Apa Hukum Merayakan Natal (Awal Tahun Baru Masehi) Secara Terperinci ? (3) : Dalil Al Ijma



ما حكم الاحتفال بعيد الكريسمس ( أول السنة الميلادية ) ؟ بالتفصيل

Apa Hukum Merayakan Natal (Awal Tahun Baru Masehi) Secara Terperinci ?

Oleh : Tim Fatwa IslamWeb

Alih Bahasa : Reza Ervan bin Asmanu

w

Hukum Merayakan Natal – berdasarkan Ijma’ Ulama ini adalah bagian ketiga dari empat seri tulisan. Dalil merayakan natal menurut Sunnah dapat dibaca pada Artikel Sebelumnya

3- وأما الإجماع: فمما هو معلوم من السير أن اليهود والنصارى ما زالوا في أمصار المسلمين يفعلون أعيادهم التي لهم، ومع ذلك لم يكن في عهد السلف من المسلمين من يشركهم في شيء من ذلك، 

Yang ketiga, dari Al Ijma : Diketahui dari sejarah bahwa Kaum Yahudi, Nashara yang tinggal di negeri-negeri muslim masih merayakan hari besar mereka, akan tetapi tidak didapati generasi umat muslimin terdahulu ikut serta dalam perayaan tersebut.

وكذلك ما فعله عمر في شروطه مع أهل الذمة التي اتفق عليها الصحابة وسائر الفقهاء بعدهم: أن أهل الذمة من أهل الكتاب لا يظهرون أعيادهم في دار الإسلام، وإنما كان هذا اتفاقهم على منعهم من إظهارهم، فكيف يسوغ للمسلمين فعلها! أو ليس فعل المسلم لها أشد من إظهار الكافر لها؟

Demikian pula apa yang dilakukan oleh Umar bin Khaththab terkait syarat yang ditetapkan beliau terhadap kaum Dzimmi serta disetujui oleh para shahabat dan para fuqoha, diantaranya :

Bahwa Ahlul Dzimmah dari kalangan ahlul kitab tidak boleh menampakkan perayaan hari besar mereka di negeri Islam

Ini adalah kesepakatan untuk mencegah mereka menampakkan hari besar mereka, maka bagaimana membenarkan orang-orang muslim yang merayakannya ? Tidakkah tindakan muslim tersebut jauh lebih parah daripada penampakan hari raya yang dilakukan oleh orang Kafir ?

وقد قال عمر رضي الله عنه: إياكم ورطانة الأعاجم، وأن تدخلوا على المشركين يوم عيدهم في كنائسهم فإن السخطة تتنزل عليهم. رواه أبو الشيخ الأصبهاني والبيهقي بإسناد صحيح.

Sungguh Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu telah berkata : Waspadalah terhadap simbol/jargon orang asing, dan masuk ke dalam kumpulan orang-orang musyrik pada hari raya mereka di gereja mereka, sungguh kemurkaan diturunkan atas mereka (Diriwayatkan oleh Abu Asy Syaikh Al Ashbhaaniy dan Imam Al Baihaqiy dengan sanad yang shahih)

وروى البيهقي أيضاً عن عمر أيضاً قوله: اجتنبوا أعداء الله في عيدهم.

Diriwayatkan pula oleh Imam Al Baihaqiy bahwa Umar radhiyallahu ‘anhu juga berkata : “Jauhilah musuh-musuh Allah dalam perayaan-perayaan mereka”

قال الإمام ابن تيمية: وهذا عمر نهى عن تعلم لسانهم، وعن مجرد دخول الكنيسة عليهم يوم عيدهم، فكيف بفعل بعض أفعالهم؟! أو فعل ما هو من مقتضيات دينهم؟ أليست موافقتهم في العمل أعظم من الموافقة في اللغة؟! أو ليس عمل بعض أعمال عيدهم أعظم من مجرد الدخول عليهم في عيدهم؟! وإذا كان السخط ينزل عليهم يوم عيدهم بسبب عملهم، فمن يشركهم في العمل أو بعضه أليس قد تعرض لعقوبة ذلك؟ ثم قوله: واجتنبوا أعداء الله في عيدهم. أليس نهياً عن لقائهم والاجتماع بهم فيه؟ فكيف عن عمل عيدهم……… اقتضاء الصراط المستقيم 1/515

Imam Ibnu Taimiyah mengatakan : Disini Umar melarang belajar dari lisan mereka, dan menentang mereka yang masuk ke dalam gereja saat hari besar mereka, lantas bagaimana lagi dengan sebagian yang ikut merayakan hari raya mereka ?! Atau melakukan apa yang menjadi ritual agama mereka ? Bukankah persetujuan dalam bentuk tindakan lebih besar daripada pengakuan dalam bentuk bahasa ? Atau bukankah melaksanakan sebagian ritual hari raya mereka lebih parah daripada bergabung bersama mereka di hari raya mereka ? Dan jika kemurkaan diturunkan atas mereka pada hari raya mereka disebabkan amal mereka tersebut, maka apakah siapa yang terlibat dalam amal mereka atau sebagiannya tidak pula dihukum seperti itu ? 

Kemudian saat Umar berkata : “Dan jauhilah musuh-musuh Allah dalam perayaan mereka.” Bukankah itu berarti melarang bertemu dan berkumpul dengan mereka di dalam perayaan tersebut ? Maka apatah lagi dengan yang ikut merayakannya ? (Kitab Iqtidhaa-ush Shiratil Mustaqiim 1/515)



Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.