriwayatkan oleh Imam Muslim hadits Nomor 263
  6. Hadits lengkapnya : لأن أمشي على جمرة أو سيف أو أخصف نعلي برجلي أحب إلي من أن أمشي على قبر مسلم وما أبالي أوسط القبور قضيت حاجتي أو وسط السوق – “Sungguh! Berjalan di atas bara api atau pedang atau aku ikat sandal dengan kakiku lebih aku sukai daripada berjalan di atas kubur seorang muslim. Sama saja buruknya bagiku, buang hajat di tengah kubur atau buang hajat di tengah pasar”- Diriwayatkan oleh Imam Ibnu Majah hadits nomor 1567


Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.