Fiqh Muyassar 021 : Buang Hajat dan Adabnya (5) : Yang Makruh dilakukan Saat Buang Hajat



[الباب الثالث: في قضاء الحاجة وآدابها، وفيه عدة مسائل]

Bab Ketiga : Dalam Permasalahan Buang Hajat dan Adab-adabnya

padanya ada beberapa pembahasan

المسألة الخامسة: ما يكره فعله للمُتَخَلِّي:

Permasalahan Kelima : Apa yang Makruh dilakukan Saat Buang Hajat

Alih Bahasa oleh : Reza Ervani bin Asmanu

w

يكره حال قضاء الحاجة استقبال مهب الريح بلا حائل؛ لئلا يرتد البول إليه، ويكره الكلام؛

Dimakruhkan saat buang hajat menghadap ke arah berhembusnya angin tanpa penghalang, agar tidak terpercik air kencing. Dimakruhkan juga berbicara saat buang hajat.

فقد مرّ رجل والنبي – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – يبول، فسلَّم عليه، فلم يردّ عليه 

Seorang laki-laki sedang lewat sementara Nabi shalallahu alaihi wa salam sedang buang air kecil. Laki-laki itu memberikan salam kepada beliau, maka beliau tidak menjawabnya 1

ويكره أن يبول في شَق ونحوه؛ لحديث قتادة عن عبد الله بن سرجس:

Dimakruhkan buang air kecil di lubang yang ada di tanah dan semisalnya. Sebagaimana Hadits yang diriwayatkan oleh Qatadah dari Abdullah ibnu Sarjis

(أن النبي – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – نهى أن يبال في الجُحْر، قيل لقتادة: فما بال الجحر؟ قال: يقال: إنها مساكن الجن)

Bahwa Nabi shalallahu alaihi wa salam melarang buang air kecil pada lubang. Dikatakan kepada Qatadah : “Ada apa dengan lubang ?” dia menjawab : Sungguh dia adalah tempat tinggal jin 2

ولأنه لا يأمن أن يكون فيه حيوان فيؤذيه، أو يكون مسكناً للجن فيؤذيهم.

Dan karena tidak aman, jika ada hewan di dalamnya maka dia bisa menyakitnya, atau ia tempat tinggal jin, maka dia bisa pula menyakitinya.

ويكره أن يدخل الخلاء بشيء فيه ذكْرُ الله إلا لحاجة؛ لأن النبي – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – (كان إذا دخل الخلاء وضع خاتمه)

Dimakruhkan juga masuk ke tempat buang hajat dengan sesuatu yang padanya ada dzikir kepada Allah, kecuali jika ada kebutuhan tertentu. Karena Nabi shalallahu alaihi wa salam jika masuk ke dalam tempat buang hajat maka beliau meletakkan cincinnya 3 4

أما عند الحاجة والضرورة فلا بأس، كالحاجة إلى الدخول بالأوراق النقدية التي فيها اسم الله؛ فإنه إن تركها خارجاً كانت عرضة للسرقة أو النسيان.

Adapun ketika ada keperluan dan kedaruratan, maka tidak mengapa. Seperti kebutuhan membawa uang kertas yang tertulis padanya nama Allah, sebab jika ditinggalkan diluar ada kemungkinan lupa atau dicuri

أما المصحف فإنه يحرم الدخول به سواء كان ظاهراً أو خفياً؛ لأنه كلام الله وهو أشرف الكلام، ودخول الخلاء به فيه نوع من الإهانة.

Adapun mushaf Al Quran, maka diharamkan membawanya masuk ke tempat buang hajat, baik secara nampak maupun tersembunyi, karena dia adalah Kalam Allah dan merupakan Kalam Yang Paling Mulia. Membawanya masuk ke dalam tempat buang hajat adalah termasuk merendahkannya.

Allahu Ta’ala ‘A’lam

Catatan Kaki

  1. Diriwayatkan oleh Imam Muslim Hadits Nomor 370
  2. Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud hadits Nomor 29, dan Imam An Nasaa-i hadits nomor 34. Al Hafizh Ibnu Hajar dalam Al Talkhish Al Habir 1/106 menukil tashih-nya Ibnu Khuzaimah dan Ibnu As Sakan
  3. Di cincin beliau ada tulisan Muhammad Rasulullah
  4. Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud Hadits Nomor 19, Imam At Tirmidzi Hadits Nomor 1746, Imam An Nasaa-i Hadits Nomor 5228, Imam Ibnu Majah Hadits Nomor 303. Imam Abu Dawud berkata : Ini adalah hadits munkar. Imam At Tirmidzi berkata : Ini adalah hadits hasan gharib


Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.